Show simple item record

dc.contributor.authorSetyawardhani, Dwi Ardiana
dc.contributor.authorDistantina, Sperisa
dc.contributor.authorUtami, Minyana Dewi
dc.contributor.authorDewi, Nuryah
dc.date.accessioned2012-08-14T04:24:05Z
dc.date.available2012-08-14T04:24:05Z
dc.date.issued2009-12-17
dc.identifier.citationGriffin, R.C., (1958), “Technical Methods of Analysis”, 2nd Edition, Mc Graw Hill Book Company, New York Kirk, R.E. and Othmer, D.F., (1980), “Encyclopedia of Chemical Technology”,vol. 9, 3 ed., John Wiley and Sons, New York. Ramadhas, A.S., Jayaraj, S. and Muraleedharan, C., (2004), “Biodiesel Production from High FFA Rubber Seed Oil”, Fuel, 84,4, pp.335-340 Ramadhas, A.S., Muraleedharan, C and Jayaraj, S., (2005), “Performance and Emission Evaluation of a Diesel Engine Fueled with Methyl ester of Rubber Seed Oil”, Renewable Energy, vol. 30, pp 1789-1800. Setyawardhani, D.A. dan Distantina, S., (2007), “Pengambilan Asam lemak dari Minyak Biji Karet dengan Hidrolisis Multistage”, Prosiding Simposium Nasional Rekayasa Aplikasi Perancangan dan Industri (RAPI VII), Surakarta. Sugiyono, A., (2005), “Pemanfaatan Biofuel dalam Penyediaan Energi Nasional Jangka Panjang”, Seminar Teknologi untuk Negeri. Swern, D., (1982a), “Bailey’s Industrial Oil and Fat Products”, vol.1, 4 ed., John Wiley and Sons, New York Swern, D., (1982b), “Bailey’s Industrial Oil and Fat Products”, vol.2, 4 ed., John Wiley and Sons, New York Tambun, R., (2006), ”Buku Ajar Teknologi Oleokimia”, USU, Medan Watanabe, Y., Shimada, Y., Sugihara, A., Tominaga, Y., (2001), “Enzymatic Conversion of Waste Edible Oil to Biodiesel Fuel in a Fixed-Bed Reactor”, J. Am.Oil Chem. Soc., 78, 703 – 707.en_US
dc.identifier.issn1412-9612
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/1903
dc.description.abstractKebutuhan biodiesel yang sangat besar di dalam negeri belum diimbangi dengan kemampuan produksinya. Produksi biodiesel di Indonesia pada tahun 2006 baru mencapai 2,5 % dari total kebutuhan biodiesel secara nasional. Penyebabnya antara lain adalah penggunaan minyak pangan sebagai bahan baku biodiesel serta biaya produksi yang besar. Tujuh puluh persen biaya produksi biodiesel berasal dari bahan baku. Untuk itu perlu diupayakan penggunaan bahan baku yang murah serta proses produksi yang sederhana untuk menghasilkan biodiesel berkualitas baik. Bahan baku murah dapat diperoleh dengan menggunakan minyak nabati kasar (unrefined vegetable oil), khususnya yang berasal dari bahan buangan, serta produk samping proses hidrolisis minyak, yang berupa asam lemak. Dengan pre-treatment yang sesuai, dapat dihasilkan biodiesel berkualitas baik. Biji karet sangat berpotensi menjadi bahan baku biodiesel karena kadar minyaknya tinggi serta belum termanfaatkan secara optimal. Proses hidrolisis minyak biasanya dilakukan untuk memproduksi gliserin. Asam lemak sebagai produk sampingnya terdiri atas asam lemak jenuh (palmitat, stearat) dan asam lemak omega 3, 6 dam 9 yang bermanfaat untuk kesehatan. Asam lemak jenuh merupakan bahan baku biodiesel berkualitas baik, karena biodiesel yang dihasilkan memiliki kestabilan tinggi (tidak mudah teroksidasi dan terpolimerisasi). Reaksi oksidasi dan polimerisasi ini dapat berlanjut pada pembentukan deposit pada mesin dan kerusakan minyak pelumas. Tingkat kejenuhan yang tinggi juga berpotensi meningkatkan Angka Cetane, yang merupakan indikasi kemudahan bahan bakar menyala ketika diinjeksikan ke dalam mesin. Penelitian ini ditargetkan untuk memperoleh kondisi optimal proses pre-treatment pada pembuatan biodiesel, yaitu acid pre-treatment dan hidrolisis, sebelum diesterifikasi menjadi biodiesel. Pre-treatment dengan asam dilakukan dengan metanolisis minyak biji karet menggunakan katalis asam (HCl, H2SO4, dan H3PO4) 2,5% volume minyak. Rasio metanol : minyak sebesar 1 : 6 mgek, dengan waktu reaksi 2 jam dan suhu 60oC. Sedangkan pre-treatment secara hidrolisis dilakukan dalam multi tahap untuk menghasilkan asam lemak semaksimal mungkin. Asam lemak jenuh dipisahkan dari asam lemak tak jenuhnya untuk bahan baku biodiesel. Hidrolisis multistage dilakukan dengan katalis HCl, rasio minyak/air 1/1 dan suhu didih campuran pada tekanan atmosfir. Berdasarkan data percobaan diperoleh informasi bahwa waktu pemisahan gliserin (waktu yang diperlukan untuk 1 stage reaksi) yang lebih pendek memberikan konversi hidrolisis yang lebih besar. Sedangkan acid pre-treatment yang optimal dicapai dengan penggunaan katalis H2SO4.en_US
dc.publisherFT-LPPM UMSen_US
dc.subjectacid pre-treatmenten_US
dc.subjectasam lemaken_US
dc.subjecthidrolisis multistageen_US
dc.subjectminyak biji kareten_US
dc.titleHIDROLISIS MULTI STAGE DAN ACID PRE-TREATMENT UNTUK PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARETen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record