Studi Purchasing Power Parity&Cost of Living Indicator sebagai Acuan Pemenuhan Kebutuhan Produk Berbasis Budaya
View/ Open
Date
2014-03-27Author
Setyaningrum, Ratih
Tontowi, Alva Edy
Metadata
Show full item recordAbstract
Purcahasing Power Parity (PPP) dan Atlas method telah digunakan untuk menentukan
nilai GNI per kapita suatu negara. Nilai GNI tersebut digunakan sebagai indikator
perekonomian. Sementara itu, cost of living indicator (CL) gunakan sebagai acuan untuk
menentukan kualitas hidup layak. Namun saat ini penentuan tingkat kesejahteraan berdasarkan
pada GNI per kapita. Pengukuran dengan cara tersebut kurang akurat karena hanya berdasarkan
kondisi perekonomian negara secara general. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai
hubungan antara GNI per kapita dan CL untuk menentukan tingkat kesejahteraan.Dalam studi
awal ini, data GNI per kapita dan CL diambil hanya untuk negara ASEAN saja dengan produk
berbasis budaya. Kemudian dilakukan komparasi dengan membandingkan GNI per kapita
berdasarkan Altlas Method (current US$) dan PPP (Internasional $). Produk budaya seperti
alat elektronik dan mobil dianalisis menggunakan hirarki Maslow. Tingkat kesejahteraan
negara ditentukan dengan membandingkan daya beli (PPP) dengan cost of living indicator
(CL). Penyebaran produk elektronik dan mobil juga dipetakan berdasarkan kemampuan daya
beli masyarakat (PPP). Hasil analisis menunjukkan bahwa perbandingan Atlas method dengan
PPP yang tertinggi di negara-negara ASEAN adalah Singapura (0,77). Hal tersebut berarti
bahwa masyarakat Singapura memiliki kemampuan daya beli tertinggi diantara negara ASEAN
lainnya. Sedangkan perbandingan antara PPP dengan CL menunjukkan bahwa Philipina
memiliki nilai rasio tertinggi di negara-negara ASEAN yaitu sebesar 1,13. Hal tersebut berarti
warga negara Philipina memiliki kesejahteraan diatas rata-rata. Berdasarkan pemetaan produk,
diperoleh bahwa rasio daya beli dan cost of living indicator (PPP/CL) suatu negara tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas dan harga produk yang dipasarkan. Hal tersebut
berarti bahwa pengambilan keputusan dalam memilih produk ditentukan oleh faktor lainnya.