Show simple item record

dc.contributor.authorRatih, Rina
dc.date.accessioned2014-07-16T03:20:00Z
dc.date.available2014-07-16T03:20:00Z
dc.date.issued2012-12
dc.identifier.citationChamamah, Siti. 2001. “Penelitian Sastra Tinjauan tentang Teori dan Metode: Sebuah Pengantar”. Dalam Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia. Culler, Jonathan. 1981. The Pursuit of Signs. London: Routledge & Kegan Paul. Departemen Agama RI. 2000. Alquran dan Terjemahannya. Bandung: Diponegoro. Imron, Zawawi. 1977. Semerbak Mayang. ——————. 1978. Madura Akulah Lautmu. Edisi Khusus. Surabaya: Majalah Trem. ——————. 1982. Bulan Tertusuk Lalang. Jakarta: Balai Pustaka. ——————. 1985. Nenekmoyangku Airmata. Jakarta: Balai Pustaka. ——————. 1986. Celurit Emas. Surabaya: Bintang Surabaya. ——————. 1993. Derap-Derap Tasbih. Surabaya: Pustaka Progresif. ——————. 1994. Berlayar di Pamor Badik. DKI Jaya: LKSS. ——————. 1996. Lautmu Tak Habis Gelombang. Yogyakarta: Masyarakat Poetika Indonesia (MPI) bekerja sama dengan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. ——————. 1999. Bantalku Ombak Selimutku Angin. Yogyakarta: Gama Media. ——————. 1999. Madura Akulah Darahmu. Jakarta: Gramedia. Irianto, Agus Maladi (ed). 2000. Tuhan Menggambar Kita. Semarang: Limpad. Iser, Wolfgang. 1978. The Act of Reading: A Theory of Aesthetic Respons. Baltimore: John Hopkins University Press. Masinambow, E.K.M. 2000. “Semiotik dalam Kajian Kebudayaan”. Dalam Semiotik. Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington and London: Indiana University Press. Setiawan dkk. 1998. Sastra Indonesia di Madura. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.en_US
dc.identifier.issn0852-9604
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/4562
dc.description.abstractSajak-sajak Zanawi Imron banyak menggunakan simbol alam dan kultur Madura, seperti: matahari, bulan, awan, angin, perahu, layar, ikan, pohon siwalan, sapi karapan, dan lain sebagainya. Dalam sejarah sastra Indonesia modern, Imron tercatat sebagai penyair angkatan 1960-an Yang produktif. Tulisan ini diarahkan pada tanda-tanda yang bermakna dalam sajak “Tembang Rohani” karya Zawawi Imron. Penelitian sastra ini menggunakan metode penelitan kualitatif deskriptif dengan pendekatan teori Semiotik dan Interteks. Strategi penelitian adalah studi kasus terpancang. Objek penelitian adalah religiusitas dalam sajak “Tembang Rohani” karya Zawawi Imron. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa kata, frase, dan kalimat. Sumber data adalah sajak “Tembang Rohani” karya Zawawi Imron. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka, simak, dan catat. Analisis data dengan metode pembacaan heuristik dan hermeneutik atau retroaktif. Hasil menunjukkan bahwa manusia yang menepati janji (roh)nya kepada Allah akan kekal dan mendapat tempat yang mulia di sisi Allah, seperti tercantum dalam surah ke-7 Al A’raf ayat 172, surah ke-70 Al-Ma’arij ayat 32 dan 35, dan surah ke- 32 As-Sajdah ayat 9, sebagai hipogramnya. Unsur-unsur yang ditransformasikan ke dalam teks baru memiliki fungsi-fungsi tertentu, Surah ke-7 Al-A’raf ayat 172 ditransformasikan ke dalam sajak ‘Tembang Rohani’. Pengambilan ayat itu dalam rangka fungsi mengingatkan dan menyadarkan manusia agar memenuhi janjijanjinya kepada Allah, Pengambilan ayat itu dalam rangka fungsi mengingatkan manusia untuk selalu bersyukur kepada Allah agar hidupnya tidak menderita.en_US
dc.publisherLPPM UMSen_US
dc.subjectsajaken_US
dc.subjecttembangen_US
dc.subjectsemiotiken_US
dc.titleSajak “Tembang Rohani” Karya Zawawi Imron Kajian Semiotik Riffaterreen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record