Show simple item record

dc.contributor.authorMugisidi, Dan
dc.contributor.authorHeriyani, Oktarina
dc.date.accessioned2014-12-04T03:41:47Z
dc.date.available2014-12-04T03:41:47Z
dc.date.issued2014-11-25
dc.identifier.citationAbdur Rahman, Budi Hartono, Penyaringan Air Tanah dengan Zeolit Alami untuk Menurunkan Kadar Besi dan Mangan, MAKARA, Kesehatan, Vol. 8, No. 1, Juni 2004: 1-6. Edberg SC, Rice EW, Karlin RJ, Allen MJ, Standard Escherichia coli: the best biological drinking water indicator for public health protection. Symp Ser Soc Appl Microbiol. 2000;(29):106S- 116S. Faur-Brasquet C, Kadirvelu K, Le Cloirec P. Removal of metal ions from aqueous solution by adsorption onto activated carbon cloths: adsorption competition with organic matter. Carbon 2002; 40: 2387–2392. Fety kumalasari dan yogi satoto, 2011, Teknik Praktis Mengolah Air kotor Menjadi Air Bersih Hingga Layak Minum, Laskar Aksara, Jakarta. Guidelines for drinking-water quality, 2nd ed. Vol. 2. Health criteria and other supporting information. World Health Organization, Geneva, 1996. Guo J., Lua A., Preparation and Characterization of adsorbents from oil palm fruit solid wastes, Journal of Oil Palm Research vol 12 No 1 (2000) 64 -74. Hj. Soelidarmi, SH., 2010, Membuat Alat penjernih Air Bebas Penyakit, Progresif Books, Yogyakarta. http://id.wikipedia.org/wiki/Zeolit. id.wikipedia.org/wiki/Escherichia_coli. JEKEL MR, 1991, Aluminum in water: How it can be removed? Use of aluminum salts in treatment. Proc. of the Int. Water Supply Ass.,Copenhagen, Denmark, May 25-31. Keputusan Mentri Kesehatan RI, Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, 29 Juli 2002 Kusnaedi, 2010, Penebar Swadaya, Mengolah Air Kotor untuk Air Minum, Jakarta. P T Srinivasan1, T Viraraghavan1, K S Subramanian, 1999 Aluminium in drinking water: An overview, ISSN 0378-4738, Water SA, Vol. 25 No. 1 January 1999. P. Chingombe, B. Saha, R.J.Wakeman, Surface modification and characterization of a coal-based activated carbon, Carbon 43 (2005) 3132–3143. Romulo E. Colindres, Seema Jain, Anna Bowen, Polyana Domond and Eric Mintz, 2007, After the flood: an evaluation of in-home drinking water treatment with combined flocculentdisinfectantfollowing Tropical Storm Jeanne — Gonaives, Haiti, 2004, Journal of Water and Health. S.S. Barton, M.J.B. Evans, E. Halliop, J.A.F. MacDonald, Acidic and basic sites on the surface of porous carbon, Carbon 35 (9) (1997) 1361–1366. Sotelo J. L., Ovejero G., Delgado J. A., Martinez I., Adsorption of lindane from water onto GAC: effect of carbon loading on kinetic behavior Chem. Eng. Journal 87 (2002) 111. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater, 21st ed., American Public Health Association, 2011.en_US
dc.identifier.issn2339-028X
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/5024
dc.description.abstractTujuan utama penelitian ini adalah mengetahui karakteristik air banjir. Dengan diketahuinya karakteristik air banjir, maka proses yang tepat dapat diaplikasikan untuk mengubah air banjir ini menjadi air bersih atau lebih jauh lagi menjadi air minum. Sampel air banjir yang berwarna coklat dan keruh diambil dari tiga titik banjir untuk mewakili beberapa karakteristik lingkungan perumahan, perkotaan, dan industri. Daerah perkotaan diwakili oleh sampel dari banjir di Ciledug Indah, sampel daerah perumahan diambil dari Kompleks Bahar, dan daerah industri diambil di Pulogadung. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, kekeruhan pada sampel air banjir di Ciledug Indah, Kompleks Bahar Tangerang, dan Pulogadung adalah 22 NTU, 63 NTU, dan 12 NTU. Hasil tersebut lebih tinggi daripada ambang batas yang diperbolehkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Rl No.492/MenKes/Per/Vl/2010, yaitu 5 NTU. Selain kekeruhan, unsur fisik lain yang tidak memenuhi ambang batas adalah warna. Warna pada Peraturan Menteri Kesehatan tentang air minum adalah 15 TCU sedangkan hasil pengujian menunjukkan hasil 18 TCU untuk Ciledug Indah. Pada unsur-unsur kimia ada tiga unsur yang tidak memenuhi ambang batas yang ditetapkan pada Peraturan Menteri Kesehatan, yaitu alumunium, besi, dan zat organik. Alumunium memiliki ambang batas 0,2 mg/l sedangkan hasil laboraturium menunjukkan bahwa alumunium yang terkandung di dalam air banjir dari Ciledug Indah adalah 0,45 mg/l. Besi pada Peraturan Menteri Kesehatan memiliki ambang batas 0,3 mg/l sedangkan hasil laboraturium pada air banjir Ciledug Indah dan Pulogadung menunjukkan hasil 0,92 mg/l dan 1,02 mg/l. Pada zat organik, hasil laboraturium menunjukkan bahwa ketiga sampel memiliki nilai yang melebihi ambang batas, 10 mg/l, yaitu 11,67 mg/l untuk air banjir Ciledug Indah; 18,15 mg/l untuk air banjir Kompleks Bahar Tangerang; dan 49,25 mg/l untuk air banjir di Pulogadung. Dari ketiga sampel menunjukkan bahwa sampel Ciledug Indah yang mewakili perkotaan memiliki 5 karakteristik yang melewati ambang batas; sampel Kompleks Bahar Tangerang yang mewakili perumahan memiliki 2 karakteristik yang melewati ambang batas; dan sampel Pulogadung yang mewakili industri memiliki 3 karakteristik yang melewati ambang batas ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/MenKes/Per/Vl/2010.en_US
dc.publisherUniversitas Muhammadiyah Surakartaen_US
dc.subjectairen_US
dc.subjectbanjiren_US
dc.subjectbersihen_US
dc.subjectunsuren_US
dc.subjectzat organiken_US
dc.titleKarakterisasi Air Bajir sebagai Air Baku untuk Air Minumen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record