Morfologi Serat Pelepah Tanaman Salak Hasil Proses Biopulping Menggunakan Kultur Phanerochaete chrysosporium dan Trametes versicolor
View/ Open
Date
2016-12-07Author
Rahayu, Triastuti
Asngad, Aminah
Suparti
Metadata
Show full item recordAbstract
Serat pelepah tanaman salak yang menjadi limbah perkebunan salak di Kabupaten Sleman
Yogyakarta sama sekali belum dimanfaatkan dan menjadi sampah/limbah. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui morfologi serat pelepah tanaman salak hasil perlakuan menggunakan jamur
pelapuk putih (P. chrysosporium dan Trametes versicolor) dengan lama inkubasi 45 hari. Rancangan
penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu jenis inokulum jamur
pelapuk putih (J0=kontrol, J1=P.crysosporium (PC), dan J2=Trametes versicolor (TV). Pelepah
tanaman salak dibuat serpih berukuran ± 1,6 cm dengan pencacah sampah kemudian dikeringkan dan
direndam dengan air bersih 24 jam. Setelah ditiriskan, serpih dimasukkan dalam plastic tahan panas
dan disterilkan dalam autoclave selama 30 menit pada suhu 121°C. Kultur jamur pelapuk putih dari
kultur cair diinokulasi dalam serpih pelepah salak 10% kemudian diinkubasi pada suhu ruang (2930˚C)
selama
45
hari.
Parameter
yang
diamati
adalah
kerapatan
pertumbuhan
miselium
JPP,
warna
serat
setelah masa inkubasi berakhir, dan foto SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa miselium
PC mengalami pertumbuhan lebih cepat sampai minggu ke-3 dibandingkan TV, tetapi akhir inkubasi
tampak miselium TV tumbuh bagus sama dengan PC. Warna serat/serpih pelapah salak dengan
perlakuan JPP menjadi lebih putih dibandingkan kontrol, dan dengan SEM terlihat permukaan serat
lebih kasar pada perlakuan dengan PC karena degradasi matriks. Serat dengan perlakuan TV tampak
permukaan halus dan koloni JPP tetapi belum terlihat degradasi matriks. Kesimpulan penelitian ini
adalah morfologi serat pelepah salak dengan perlakuan PC menunjukkan tingkat degradasi lebih
lanjut dibandingkan TV.