• Login
    View Item 
    •   Home
    • Penelitian (Research)
    • Ekonomi
    • View Item
    •   Home
    • Penelitian (Research)
    • Ekonomi
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    Dekonstruksi Realitas Sosial Kesatuan Akuntansi dengan Pendekatan Filsafat Jawa Tuna Satak Bathi Sanak

    Thumbnail
    View/Open
    ZULFIKAR ABSTRACK.pdf (535.1Kb)
    ZULFIKAR BAB I.pdf (653.5Kb)
    ZULFIKAR BAB II.pdf (393.1Kb)
    ZULFIKAR BAB III.pdf (279.6Kb)
    ZULFIKAR BAB IV.pdf (630.5Kb)
    ZULFIKAR BAB V.pdf (374.9Kb)
    ZULFIKAR DAFTAR PUSTAKA.pdf (481.1Kb)
    Date
    2013-12
    Author
    Zulfikar
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Kesatuan akuntansi di samping sebagai abstraksi dari lingkungan bisnis modern menciptakan realitas konflik perbuatan hukum dan ekonomi dan konflik antara manajemen dan pemilik. Menurut sudut pandang kesatuan akuntansi, konflik-jawab perusahaan bukan pemilik. kondisi tersebut berpotensi ‘dimanfaatkan’ oleh pemilik sebagai alat untuk memaksimalkan kesejahteraannya. Dengan dalih perbuatan hukum, pemilik dapat beralibi untuk menghindar dari konflik yang dihadapi perusahaan. Sudut pandang lain menyatakan bahwa manajemen harus bertanggungjawab atas ekuitas pemilik. Pemilik berupaya memaksimalkan kesejahteraannya melalui kontrol terhadap ekuitasnya. Sementara manajemen juga memiliki kesempatan untuk meningkatkan utilitasnya melalui kendali perusahaan yang diamanatkan kepadanya. Kondisi ini mengandung konflik antara keinginan pemilik dan manajemen, atau biasa disebut konflik keagenan. Penelitian ini mencoba untuk membaca kembali realitas sosial kesatuan akuntansi merefleksikannya dengan nilai kearifan filsafat Jawa tuna satak bathi sanak. Filsafat tuna satak bathi sanak mengandung makna intrinsik dan ekstrinsik yang mencita-citakan kehidupan yang harmoni dan tatatentrem. Senada dengan hal tersebut, penelitian ini secara khusus bertujuan untuk merumuskan konsep kesatuan akuntansi yang berbasis pada filsafat tuna satak bathi sanak Dalam penelitian ini metoda yang digunakan untuk membumikan konsep harmoni dan tatatentrem ke dalam realitas sosial kesatuan akuntansi adalah model berpikir Jawa. Model ini akan digunakan untuk mengoperasionalisasikan filsafat tuna satak bathi sanak melalui mitologi wayang yang tokoh sentralnya adalah lakon Semar. Dalam mitologi wayang, lakon Semar hadir dalam rangka mendekonstruksi logosentrisme kerajawian dan tradisi Jawa. Menurut lakon Semar kerajawian dan tradisi Jawa dapat disatukan menjadi sebuah cita-cita ideal tertinggi—manunggaling kawula-Gusti. Dengan sintesis Semar, penelitian ini akan merumuskan konsep harmoni dalam kesatuan akuntansi yang merujuk pada menyatunya raja dengan Gusti dan merumuskan konsep tatatentrem ke dalam konsep kesatuan akuntansi yang merujuk pada menyatunya rakyat, raja, dan Gusti. Hasil penelitian ini sengaja dibingkai dengan menggunakan peribahasa Jawa: ‘tinggal glanggang colong playu’. Artinya meninggalkan arena diam-diam melarikan diri. Tujuannya untuk melihat praktik yang dilakukan oleh pemilik atau pemegang saham di balik konsep kesatuan usaha. Hasil penelitian ini berdasarkan uraian pandangan idealis akuntan (akuntan pendidik, akuntan publik dan akuntan manajemen) terhadap perilaku ‘cuci tangan’ pemilik untuk menghidari problem bisnis yang tidak menguntungkan. Berdasarkan analisis terhadap pandangan idealis ditemukan pemahaman bahwa konsep kesatuan usaha yang didukung secara administrasi (sebagai praktik yang sehat) dan yuridis (UU No. 40/2007) tidak sematamata memberi peluang bagi pemilik untuk beritikad tidak baik. Pemilik atau pemegang saham adalah pihak yang memberikan amanah kepada manajemen untuk mengelola bisnis perusahaan. Tanggung jawab perusahaan ada di pihak manajemen. Berdasarkan konsep itu manajemen bertanggung jawab sepenuhnya atas problematika yang dihadapi perusahaan. Hasil analisis penelitian ini mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha tidak cukup hanya didukung secara legitimasi melalui sistem administrasi dan yuridis. Konsep kesatuan usaha juga perlu didukung oleh etika/moral bisnis baik manajemen maupun pemilik atau pemegang saham. Aset yang dimiliki perusahaan dalam konteks tinggal glanggang colong playu selalu identik dengan pemenuhan modal kerja. Perusahaan akan senantiasa membesarkan nilai aset tersebut agar dapat menghasilkan keuntungan materi yang besar pula. Dari sudut pandang pemegang saham atau pemilik cara yang dilakukannya adalah dengan berinvestasi yang sebesar-besarnya bagi aset yang berfungsi sebagai modal kerja. Kemudian mendorong kepada manajemen untuk mengoptimalkan upayanya yang tidak lain adalah maksimalisasi keuntungan. Sedangkan dalam konteks moral pemegang saham atau pemilik harus sadar bahwa aset-aset yang mereka tanamkan di perusahaan memerlukan perlindungan. Mereka harus menyadari bahwa baik langsung maupun tidak langsung masyarakat dan lingkungan tempat di mana perusahaan melakukan kegiatan bisnis sangat ramah menerima kehadiran perusahaan. Dengan demikian terdapat opportunity cost yang harus dikeluarkan untuk membiayai ‘kos lokasi’ di mana perusahaan melakukan kegiatan bisnis selalu berhadapan dengan lingkungan yang di dalamnya terdapat masyarakat yang melindungi aset perusahaan baik langsung maupun tidak langsung.
    URI
    http://hdl.handle.net/11617/5834
    Collections
    • Ekonomi

    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV
     

     

    Browse

    Publikasi IlmiahCommunities & CollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

    My Account

    Login

    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV