• Login
    View Item 
    •   Home
    • Proceedings
    • Prosiding Simposium Nasional Rekayasa Aplikasi Perancangan dan Industri
    • Simposium Nasional Ke-15 RAPI 2016
    • View Item
    •   Home
    • Proceedings
    • Prosiding Simposium Nasional Rekayasa Aplikasi Perancangan dan Industri
    • Simposium Nasional Ke-15 RAPI 2016
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    Nilai-Nilai Tradisi dan Budaya Keraton Sebagai Elemen Pembentuk Struktur Ruang Permukiman Baluwarti Surakarta yang Dibangun Pada Masa Paku Buwana III (1749-1788M)

    Thumbnail
    View/Open
    H51_Tri Hartanto.pdf (1.347Mb)
    Date
    2016-12-07
    Author
    Hartanto, Tri
    Dharoko, Tony Atyanto
    Subroto, Yoyok Wahyu
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Penelitian ini bertujuan menggali ‘konsep’ struktur ruang permukiman Baluwarti, yang berada di dalam kawasan keraton Kasunanan Surakarta berdasarkan elemen-elemen tradisi dan budaya keraton. Peneliti mengkaji sejarah untuk mengungkapkan seperti apakah ‘konsep’ struktur ruang permukiman Baluwarti yang dibangun pada masa pemerintahan Paku Buwana III (1749-1788M). Permukiman Baluwarti dibangun setelah bangunan inti keraton (nDalem Ageng) yang dibangun pada masa Paku Buwana II selesai. Permukiman ini dibangun dengan mengacu pada paugeran keraton, yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi dan budaya Jawa. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa struktur ruang permukiman tradisional senantiasa menjaga keselarasan dengan alam. Dimana masyarakat pada masa itu tidak hanya memperhatikan elemen fisik saja, namun juga elemen non fisik didalam pembangunan permukimannya. Lebih-lebih keraton dikenal sangat ketat dan konsisten menjalankan falsafah-falsafah Jawa yang diturunkan oleh para leluhurnya. Elemen-elemen non fisik yang berupa nilai-nilai tradisi dan budaya keraton terimplementasi didalam elemen fisik permukiman Baluwarti. Struktur ruang permukiman Baluwarti pun disusun dengan nilai-nilai tradisi dan budaya keraton, dimana tata letak dan bentuk bangunan diatur sedemikian rupa, sehingga keselarasan hubungan antara Raja dengan kawula tetap terjaga sesuai falsafah ‘manunggaling kawula gusti’.
    URI
    http://hdl.handle.net/11617/8132
    Collections
    • Simposium Nasional Ke-15 RAPI 2016

    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV
     

     

    Browse

    Publikasi IlmiahCommunities & CollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

    My Account

    Login

    DSpace software copyright © 2002-2016  DuraSpace
    Contact Us | Send Feedback
    Theme by 
    Atmire NV