Simposium Nasional Ke-13 RAPI 2014http://hdl.handle.net/11617/109242024-02-25T05:16:55Z2024-02-25T05:16:55ZOptimasi Kualitas Pembakaran Briket Char Produk Pyrolysis Limbah Plastik melalui Pengkajian Ultimate dan Efek PorositasSutoyoRosyidi, M Imronhttp://hdl.handle.net/11617/55412019-06-27T02:28:55Z2014-12-01T00:00:00ZOptimasi Kualitas Pembakaran Briket Char Produk Pyrolysis Limbah Plastik melalui Pengkajian Ultimate dan Efek Porositas
Sutoyo; Rosyidi, M Imron
Pengolahan limbah pastik menjadi bahan bakar dalam konsep Waste to Energy merupakan teknologi
yang mulai memasyarakat dengan metode pirolisis. Selain bahan bakar cair sebagai produk utama,
yang dihasilkan dari metode di atas adalah padatan dan non-condensable gas. Secara umum gas sisa
tersebut langsung dibakar, sedangkan padatan dapat diolah menjadi bahan bakar padat (briket char).
Untuk mengolah padatan menjadi char (fixed carbon+ash) maka harus dilakukan proses awal untuk
menghilangkan moisture dan mereduksi kadar volatile matter. Meskipun volatile merupakan bahan
bakar tetapi kadar yang besar mengindikasikan proses pirolisis yang belum baik, selain itu dalam
aplikasi pembakaran akan menimbulkan jelaga. Penelitian awal telah menghasilkan data pengujian
kualitas pembakaran 8 sampel briket dari 13 sampel char yang diperoleh melalui pyrolysis bahan
plastik polyethylene dengan variasi temperatur operasi antara 450-500 °C, serta variasi massa dan
jenis katalis Zeolite Y dan Natural Zeolite. Selain itu variasi juga dilakukan dengan pencampuran
bahan PE tersebut dengan jenis Polystyrene , Polypropylene, Polyethylene Terephthalate , dan Other.
Karakteristik char diketahui melalui proximate test meliputi moisture content, ash, volatile matter,
dan fixed carbon, nilai kalor diuji melalui bomb calorimeter. Kualitas pembakaran diuji dalam
furnace dengan temperatur dinding ± 230°C dan aliran udara konstan 0,7 m/s, serta diukur kadar
emisinya. Permasalahannya adalah dalam aplikasi diketahui bahwa pembakaran briket tidak optimal,
ditandai periode pemanasan yang lama, serta kadar CO yang bervariasi. Oleh karena itu perlu
dilakukan upaya optimasi kualitas pembakaran yang akan dianalisa melalui pengujian ultimate dan
efek porositas.
2014-12-01T00:00:00ZPemurnian Tepung Glukomanan dari Umbi Porang (Amorphophallus Muelleri Blume) Menggunakan Proses Ekstraksi/Leaching dengan Larutan Etanolaputro, Eka AndiLefiyanti, OlimMastuti, Ir. Endanghttp://hdl.handle.net/11617/55402019-06-27T02:28:55Z2014-12-01T00:00:00ZPemurnian Tepung Glukomanan dari Umbi Porang (Amorphophallus Muelleri Blume) Menggunakan Proses Ekstraksi/Leaching dengan Larutan Etanol
aputro, Eka Andi; Lefiyanti, Olim; Mastuti, Ir. Endang
Glukomanan merupakan serat pangan larut air yang bersifat hidrokoloid kuat dan rendah kalori yang
banyak digunakan dalam industri pangan baik sebagai pangan fungsional maupun bahan tambahan
pangan dan non pangan seperti dalam industri kosmetik dan produk kesehatan.Glukomanan ini
banyak terdapat dalam umbi porang dan umum dipasarkan dalam bentuk tepung porang.Tepung
porang dengan kadar glukomanan yang lebih tinggi memiliki harga jual yang lebih tinggi pula.
Dengan cara ekstraksi/leaching terhadap tepung porang menggunakan larutan etanol akan
melarutkan pengotor yang terdapat dalam tepung porang.Tepung porang yang dipakai dalam
penelitian ini berasal dari jenis umbi porang Amorphophallus muelleri Blume. Tujuan dari penelitian
ini untuk mempelajari pengaruh konsentrasi pelarut, rasio jumlah bahan dengan pelarut, dan lama
waktu pengadukan pada proses ekstraksi/leaching pada tepung porang untuk mendapatkan tepung
glukomanan dengan kemurnian yang tinggi.
Langkah kerja dalam penelitian ini dengan memasukkan 10 gram tepung porang dalam larutan
etanol dengan variasi konsentrasi pelarut etanol (40%,50%,60%) dan variasi volume larutan etanol
(100ml,150ml). Campuran tersebut kemudian diaduk meggunakan magnetic stirrer dengan variasi
lama pengadukan (30menit, 60 menit, 90 menit).Selanjutnya memisahkan tepung dengan larutan
etanol menggunakan kertas saring. Sisa etanol dalam tepung diuapkan menggunakan pemanasan
oven pada suhu 60oC sampai tepung kering. Tahap berikutnya menghitung kadar glukomanan dalam
tepung.
Berdasarkan data hasil percobaan pada variasi konsentrasi pelarut etanol diperoleh kecenderungan
bahwa semakin besar konsentrasi pelarut etanol yang digunakan (60%) maka semakin besar pula
kadar glukomanan yang dihasilkan. Sementara untuk variasi rasio bahan dengan pelarut diperoleh
kecenderungan bahwa semakin banyak pelarut yang digunakan (1:15) maka semakin besar pula
kadar glukomanan yang dihasilkan. Untuk variasi lama pengadukan tidak diperoleh kecenderungan
pengaruh terhadap kadar glukomanan tepung yang dihasilkan. Kadar glukomanan yang diperoleh
setelah dilakukan pemurnian berkisar pada 36.69%-64.22% dengan kadar glukomanan tepung
sebelum pemurnian sebesar 28.76%. Pada percobaan dengan variasi konsentrasi pelarut etanol 60%,
lama pengadukan 30 menit, dan rasio jumlah bahan dengan pelarut 1:15 diperoleh kadar gluomanan
tertinggi yakni 64,22%.
2014-12-01T00:00:00ZPengolahan Limbah Cair dengan Parameter Total Suspended Solid (TSS) dan Warna Menggunakan Biokoagulan (Limbah Cangkang Kepiting)Busyairi, Muhammadhttp://hdl.handle.net/11617/55392019-06-27T02:28:55Z2014-12-01T00:00:00ZPengolahan Limbah Cair dengan Parameter Total Suspended Solid (TSS) dan Warna Menggunakan Biokoagulan (Limbah Cangkang Kepiting)
Busyairi, Muhammad
Industri tekstil skala rumah tangga yaitu tenun sarung samarinda di kota Samarinda saat ini terus
berkembang pesat.Industritekstil tenun sarung samarinda dengan menggunakan Alat Tenun Bukan
Mesin (ATBM) menimbulkan potensi dampak terhadap lingkungan perairan sekitar terutama
parameter Total Suspended Solid (TSS) dan warna.Pemanfataan limbah cangkang kulit kepiting
sebagai biokagulan(kadar 1%) dengan potensi kitosan 74,25%, ternyata dapat digunakan sebagai
bahan pengolahan limbah cair dari proses pembuatan tenun sarung samarinda. Hasil analisis dari
limbah cair awal untuk parameter TSS adalah 231 mg/l, warna 173,77 PtCo serta pH 5,31.Tahap
selanjutnya untuk mengetahui efisiensi dari biokoagulan dilakukan eksperimen menggunakan jartest,
sebelum melakukan jartest dilakukan penyesuaian pH untuk mengatur kondisi optimum proses
pembentukan flok, pH awal adalah 5,31 untuk selanjutnya akan diatur dengan penambahan larutan
CaCo
(kapur) dengan kadar 2% sehingga didapat pH 7,15, selanjutnya proses koagulasi dengan
dosis koagulan kitosanbervariasi dari 35 ml, 40 ml, 45 ml, 50 ml, 55 ml dan 60 ml untuk 1 liter air
limbah dengan kecepatan 100 rpm selama 3 menit, proses flokulasi dengan kecepatan 40 rpm selama
12 menit dan selanjutnya akan diamati proses pembentukan flok dengan menggunakan imhoff cone
atau kerucut imhoff dengan variasi waktu pengamatan pengendapan 10 menit, 20 menit, 30 menit, 40
menit, 50 menit dan 60 menit dalam satuan ml per volume sampel.Berdasarkan hasil akhir diperoleh
volume lumpur yang terbentuk berdasarkan waktu pengamatan setelah melewati proses jartest
berkisar 630 ml/L hingga 270 mg/L pada kerucut imhoff, efisiensi penurunan untuk parameter TSS
berkisar 87,50% hingga 93,53% dan untuk warna diperoleh efisensi penurunan 33,51% hingga
42,09%. Dosis koagulan kitosan yang optimum adalah 35 ml dengan efesiensi penurunan parameter
TSS sebesar 88,79% dengan volume lumpur yang terbentuk 270 ml/L, efisiensi penurunan parameter
warna 35,49%.dan pH akhir dari air limbah adalah 4,98.
3
2014-12-01T00:00:00ZPenggunaan Tawas (Al₂(So₄)₃) dalam Pemurnian Glukomannan dari Umbi Porang (Amorphophallus Muelleriblume) sebagai Bahan Baku Hydrogel untuk penghantaran ObatYuswardani, Dita KusumaNida, ShofwatunFadilahhttp://hdl.handle.net/11617/55382019-06-27T02:28:55Z2014-12-01T00:00:00ZPenggunaan Tawas (Al₂(So₄)₃) dalam Pemurnian Glukomannan dari Umbi Porang (Amorphophallus Muelleriblume) sebagai Bahan Baku Hydrogel untuk penghantaran Obat
Yuswardani, Dita Kusuma; Nida, Shofwatun; Fadilah
Umbi porang (Amorphophallus Muelleri Blume) termasuk tanaman umbi famili Araceaeyang
mengandung glukomannan cukup tinggi (15–64% basis kering). Keunggulan dari glukomannan
adalah keunikan karakter sebagai bahan pengental (thickening agent) sehingga glukomannan
dapat dijadikan hidrogel yang dimanfaatkan dalam sistem penghantaran obat namun untuk
penerapannya dibutuhkan glukomannan dengan kemurnian yang tinggi (lebih dari 90%). Penelitian
ini bertujuan untuk memperoleh glukomannan dengan kemurnian tinggi dengan cara ekstraksi
menggunakan larutan tawas. Larutan tawas dipilih karena tawas memiliki sifat sebagai koagulan di
mana tawas mampu mengikat kotoran-kotoran dan mengendapkannya sehingga menurunkan
kekeruhan larutan glukomannan, kadar protein menurun, dan kadar glukomannan
meningkat.Percobaan ini menggunakan variasi konsentrasi larutan tawas 0,1g/100mL, 0,3g/100mL,
1g/100mL dan rasio bahan-pelarut 20g:1500mL, 20g:2000mL, 20g:2500mL serta suhu ekstraksi
50
o
C, 60
o
C dan 75
o
C. Dalam penelitian ini digunakan tepung porang sebanyak 20 gram yang
dimasukan ke dalam larutan tawas dengan konsentrasi tertentu, ekstraksi dilakukan selama 90 menit
dengan pengambilan sampel sebanyak 200 mL setiap 15 menit, kemudian disentrifus dan dipresipitasi
dengan etanol 96%, glukomannan basah yang dihasilkan dikeringkan dalam freeze dryer selama 2x24
jam sehingga dihasilkan glukomannan kering yang akan dianalisis jumlah yield dan kadarnya
berdasarkan metode yang dilakukan oleh Chua (2011). Dari penelitian ini dihasilkan jumlah yield
glukomannan optimum pada konsentrasi larutan tawas 1g/100mL dimenit ke 90 dengan variasi
bahan-pelarut 20g:1500mL sebesar 86,59% massa dan kadar glukomannan terbaik dihasilkan dari
ekstraksi pada konsentrasi larutan tawas 0,3g/100mL dimenit ke 45 dengan variasi bahan-pelarut
20g:2000mL sebesar 98,49%, sehingga kadar glukomannan dengan kemurnian tinggi yang
didapatkan dari percobaan memenuhi syarat yang diperlukan untuk hidrogel dalam sistem
penghantaran obat.
2014-12-01T00:00:00Z