Prosiding Seminar Nasional Gizi 2013Food Habit and Degenerative Diseaseshttp://hdl.handle.net/11617/115662024-03-28T22:59:41Z2024-03-28T22:59:41ZPERBEDAAN JUMLAH LEUKOSIT SETELAH KONSUMSI JUS JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava L. Cultivar Merah) SELAMA 1 LATIHAN AEROBIK BAGI PEMULAUlvie, Yuliana Noor SetiawatiLestariana, WiryatunMuttaqien, Zaenalhttp://hdl.handle.net/11617/29972019-08-27T06:26:16Z2013-03-23T00:00:00ZPERBEDAAN JUMLAH LEUKOSIT SETELAH KONSUMSI JUS JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava L. Cultivar Merah) SELAMA 1 LATIHAN AEROBIK BAGI PEMULA
Ulvie, Yuliana Noor Setiawati; Lestariana, Wiryatun; Muttaqien, Zaenal
Latihan aerobik bagi pemula menimbulkan kontraksi otot berlebih dan penggunaan
otot yang tidak biasa digunakan sehingga terjadi rekrutmen motor unit tambahan. Hal ini
mengakibatkan peningkatan metabolisme di dalam tubuh. Apabila antioksidan di dalam
tubuh tidak tercukupi, dapat menimbulkan stres oksidatif yang mengakibatkan inflamasi.
Antioksidan diperlukan untuk mencegah terjadinya stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan
mengkaji perbedaan jumlah leukosit antara kelompok yang mengkonsumsi jus jambu biji
merah dan kelompok yang tidak mengkonsumsi jus jambu biji merah selama latihan aerobik
bagi pemula. Penelitian ini merupakan experimental, nonrandomized pre-post test control group
design. Subyek penelitian adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN)
Yogyakarta dibagi dua kelompok yaitu kelompok jus jambu biji merah dan kelompok air
mineral. Kedua kelompok diberikan perlakuan latihan aerobik kemudian sampel darah
diperiksa jumlah leukositnya. Analisis data dilakukan dengan independent t-test dan repeated
anova. Berdasarkan analisis statistik, jumlah leukosit menunjukkan tidak ada perbedaan
antara kelompok jus jambu biji merah dan kelompok air mineral dengan nilai p>0,05. Terjadi
penurunan jumlah leukosit bagi pemula selama latihan aerobik, tetapi secara statistik tidak
terdapat perbedaan bermakna antara kelompok yang mengkonsumsi jus jambu biji merah
dengan kelompok yang tidak mengkonsumsi jus jambu biji merah.
2013-03-23T00:00:00ZPENGGUNAAN PAPPER CHROMATOGRAPHY sebagai INDIKATOR HUBUNGAN POLA MAKAN DAN KEBIASAAN OLAH 2. RAGA DENGAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTAMaryani, Srihttp://hdl.handle.net/11617/29962019-08-27T06:26:16Z2013-03-23T00:00:00ZPENGGUNAAN PAPPER CHROMATOGRAPHY sebagai INDIKATOR HUBUNGAN POLA MAKAN DAN KEBIASAAN OLAH 2. RAGA DENGAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Maryani, Sri
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada
produktivitas dan dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia (SDM). DM adalah
penyakit yang banyak terjadi dengan prevalensi tahun 2000 di Indonesia sebesar 8,4 juta dan
meningkat tiap tahun. Bertambahnya prevalensi tersebut berkaitan dengan meningkatnya
status sosial, yang diikuti oleh perubahan pola hidup menjadi kurang sehat, antara lain
kurangnya aktifitas fisik (olah raga) dan pola makan tidak sehat sehingga terjadi obesitas
serta faktor genetik yang menyebabkan resistensi insulin berlanjut menjadi DM. Tujuan
dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara pola makan dan kebiasaan olah
raga dengan kadar gula darah penderita DM tipe II di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.
Penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan cross sectional. Pola makan diukur
menggunakan FFQ terbatas, kebiasaan olah raga diambil dengan mengukur frekuensi dan
durasi olahraga serta kadar gula darah dengan mengambil data kadar gula darah pertama
kali masuk RS. Uji hubungan dengan menggunakan Pearson Product moment dan Rank
Spearmans.Sebagian besar sampel mempunyai pola makan tidak baik 58% dan kebiasaan
olahraga tidak baik 58% serta kadar gula darah tidak baik 92%. Dari uji statistik didapat hasil
tidak ada hubungan antara pola makan dengan kadar gula darah (p=0,348) dan tidak ada
hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kadar gula darah(p= 0,175) penderita DM tipe
II di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.
2013-03-23T00:00:00ZKEBERADAAN LAKTOSA PADA SUSU FERMENTASIWardana, Agung Setyahttp://hdl.handle.net/11617/29952019-08-27T06:26:16Z2013-03-23T00:00:00ZKEBERADAAN LAKTOSA PADA SUSU FERMENTASI
Wardana, Agung Setya
Pada tahun 1960-an laktosa ditemukan dan bagaimana senyawa ini dicerna telah
mulai diteliti. Laktosa sangat umum ditemukan pada komoditi susu. Hasil penelitian telah
menunjukkan bahwa tidak semua orang dapat mencerna laktosa dengan baik. Sebagian
orang tidak memiliki enzim lactase sehingga tubuhnya intoleran terhadap laktosa. Meskipun
demikian orang-orang dengan sifat intoleran tetap memerlukan susu sebagai bahan makanan
yang memiliki nilai gizi paling lengkap. Oleh sebab itu diperlukan pengolahan susu yang dapat
mengurangi kandungan laktosa supaya dapat dikonsumsi oleh orang-orang yang memiliki
keterbatasan dalam mencerna laktosa. Susu segar difermentasi selama 12 jam dan 24 jam.
Kemudian di lewatkan pada kertas kromatografi dan dibandingkan dengan susu segar serta
laktosa standar. Untuk sampel dilakukan perlakuan pendahuluan berupa penggumpalan
protein dengan pemanasan dan penambahan asam. Kemudian lemak dipisahkan dengan
sentrifugasi. Titik dimana laktosa berhenti jika terdapat titik yang beerhenti dititik yang
sama dengan laktosa standar menunjukkan adanya laktosa pada sampel. Terlihat pada hasil,
meskipun telah difermentasi susu masih memiliki kandungan laktosa. Hal ini terlihat pada
titik kedua dari bawah masih terdapat titik. Tinjauan pustaka pada bab terdahulu menjelaskan
bahwa susu fermentasi relatif aman dikonsumsi oleh orang yang memiliki laktose intoleran.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa susu fermentasi masih mengandung laktosa.
2013-03-23T00:00:00ZHUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI, VITAMIN A DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK HEMODIALISIS DI RSUPDr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATENWibowo, YoniYuliati, Ririnhttp://hdl.handle.net/11617/29942019-08-27T06:26:16Z2013-03-23T00:00:00ZHUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI, VITAMIN A DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK HEMODIALISIS DI RSUPDr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
Wibowo, Yoni; Yuliati, Ririn
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penyakit yang mempunyai prognosis buruk dimana
akan terjadi penurunan fungsi ginjal secara bertahap. Salah satu komplikasi yang sering timbul
pada gagal ginjal kronik adalah anemia atau menurunnya kadar hemoglobin dalam darah
yang memiliki hubungan dengan asupan makanan terutama zat besi, vitamin A dan vitamin
C. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan zat besi, vitamin A dan
vitamin C dengan kadar hemoglobin pada penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis
rawat jalan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan
subyek menggunakan consecutive sampling dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 22
subyek. Asupan zat besi, vitamin A dan vitamin C diperoleh dengan menggunakan metode
recall 3 x 24 jam, sedangkan kadar hemoglobin diperoleh dengan metode spektrofotometrik.
Uji korelasi yang digunakan adalah uji pearson product moment. Asupan zat gizi yang adekuat
pada penderita GGK dengan hemodialisis rawat jalan didapatkan Zat Besi (22,8%), vitamin
A (68,2%), vitamin C (4,5%). Sedangkan asupan zat gizi yang tidak adekuat didapatkan Zat
Besi (77,2%), vitamin A (31,8%), vitamin C (95,5%). Sebagian besar pasien memiliki kadar
hemoglobin rendah (86,4 %).Tidak ada hubungan asupan zat besi, vitamin A dan vitamin
C pada penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis rawat jalan di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten.
2013-03-23T00:00:00Z