Volume 11 No 1 , Mei 2009http://hdl.handle.net/11617/13982024-03-29T08:41:45Z2024-03-29T08:41:45ZCOPARENTING PADA KELUARGA MUSLIMNa’imah, Khotimatunhttp://hdl.handle.net/11617/14372018-03-19T04:22:47Z2009-05-01T00:00:00ZCOPARENTING PADA KELUARGA MUSLIM
Na’imah, Khotimatun
Keluarga merupakan bagian terkecil dari sebuah komunitas masyarakat. Dalam keluarga,
minimal terdapat ayah, ibu dan anak. Perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh berbagai hal,
antara lain perbedaan keluarga dan pengasuhan (parenting). Saat ini, fokus dan perhatian orangtua
tidak lagi tertuju ke rumah, walaupun dengan alasan yang berbeda-beda. Salah satu alasannya
adalah karena ayah dan ibu sama-sama bekerja. Pengasuhan anak yang sedang berkembang
dewasa ini adalah dengan coparenting, dimana orangtua bekerja bersama-sama dalam membesarkan
anak. Kerjasama suami-istri dalam hal ini berperan sebagai orangtua dalam hal pengasuhan anak
ini dalam agama Islam dekat kepada istilah ta’awuun. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk
memahami coparenting yang dilakukan oleh orangtua muslim yang sama-sama bekerja/doubleearner
family. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Informan penelitian berjumlah 5 pasang
dan merupakan pasangan muslim yang sama-sama bekerja serta terdapat variabilitas informan
penelitian berdasarkan tempat bekerjanya serta ada tidaknya pembantu pengasuh dalam keluarga
tersebut. Data diperoleh dengan wawancara dan observasi checklist pada anak. Data kemudian
diolah dengan menggunakan analisis tema. Hasil yang dapat diperoleh antara lain mengenai latar
belakang pengasuhan yang diterima oleh orangtua yang mempengaruhi pengasuhan anak,
coparenting yang terjadi serta pemahaman mengenai perkembangan anak. Ibu menjadi peran
utama dalam pengasuhan anak. Meskipun begitu, pembagian tugas pengasuhan dilakukan
sewajarnya, dibiarkan berjalan dengan sendirinya dan ada sikap saling menyadari kesibukan
satu sama lain. Pembagian peran pengasuhan anak didasarkan pada siapa yang lebih memiliki
kelonggaran waktu untuk membantu pengasuhan.
2009-05-01T00:00:00ZHUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN BAHASA KRAMA DAN LOCUS OF CONTROL DENGAN PENALARAN MORAL PADA PENUTUR BAHASA KRAMAPatria, Anggara Nurhttp://hdl.handle.net/11617/14362018-03-19T04:22:11Z2009-05-01T00:00:00ZHUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN BAHASA KRAMA DAN LOCUS OF CONTROL DENGAN PENALARAN MORAL PADA PENUTUR BAHASA KRAMA
Patria, Anggara Nur
Derasnya arus modernisasi dan demokratisasi dapat berpengaruh terhadap eksistensi
kebudaayaan Jawa, sehingga banyak manusia Jawa sudah tidak menguasai dan tidak memahami
nilai moral yang terkandung dalam bahasa krama, apalagi untuk mengamalkan nilai moral tersebut.
Padahal penerapan bahasa krama dalam ranah komunikasi masyarakat Jawa turut berperan sakral
dalam membentuk moralitas penuturnya. Hal ini mencuatkan isu yang mempertanyakan relevansi
bahasa krama terhadap moralitas pada masa sekarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara pemakaian bahasa krama dan locus of control dengan penalaran
moral pada penutur bahasa krama. Hipotesis yang diajukan ada ada hubungan positif antara
pemakaian bahasa krama dan locus of control dengan penalaran moral pada penutur bahasa
krama. Subjek penelitian ini adalah 90 orang penutur bahasa krama yang berdomisili di kalurahan
Baluwarti, Pasar Kliwon, Surakarta. Adapun ciri-ciri sampel dalam penelitian ini adalah: a)
pendidikan minimal lulus SLTA atau sederajat. b) Berdomisili di Baluwarti. Metode pengumpulan
data menggunakan skala pemakaian bahasa krama dan locus of control dengan penalaran moral.
Metode analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis regresi ganda atau regresi dua prediktor.
Nilai korelasi (R) = 0,411; Fregression = 8,833 dengan p = 0,000 (p < 0,01), menunjukkan ada
hubungan yang sangat signifikan antara pemakaian bahasa krama dan locus of control dengan
penalaran moral. Hasil nilai korelasi rx1y= 0,322; signifikansi (p) = 0,008; (p < 0,01) berarti
ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pemakaian bahasa krama dengan penalaran
moral. Dengan demikian variabel pemakaian bahasa krama dan locus of control dapat digunakan
sebagai prediktor (variabel bebas) untuk memprediksikan penalaran moral, namun generalisasi
hasil-hasil penelitian terbatas pada lokasi penelitian dilakukan yaitu kelurahan Baluwarti,
kecamatan Pasar Kliwon Surakarta
2009-05-01T00:00:00ZKOPING TERHADAP STRES PADA MAHASISWA LUAR JAWA YANG MENGALAMI CULTURE SHOCK DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTANiam, Erni Khoirunhttp://hdl.handle.net/11617/14352018-03-19T04:22:29Z2009-05-01T00:00:00ZKOPING TERHADAP STRES PADA MAHASISWA LUAR JAWA YANG MENGALAMI CULTURE SHOCK DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Niam, Erni Khoirun
Mahasiswa yang memilih kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta berasal dari
berbagai daerah di Indonesia dan memiliki karakteristik sosial budaya yang sangat heterogen,
yang tentu saja berbeda dengan sosial budaya kota Solo. Perbedaan-perbedaan antara kondisi di
daerah asal dengan di daerah baru dapat memunculkan hal-hal yang tidak menyenangkan bagi
seorang mahasiswa pendatang. Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
skala Culture Shock untuk screening atau menentukan bahwa mahasiswa tersebut mengalami culture
shock. Pengambilan data dilakukan dengan skala untuk menentukan informan, kemudian wawancara
dan observasi. Kemudian akan diambil enam orang informan dari 78 orang yang dijadikan sampel
dengan karakteristik: a) usia minimal 18 tahun (dewasa), b) mahasiswa laki-laki atau perempuan,
c) kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta semester awal (semester dua), d) berasal dari
luar Jawa, e) belum pernah tinggal di Jawa sebelum kuliah, f) sejak awal masuk kuliah tinggal di
sekitar kampus (tidak tinggal di rumah saudara). Hasilnya ada 13 bentuk koping yang dilakukan
mahasiswa luar Jawa untuk mengatasi culture shock yaitu: (a) mencari dukungan sosial, (b)
penerimaan terhadap perbedaan, (c) keaktifan diri, (d) kontrol diri, (e) mencari hiburan, (f) tidakan
instrumental, (g) religiusitas, (h) negosiasi, (i) pengurangan beban masalah, (j) harapan, (k)
penghindaran terhadap masalah, (l) putus asa, (m) koping individual tidak efektif.
2009-05-01T00:00:00ZBENTUK-BENTUK PRODUKTIVITAS ORANG LANJUT USIA (LANSIA)Sulandari, SantiMartyastanti, DickaMutaqwarohmah, Ridmahttp://hdl.handle.net/11617/14342018-03-19T04:21:32Z2009-05-01T00:00:00ZBENTUK-BENTUK PRODUKTIVITAS ORANG LANJUT USIA (LANSIA)
Sulandari, Santi; Martyastanti, Dicka; Mutaqwarohmah, Ridma
Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa dimana para orang lanjut usia (lansia)
merasakan penurunan-penurunan yang terjadi pada dirinya baik secara fisik dan psikologis. Para
lansia menjalani dan memaknai usia lanjut dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia
lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai
masa hidup yang memberi lansia kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang dan memiliki
keinginan untuk melakukan sesuatu atau berarti untuk orang lain. Penelitian ini memiliki tujuan
yaitu mengkaji hal-hal yang dilakukan lansia sehingga mencapai kehidupan yang produktif dan
memaparkan alasan-alasan lansia memilih untuk menjalani hidup yang aktif dan produktif. Untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka digunakan angket dan wawancara.
Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan angket maka dapat diketahui bahwa sebesar
57,5% subjek penelitian menjalani hidup yang aktif dan produktif. 39,1% diantaranya perempuan
dan 60,9% laki-laki. Lansia yang tergolong aktif dan produktif 100% dari mereka menyatakan
bahwa mereka merasa senang dengan kehidupan yang dijalaninya saat ini. Sedangkan yang
tergolong tidak atau kurang produktif, hanya 52% dari mereka yang menikmati hidupnya saat ini.
Berdasarkan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa 1. lansia mengikuti kegiatan di lingkungan
tempat tinggalnya dan selalu aktif dengan kegiatan yang meningkatkan kesehatan fisik dan
mentalnya, 2. alasan lansia masih melakukan kegiatan atau aktivitas tersebut adalah karena lansia
menganggap bahwa dengan bekerja akan membuat dirinya sehat dan menyumbangkan pengalaman
yang dimilikinya untuk memotivasi para generasi penerus agar mencapai prestasi yang
membanggakan, serta ingin mengabdikan diri dengan sesama dan membantu sesama yang
membutuhkan untuk memanfaatkan usianya yang sudah lanjut agar masih bermanfaat untuk orang
lain.
2009-05-01T00:00:00Z