Volume 26 No. 2, Desember 2012http://hdl.handle.net/11617/25792024-03-29T12:47:07Z2024-03-29T12:47:07ZANALISIS KERUANGAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN BANDUNG DAN BANDUNG BARATMasri, Rina Marinahttp://hdl.handle.net/11617/25862018-03-19T04:25:53Z2012-12-01T00:00:00ZANALISIS KERUANGAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN BANDUNG DAN BANDUNG BARAT
Masri, Rina Marina
Tujuan dari penelitian ini: mengevaluasi kesesuaian lahan untuk permukiman berdasarkan
karakteristik lahan serta mengusulkan kebijakan terkait pembangunan permukiman berkelanjutan
di Kabupaten Bandung dan Bandung Barat. Metode yang digunakan dalam analisis spaatial adalah
metode deskriptif berdasarkan beberapa data antara lain: deskripsi kasus, lingkungan, perilaku,
hubungan atau sistem kepercayaan yang menjadi objek dari penelitian ini. Hasil dari penelitian ini
antara lain: 41,76% wilayah permukiman berada pada lahan dengan kategori bagus, 44,81%
berada pada kelas sedang, dan 13,43% pada kelas buruk. Hasil analisis memberikan alternatif
kebijakan sebagai bentuk standardisasi dari rasio tutupan bangunan, pembatasan area konservasi
dari lahan permukiman dan laan lainnya, meningkatkan dana konservasi dan mengurangi bencana
alam seperti banjir, longsorlahan, dan sebagainya.
2012-12-01T00:00:00ZPERTUMBUHAN MATERIAL INTERLAYER DI MINERAL LEMPUNG SMEKIT DI TANAH LEPTIC HAPLUDERT YANG BERKEMBANG DI ATAS Ca-BENTONIT DI NANGGULAN KULON PROGONurcholis, MohammadBuntoro, Arishttp://hdl.handle.net/11617/25852018-03-19T04:25:50Z2012-12-01T00:00:00ZPERTUMBUHAN MATERIAL INTERLAYER DI MINERAL LEMPUNG SMEKIT DI TANAH LEPTIC HAPLUDERT YANG BERKEMBANG DI ATAS Ca-BENTONIT DI NANGGULAN KULON PROGO
Nurcholis, Mohammad; Buntoro, Aris
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik mineralogi bentonit dan tanah yang berkembang
di atasnya, di Nanggulan Kulonprogo. Pemisahan dan pengumpulan fraksi lempung dilakukan dengan
fraksionasi pada suspensi pH 10 setelah bahan organik dihilangkan dengan H2O2. Karakteristik
mineral lempung dianalisis dengan difraksi sinar-X yang menggunakan sampel paralel setelah penjenuhan
Mg, solvasi gliserol, dan penjenuhan K dengan pemanasan bertingkat dari 100oC, 300oC dan 550oC.
Kapasitas pertukaran kation (KPK) dan basa-basa tertukar ditetapkan dengan penjenuhan NH4OAc
1N pH 7. Hasil analisis menunjukkan bahwa bahan lempung dari kedua sampel adalah Ca-bentonit.
Lempung dari bentonit mempunyai karakteristik, yaitu intensitas mineral smektit lebih rendah dan
nilai KPK serta kadar Ca yang juga rendah dibandingkan dengan yang dari tanah. Penjenuhan kalium
menyebabkan pengerutan yang tidak merata di semua bagian mineral smektit, yang ditandai dengan
puncak 13,11 Å dengan bentuk melebar. Adanya puncak yang melebar ini diinterpretasikan sebagai
pertumbuhan material di dalam ruang interlayer antar satuan kisi mineral smektit yang dapat mengubah
mineral ini menjadi mineral intergrade smektit-klorit.
2012-12-01T00:00:00ZHIDROSTRATIGRAFI AKUIFER SEBAGAI GEOINDIKATOR GENESIS BENTUK LAHAN DI WILAYAH KEPESISIRAN KABUPATEN KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTASantosa, Langgeng Wahyuhttp://hdl.handle.net/11617/25842018-03-19T04:24:57Z2012-12-01T00:00:00ZHIDROSTRATIGRAFI AKUIFER SEBAGAI GEOINDIKATOR GENESIS BENTUK LAHAN DI WILAYAH KEPESISIRAN KABUPATEN KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Santosa, Langgeng Wahyu
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji hidrostratigrafi akuifer yang dapat dijadikan sebagai bukti kunci
(geoindikator) proses-proses geomorfologi masa lampau, yang menunjukkan genesis bentuklahan di daerah
penelitian. Metode penelitian ini adalah survei, dengan kerangka dasar analisis adalah genesis bentuklahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) “pembentukan hidrostratigrafi akuifer di daerah dikontrol oleh
beberapa asal proses utama dalam geomorfologi, yang menunjukkan kekhasan genesis bentuklahan”. Di
daerah penelitian tersusun atas 3 (tiga) hidrostratigrafi akuifer, masing-masing sistem akuifer mempunyai
karakteristik yang khas, yang ditunjukkan oleh sistem dan pola perlapisan material penyusun akuifer dan
variasi karakteristik airtanah bebas. (2)“secara spasiotemporal, genesis bentuklahan di daerah penelitian
mempengaruhi pembentukan hidrostratigrafi akuifer yang secara kronologis terbentuk dalam 3 tahapan
yaitu: periode akhir zaman Tersier (akhir kala Pliosen), periode kala Pleistosen, dan periode kala Holosen.
Genesis dan kronologi pembentukan bentuklahan dalam 3 tahapan tersebut berpengaruh terhadap
pembentukan sistem dan pola hidrostratigrafi akuifer di daerah penelitian.
2012-12-01T00:00:00ZPERUMUSAN PERSEPSI KENYAMANAN TERMIS PEJALAN KAKI DI IKLIM TROPIS LEMBAB DAN MEMBANDINGKAN DENGAN RUMUS UNTUK IKLIM LAINNYASangkertadiSyafriny, Renyhttp://hdl.handle.net/11617/25832018-03-19T04:16:26Z2012-12-01T00:00:00ZPERUMUSAN PERSEPSI KENYAMANAN TERMIS PEJALAN KAKI DI IKLIM TROPIS LEMBAB DAN MEMBANDINGKAN DENGAN RUMUS UNTUK IKLIM LAINNYA
Sangkertadi; Syafriny, Reny
Tulisan ini memaparkan pengembangan persamaan regresi untuk menentukan persepsi kenyamanan
termal bagi pejalan kaki di iklim tropis lembab. Metode yang digunakan adalah studi lapangan dan
kuesioner kepada 60 sampel sebagai responden, dengan lokasi di Kota Manado. Mereka diminta
bertindak sebagai pejalan kaki dan berjalan di atas treadmill masing-masing selama 5 x 2 menit.
Responden dikelompokkan menjadi dua bagian, satu yang beraktifitas di bawah langit terbuka dan
kelompok lain berada di bawah naungan pohon. Pengukuran variabel iklim meliputi suhu udara,
kelembaban udara, suhu radiasi, suhu permukaan tanah dan radiasi matahari. Pendataan responden
meliputi tinggi, berat dan suhu kulit mereka. Dengan pendekatan statistik diperoleh persamaan regresi
“Y = - 6,1369 + 0,479 + 0,1143 Adu Ta + 0,0376 + 0,2541 TRM RH + 1,6793 Clo”.
Persamaan ini kemudian divalidasi melalui perbandingan dengan persamaan lain untuk non-iklim
tropis lembab. Ditemukan bahwa persamaan empiris persepsi termal luar ruang ternyata tidak dapat
diterapkan untuk berbagai macam iklim, tetapi digunakan hanya untuk iklim tertentu sesuai batasan.
2012-12-01T00:00:00Z