Volume 27 No. 2, Desember 2013http://hdl.handle.net/11617/43282024-03-29T09:03:40Z2024-03-29T09:03:40ZPemetaan Gerakan Tanah Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung Dengan Menggunakan Data Penginderaan Jauh dan SIGRaharjo, Puguh DwiNur, Arief Mustofahttp://hdl.handle.net/11617/43362018-03-19T04:02:19Z2013-12-01T00:00:00ZPemetaan Gerakan Tanah Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung Dengan Menggunakan Data Penginderaan Jauh dan SIG
Raharjo, Puguh Dwi; Nur, Arief Mustofa
Gerakan massa yang lebih dikenal sebagai avalanche, merupakan salah satu bencana yang sering
terjadi karena faktor alam , faktor non - alam atau keduanya . Salah satu langkah mitigasi bencana
longsor adalah untuk mengidentifikasi daerah rawan longsor yang terkandung dalam peta yang
menceritakan tingkat kerentanan longsor . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan pemetaan
kerentanan tanah longsor di area CAGK menggunakan Sistem Informasi Geografis ( GIS ). Penelitian
ini dilakukan dengan metode tidak langsung yang telah dimodifikasi, metode ini tidak menghitung
kepadatan per unit parameter gerakan massa, tetapi memberikan bobot kepentingan parameter kunci (
kemiringan dan stratigrafi / tipologi lereng yang rentan ) dan parameter pendukung ( penggunaan lahan
dan ketebalan tanah tentatif). Terjadinya longsor di daerah CAGK ditemukan 87 ( delapan puluh
tujuh ) poin peristiwa yang termasuk jenis subsidence, puing-puing jatuh, longsor, slide, slump, creep, dan
batu yang jatuh. Berdasarkan analisis GIS dan meninjau lapangan, tingkat kerentanan wilayah longsor
CAGK dibagi menjadi empat tingkat kerentanan, yaitu; Sangat Rendah Zone, Zona Low, Medium
Zona, dan Zona tinggi. Tingkat kerentanan longsor di CAGK adalah kerentanan yang paling tinggi,
maka kerentanan menengah, kerentanan rendah, dan kerentanan sangat rendah.
2013-12-01T00:00:00ZModel Arahan Penggunaan Lahan Sebagai Upaya Mitigasi Bencana Alam Melalui Pendekatan Morfokonservasi di Daerah Aliran Sungai Samin Kabupaten KaranganyarNugraha, SetyaRI, SulastoroUtomowati, Rahninghttp://hdl.handle.net/11617/43352018-03-19T04:02:20Z2013-12-01T00:00:00ZModel Arahan Penggunaan Lahan Sebagai Upaya Mitigasi Bencana Alam Melalui Pendekatan Morfokonservasi di Daerah Aliran Sungai Samin Kabupaten Karanganyar
Nugraha, Setya; RI, Sulastoro; Utomowati, Rahning
Penelitian ini tujuan jangka panjang ingin membuat model arahan penggunaan lahan yang berorientasi
pada penggunaan lahan yang berwasawasan lingkungan dan kearifan lokal sehingga lahan tetap
berproduksi secara optimal tetapi resiko terjadinya bencana dapat diminimalisasi. Metode yang digunakan
dengan pendekatan morfokonservasi yaitu konservasi yang berbasis pada daya dukung lahan dan kearifan
lokal melalui identifikasi penggunaan lahan aktual, fungsi kawasan, kemampuan lahan, evaluasi
kesesuaian lahan dan melakukan Focus Group Disscusion (FGD) untuk menentukan model arahan
penggunaan lahannya. Dalam penelitian ini analisis dilakukan secara keruangan dengan bantuan
perangkat lunak dari Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil penelitian pada Tahun I adalah: sebagian
besar kawasan mempunyai fungsi penyangga (39,52%), sub kelas kemampuan lahan VIIIw (39,50
%), erosi kelas II (42,91 %), dan longsor kelas II (76,21%). Berdasarkan pada kualitas lahan
tersebut maka terdapat 20 jenis model konservasi. Sebagian besar model konservasi yang dianjurkan
untuk mengurangi besar erosi tanah yang terjadi. Model konservasi tersebut akan dilakukan sosialisasi
kemasyarakat pada penelitian Tahun II.
2013-12-01T00:00:00ZAnalisis Spasial Ketersediaan Ruang Terbuka Publik Pada Permukiman Padat Untuk Evakuasi Pada Gempa Susulan (Studi Kasus: Kelurahan Sukahaji, Bandung)Sagala, SautSaraswati, Sarihttp://hdl.handle.net/11617/43342018-03-19T04:02:21Z2013-12-01T00:00:00ZAnalisis Spasial Ketersediaan Ruang Terbuka Publik Pada Permukiman Padat Untuk Evakuasi Pada Gempa Susulan (Studi Kasus: Kelurahan Sukahaji, Bandung)
Sagala, Saut; Saraswati, Sari
Penduduk yang tinggal di permukiman padat di daerah rawan gempa memiliki kerentanan terkena
dampak gempa karena keterbatasan ruang terbuka yang tersedia di tempat tersebut. Untuk mengurangi
risiko populasi terhadap gempa susulan di permukiman padat penduduk, studi ini mencoba menggunakan
metode simulasi sederhana berbasis konsep supply-demand untuk memahami kapasitas daya tampung
dari ruang terbuka yang tersedia saat ini untuk tempat evakuasi. Lokasi studi yang dipilih dilakukan
pada salah satu tempat terpadat di Kota Bandung yang rawan terhadap gempa. Riset ini mengintegrasikan
berbagai sumber data: citra satelit, peta bangunan, survei GPS untuk menghasilkan peta yang detail.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ruang terbuka yang tersedia di lokasi studi tidak mampu menampung
semua penduduk ketika gempa terjadi. Selanjutnya, tulisan ini memberikan beberapa strategi yang
diperlukan untuk mengurangi risiko pada penduduk yang tinggal di lokasi kepadatan tinggi terhadap
risiko gempa bumi.
2013-12-01T00:00:00ZModel Konservasi Lingkungan Sagara AnakanSugandi, Dedehttp://hdl.handle.net/11617/43332018-03-19T04:02:21Z2013-12-01T00:00:00ZModel Konservasi Lingkungan Sagara Anakan
Sugandi, Dede
Penelitian ini bertujuan untuk (1) melakukan analisis pengaruh sosial ekonomi petani terhadap kegiatan konservasi,
(2) mengidentifikasi bentuk dan model konservasi secara terpadu serta peran masyarakat dalam kegiatan tersebut
di Segara Anakan. Kegiatan penduduk dalam mengolah lahan berpengaruh terhadap kegiatan di Sagara Anakan.
Metode penelitian yang digunakan adalah survey dengan sampel dibagi pada DAS bagian hulu, tengahm hilir
dan pesisir. Teknik analisis menggunakan statistic dan geografi, sehingga karakteristik bagian DAS dapat
tergambar. Pendangkalan perairan Sagara Anakan secara fisis dipengaruhi oleh keadaan fisis yang mudah
tererosi dan dipercepat oleh kegiatan manusia. Kegiatan penduduk DAS melakukan konservasi kecuali
penghutanan, sedangkan daerah bekas rawa dan pesisir tidak melakukan konservasi. Keadaan fisis yang berbeda,
maka bentuk konservasi DAS dan pesisir berbeda. Sosial ekonomi penduduk berpengaruh terhadap tindakan
konservasi. Penduduk tidak dapat melakukan bentuk konservasi penghutanan, karena kebutuhan sosial ekonomi.
Sedangkan di daerah bekas rawa dan pesisir tidak dilakukan konservasi, karena keadaan fisis tidak mungkin.
Untuk melestarikan perairan Sagara Anakan, maka Bentuk konservasi pesisir dengan Tanam pohon, Tidak
nangkap ikan, pengerukan perairan, tidak membuang sampah, tidak menggunakan obat untuk menangkan
ikan dan menangkap ukuran tertentu. Sedangkan dalam konservasi harus dilakukan dengan bentuk yang
berbeda dan dilakukan secara terpadu yang membutuhkan partisipasi penduduk.
2013-12-01T00:00:00Z