Volume 20 No. 02, November 2008http://hdl.handle.net/11617/8532024-03-29T09:23:23Z2024-03-29T09:23:23ZPERSEPSI DOSEN STUDI ISLAM DAN MAHASISWA TERHADAP MODEL PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (Studi Kasus Pembelajaran Studi Islam Model Baitul Arqam di Pondok HNS- UMS)Zuhri, SaifuddinAbidin, Zaenalhttp://hdl.handle.net/11617/9292018-03-19T04:18:43Z2008-11-01T00:00:00ZPERSEPSI DOSEN STUDI ISLAM DAN MAHASISWA TERHADAP MODEL PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (Studi Kasus Pembelajaran Studi Islam Model Baitul Arqam di Pondok HNS- UMS)
Zuhri, Saifuddin; Abidin, Zaenal
Pembelajaran ditujukan untuk memfasilitasi seluas-luasnya bagi
mahasiswa agar mengembangkan didekati dengan konvensional dan pendekatan pemberdayaan aktif.
Faktor penunjang dalam pembelajaran model Baitul Arqam adalah
para mahasiswa dalam kondisi telah memiliki talenta sehingga
fasilitatornya tinggal mengembangkan dengan pendekatan acitve
learning.potensi yang dimiliki, mampu
mencapai kualifikasi dan menguasasi kompetensi. Oleh karena itu
pendidikan harus diletakkan pada empat pilar yaitu, belajar
mengetahui (learning to know), belajar mengerjakan (learning to
do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together),
dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be). Penelitian ini meneliti
tentang pelaksanaan pembelajaran model Baitul Arqam di Pondok
HNS-UMS?. Persepsi dosen Studi Islam dan mahasiswa terhadap
model pembelajaran studi Islam model Baitul Arqam serta kendala
dan penunjang dalam pembelajaran model Baitul Arqam. Jenis
penelitian yang penulis lakukan ini berupa penelitian lapangan
dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif.
Dari hasil penelitian tersebut dihasilkan kesimpulan Pelaksanaan
BA selama 4 hari dianggap efektif dan efesien walaupun masih
dikeluhkan dari segi sarana dan prasarana. Model pembelajaran
Baitul Arqam menurut persepsi dosen/fasilitator merupakan bentuk
pembelajaran orang dewasa yang mampu mengembangkan tiga
ranah pada diri mahasiswa. Faktor kendala dalam pembelajaran
model Baitul Arqam adalah perlu mempertimbangkan materi yang
2008-11-01T00:00:00ZRUDOLF BULTMANN: Demitologisasi dalam Perjanjian BaruAriyanto, M. Darojathttp://hdl.handle.net/11617/9282018-03-19T04:18:23Z2008-11-01T00:00:00ZRUDOLF BULTMANN: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru
Ariyanto, M. Darojat
175 Rudolf Bultmann: Demitologisasi dalam Perjanjian Baru (M. Darojat Ariyanto)
Pemikiran teologi modern di Eropa tidak lepas dari situasi yang terjadi
di Eropa. Situasi tersebut antara lain peristiwa Pencerahan (Aufklarung
atau Enlightement) di Eropa pada abad ke-18. Pencerahan ini di
samping mempengaruhi politik, ilmu pengetahuan, dan pendidikan,
juga mempengaruhi gereja
Di samping Pencerahan, ada hal lain yang mempengaruhi teologi
modern Eropa, yaitu peristiwa-peristiwa yang terjadi pada abad ke-
20, antara lain pecahnya Perang Dunia Pertama pada tahun 1914.
Perang Dunia Pertama merupakan pengalaman kolektif bagi
manusia Eropa dan Amerika. Mereka kehilangan nuilai-nilai yang
dijunjung tinggi sebelumnya. Kebenaran yang dianggap kebenaran
yang tertinggi selama berabad-abad hancur dengan tiba-tiba.
Di samping pengalaman pahit, abad ke-20 juga memperlihatkan
beberapa perkembangan yang sangat dahsyat dan luas, yang tidak
ada bandingannya dalam seluruh sejarah umat manusia. Hal yang
sangat menonjol adalah perkembangan di bidang teknik. Perkembangan
dari kapal terbang sampai pesawat ruang angkasa; dari kereta
kuda sampai mobil-mobil paling mewah; perkembangan komunikasi
sampai kepada transistor dan TV. Demikian juga perkembangan dalam
bidang ilmu pengetahuan. Hampir setiap bidang ilmu berkembang
dengan dahsyat bila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
Juga ada pertambahan jumlah penduduk yang sangat besar,
kemerdekaan bangsa-bangsa baru atau dengan kata lain akhir dari
kolonialisme dan imperlisme abad-abad sebelumnya. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa pada abad ke-20 ini memperlihatkan beberapaperkembangan yang sangat besar sehingga menggoncangkan struktur,
bukan hanya dari salah satu bangsa atau benua tetapi struktur seluruh
dunia. Tidak mengherankan bahwa beberapa perkembangan tersebut
ikut juga mempengaruhi pemikirn-pemikiran teologi. Suasana abad
ke-20 tersebut antara lain mempemgaruhi pemikiran teologis seorang
teolog yang terkenal di Eropa yang bernama Rudolf Bultmann.
Menurut penulis pemikiran teologi Rudolf Bultmann menarik untuk
dikaji sebab ia melihat Perjanjian Baru dari sudut pandang yang
baru dibandingkan dengan pemikiran teologi Protestan sebelumnya,
misalnya Martin Luther, Yohannes Calvin, Swingli, dsb.
Dari riteratur yang diperoleh didapat kesimpulan bahwa (1)
pemikiran Rudolf Bultmann dalam menafsirkan Perjanjian Baru
dengan analisis historical studies, atau lebih khasnya dengan istilah
analisis form histoty atau form criticism. (2) Usahanya dalam menafsirkan
Pejanjian Baru ini dikenal dengan istilah Entmytologisierung
atau demitologisasi. Penafsirannya dikemas dengan bantuan filsafat
eksistensialis Martin Heidegger. Usaha demitologisasi Rudolf
Bultmann dipengaruhi oleh beberapa tokoh di Universitas Marburg,
yaitu Wilhelm Herman, Yohannes Weiss, Wilhelm Hermuller, dan Paul
Tillich. (3) Usaha demitologisasi Rudolf Bultmann ditentang oleh
beberapa muridnya yaitu Ernst Kasemann, Ernst Fuchs, Gerhard
Ebeling, dan Herbert Braun.
2008-11-01T00:00:00ZRAHMATAN LIL ALAMIN DAN VISI BERBAGAI PAHAM PEMIKIRANPawenang, Supawihttp://hdl.handle.net/11617/9272018-03-19T04:18:27Z2008-11-01T00:00:00ZRAHMATAN LIL ALAMIN DAN VISI BERBAGAI PAHAM PEMIKIRAN
Pawenang, Supawi
Tulisan ini adalah menguak tentang konsep rahhmatan lil ’alamin dalam
berbagai paham (isme) yang berkembang di dunia, yang digunakan para
pemimpin negara untuk menerapkannya. Setelah dianalisa kemudian
penulis mengambil sebuah kesimpulan bahwa pada dasarnya, Islam juga
mempunyai sistem kehidupan yang lengkap untuk mencapai kondisi
kebahagiaan dan kesejahteraan semua alam (rahmatan lil alamin).
Hanya saja belum terungkap secara paripurna. Jika dikomparasikan
dengan sistem kapitalis yang menawarkan liberalisasi dan sistem sosialis
yang menawarkan komunisme, sistem Islam jauh lebih tua dan lengkap,
meliputi wilayah sakral dan profan, yang gaib dan yang konkrit, akal
dan hati, yang tentunya berbeda dengan dua sistem di atas yang
cenderung sebatas bersifat positivistik materialistik.
Misi untuk mencapai rahmatan lil alamin adalah memperkuat lima elemen
dan mengintegrasikannya untuk menjadi suatu kekuatan utama. Lima
elemen yang dapat dijadikan misi, dalam Islam, wujud dalam lima rukun
Islam, yaitu: syahadad, sholat, zakat, puasa, dan haji. Kelima elemen ini
merupakan fundamen untuk meraih rahmatan lil alamin. Rahmatan lil
alamin pada intinya adalah pesan dasar al Qur’an. Indikator tercapainya
rahmatan lil alamin adalah ketika amr ma’ruf nahy munkar itu tegak.
2008-11-01T00:00:00ZGAYA BAHASA PERUMPAMAAN DAN METAFOR DALAM AL-QUR’AN SEBAGAI STRATEGI KOGNITIFSriyatunAbidin, Zaenalhttp://hdl.handle.net/11617/9262018-03-19T04:18:05Z2008-11-01T00:00:00ZGAYA BAHASA PERUMPAMAAN DAN METAFOR DALAM AL-QUR’AN SEBAGAI STRATEGI KOGNITIF
Sriyatun; Abidin, Zaenal
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia khususnya umat Islam, di
samping berisi peraturan hidup juga mengandung berbagai macam gaya
bahasa terutama perumpamaan dan matafor. Kedua gaya bahasa
tersebut mendominasi diantara gaya bahasa yang lain dan sekaligus
dapat digunakan sebagai strategi kognitif dalam memahamkan umant
manusia melalui (bahasa) Al-Qur’an.Untuk membicarakan gaya bahasa
tidak bias lepas dari fungsi bahasa beserta ruang lingkupnya. Bahasa
memiliki fungsi antara lain sebagai alat untuk menyampaikan informasi
dari penyampai pesan kepada orang lain baik bersifat instrumental,
regulative, representasi, imajinatif dan lain-lain sehingga menghasilkan
kondisi tertentu. Gaya bahasa adalah bahasa yang indah untuk
meningkatkan efek membandingkan benda dengan hal lain, suasana
(kondisi) peristiwa dengan sitauasi kondisi peristiwa lain gaya bahasa
perumpamaan dan metafor. Pengungkapannya akan dipaparkan dalam
surat dan ayat-ayat yang terkait dengan aqidah dan akhlak.
2008-11-01T00:00:00Z