Seminar Nasional Geografi UMS 2013
http://hdl.handle.net/11617/11009
Seminar Nasional Pendayagunaan Informasi Geospatial untuk Optimalisasi Otonomi Daerah2024-03-28T14:56:41ZAnalisis Kesesuaian Lahan untuk Penentuan Prioritas Lokasi Industri Menengah dan Besar di Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman
http://hdl.handle.net/11617/4263
Analisis Kesesuaian Lahan untuk Penentuan Prioritas Lokasi Industri Menengah dan Besar di Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman
Wahyuningrum, Erma; Musiyam, Muhammad; Saputra, Aditya
Pekerjaan baru dapat diciptakan bagi para angkatan kerja yang setiap tahunnya selalu bertambah. Salah satu usaha untuk menekan
jumlah pengangguran dan mengurangi tingkat kemiskinan penduduk adalah dengan pembangunan industri. Kebutuhan lahan untuk
penyediaan lokasi industri meningkat selaras dengan pembangunan pada sektor-sektor lain yang juga semakin pesat, sedangkan luas
lahan yang ada relatif tetap. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengetahui karakteristik lahan yang sesuai untuk penentuan lokasi industri
menengah dan besar di Kecamatan Godean, 2) Menentukan tingkat kesesuaian lahan untuk lokasi industri menengah dan besar di
Kecamatan Godean dan 3) Menentukan tingkat prioritas pengembangan lokasi industri menengah dan besar di Kecamatan Godean
berdasarkan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR). Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu dengan
menggunakan metode pengharkatan dan pembobotan semua parameter lahan. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bentuklahan, kemiringan lereng, tekstur tanah, kembang kerut tanah, daya dukung tanah, kedalaman muka air tanah, drainase tanah,
kerawanan erosi, penggunaan lahan, jarak terhadap jalan utama dan jarak terhadap infrastruktur. Penentuan prioritas pengembangan
lokasi industri menengah dan besar dilakukan dengan menggunakan metode matching yang memadukan antara dua variabel yaitu peta
kesesuaian lahan dengan peta Rencana Detil Tata Ruang (RDTR). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 3 tingkat prioritas
pengembangan lokasi industri menengah dan besar di Kecamatan Godean yaitu lahan prioritas I seluas 49 Ha atau 1,9% yang terdapat di
Kelurahan Sidoluhur, Kelurahan Sidokarto, Kelurahan Sidomoyo dan Kelurahan Sidoarum, lahan prioritas II seluas 47 Ha atau 1,8% yang
terdapat di Kelurahan Sidoluhur, Kelurahan Sidoagung, Kelurahan Sidomulyo dan Kelurahan Sidokarto serta lahan tidak diprioritaskan
seluas 2588 Ha atau 96,9% yang terdapat di Kelurahan Sidorejo, Kelurahan Sidoluhur, Kelurahan Sidoagung, Kelurahan Sidomulyo,
Kelurahan Sidokarto, Kelurahan Sidoluhur dan Kelurahan Sidoarum. Hasil akhir dari penelitian ini disajikan dalam peta prioritas
pengembangan lokasi industri menengah dan besar skala 1:35.000.
2013-01-01T00:00:00ZKlasifikasi Kerusakan Permukiman Akibat Banjir Lahar Menggunakan Model Builder GIS
http://hdl.handle.net/11617/4262
Klasifikasi Kerusakan Permukiman Akibat Banjir Lahar Menggunakan Model Builder GIS
Kumalawati, Rosalina; Sartohadi, Junun; Rijanta; Pradiptyo, Rimawan; Samsurijal, Seftiawan; Prasaja, Ahmad Syukron
Banjir lahar pasca erupsi Merapi 2010 telah mengakibatkan kerusakan permukiman salah satunya di Desa Sirahan Kecamatan Salam
Kabupaten Magelang. Pemodelan kerusakan permukiman yang terjadi dapat dilakukan sebagai usaha inventarisasi akibat bencana
lahar. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model builder GIS yang dapat digunakan untuk melakukan pemodelan kerusakan
permukiman akibat banjir lahar. Model kerusakan permukiman akibat banjir lahar tersebut dapat dijadikan dasar untuk melakukan
inventarisasi kerusakan permukiman yang diakibatkan oleh bencana banjir lahar. Adapun inventarisasi dapat meliputi jumlah
permukiman, jenis kerusakan, dan lokasi permukiman. Hasil penelitian menunjukkan model builder GIS untuk pemodelan kerusakan
permukiman akibat banjir lahar dapat dijalankan dengan operasi intersect, addfield dan calculatefield. Kerusakan permukiman yang
diakibatkan oleh banjir lahar dibagi menjadi 5 kelas yaitu Roboh/Hanyut, Rusak Berat, Rusak Sedang, Rusak Ringan dan Tidak
Rusak. Desa Sirahan merupakan desa dengan kerusakan permukiman terbanyak yaitu 969 rumah dengan rincian 584 rumah
“Roboh/Hanyut”, 84 “Rusak Berat”, 110 “Rusak Sedang”, 87 “Rusak Ringan” dan 104 “Tidak Rusak”.
2013-01-01T00:00:00ZAplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove Sebagai Salah Satu Sumberdaya Wilayah Pesisir (Studi Kasus di Delta Sungai Wulan Kabupaten Demak)
http://hdl.handle.net/11617/4261
Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pengelolaan Hutan Mangrove Sebagai Salah Satu Sumberdaya Wilayah Pesisir (Studi Kasus di Delta Sungai Wulan Kabupaten Demak)
Fathurrohmah, Septiana; Hati, Karina Bunga; Marjuki, Bramantiyo
Indonesia memiliki wilayah pesisir cukup luas dengan garis pantai terpanjang keempat di dunia, yai tu mencapai 95.181 km (Rompas
2009, dalam Mukhtar 2009). Wilayah pesisir tersebut menyimpan potensi sumberdaya yang melimpah. Salah satu sumberdaya yang
dimiliki oleh sebagian wilayah pesisir Indonesia adalah hutan mangrove. Hutan mangrove memiliki fungsi ekologis, fungsi sosial dan
ekonomi, serta fungsi fisik. Oleh karenananya, diperlukan pengelolaan yang optimal terhadap hutan mangrove. Pengelolaan hutan
mangrove dapat dipermudah dengan memanfaatkan aplikasi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Aplikasi
pengelolaan hutan mangrove dapat dilakukan melalui interpretasi visual citra penginderaan jauh untuk mengetahui persebaran
komunitas vegetasi mangrove di suatu wilayah. Apabila data penginderaan jauh yang digunakan bersifat multitemporal, maka dapat
diaplikasikan untuk kegiatan monitoring, seperti monitoring perubahan luasan, monitoring perubahan distribusi tutupan lahan, dan lain
sebagainya. Seiring dengan perkembangannya, saat ini, teknik penginderaan jauh yang diintegrasikan dengan teknik Sistem
Informasi Geografis semakin membantu dalam penyediaan basis data spasial mangrove melalui berbagai aplikasi. Sebagai contoh
aplikasi tersebut, dalam penelitian ini dilakukan kegiatan monitoring perubahan luas dan distribusi tutupan lahan mangrove di area
Delta Sungai Wulan Kabupaten Demak melalui interpretasi visual data penginderaan jauh. Data penginderaan jauh yang digunakan
adalah Citra Landsat TM tahun 1994, Citra Landsat ETM tahun 2002, dan Citra ALOS tahun 2010. Selanjutnya, dilakukan pula
pemetaan tingkat kerapatan mangrove menggunakan teknik Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) pada Citra ALOS tahun
2010
2013-01-01T00:00:00ZKajian Pola Persebaran Longsorlahan di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas
http://hdl.handle.net/11617/4260
Kajian Pola Persebaran Longsorlahan di Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas
Suwarno; Sutomo; Nugroho, Dwi Septiono
Kejadian longsorlahan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kekasaran topografi, batuan, dan penggunaan lahan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui frekuensi longsorlahan dan mengetahui pola sebaran longsorlahan di daerah penelitian. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey lapangan dengan teknik pengambilan sampel area sampling dan incidental
sampling.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bentuklahan di daerah penelitian. Data penelitian berupa data primer yang
berupa kejadian longsorlahan dan data sekunder berupa peta ruba bumi Indonesia Kecamatan Ajibarang. Analisis data
menggunakan analisis kelas frekuensi dan analisis tetangga terdekat. Hasil penelitian ini terdapat 57 kejadian longosrlahan. Frekuensi
longsorlahan didominasi oleh kelas frekuensi sangat tinggi. Frekuensi tertinggi pada bentuk penggunaan lahan pemukiman yaitu
sebanyak 35 kejadaian longsorlahan. Nilai indeks sebaran longsorlahan mempunyai nilai T=0,13. Nilai tersebut mendekati angka 0,
di mana nilai T=0 menunjukkan pola sebaran longsorlahan mengelompok, sehingga pola sebaran longsorlahan di daerah penelitian
adalah mengelompok.
2013-01-01T00:00:00Z