Seminar Nasional TEKNOIN 2014
http://hdl.handle.net/11617/5314
Peningkatan Daya Saing Industri Nasional Berkelanjutan Berbasis Riset2024-03-29T13:33:24ZPerbandingan Volume Biogas yang Dihasilkan dari Fermentasi Campuran Eceng Gondok dan Sampah Sayuran DENGAN dan TANPA Kotoran Ayam pada Berbagai Rasio Pengenceran dan Waktu
http://hdl.handle.net/11617/5368
Perbandingan Volume Biogas yang Dihasilkan dari Fermentasi Campuran Eceng Gondok dan Sampah Sayuran DENGAN dan TANPA Kotoran Ayam pada Berbagai Rasio Pengenceran dan Waktu
Budiyati, Eni; Fitria, Nia; Mundriyastutik, Yayuk
Penggunaan sumber daya energi dari bahan baku fosil semakin
meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk di
Indonesia. Keadaan ini tidak sebanding dengan jumlah sumber
daya energi dari olahan minyak bumi, oleh karena itu perlu
direalisasikan sumber daya energi alternatif bersifat ramah
lingkungan serta dapat diperbaharui. Biogas merupakan salah
satu sumber daya energi alternatif yang bersifat ramah
lingkungan. Beberapa bahan yang dapat digunakan untuk
pembuatan biogas antara lain: kotoran sapi, kotoran kuda,
kotoran ayam, kotoran manusia, air limbah, sampah organik,
jerami, eceng gondok dan masih banyak lagi.
Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
mempersiapkan bahan-bahan serta alat-alat yang akan
digunakan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
kotoran ayam, sampah sayuran, eceng gondok dan air. Langkah
kedua mencampurka bahan tersebut dengan perbandingan
komposisi yang telah ditentukan. Setelah pada langkah ketiga
dilakukan proses fermentasi dalam erlenmeyer selama 7, 14, 21, 28
dan 35 hari. Dan pada langkah terakhir dilakukan pengukuran
jumlah gas yang terbentuk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama waktu
fermentasi maka volume biogas yang dihasilkan semakin besar. Di
samping itu, pembentukan biogas dengan penambahan starter
(kotoran ayam) lebih banyak daripada pembentukan biogas tanpa
penambahan starter. Perbedaan bahan baku yang digunakan,
mempengaruhi volume biogas yang dihasilkan.
2014-11-01T00:00:00ZPengaruh Suhu dan Perbandingan Katalis Zeolit terhadap Karakteristik Produk Hasil Pirolisis Kayu Glugu
http://hdl.handle.net/11617/5329
Pengaruh Suhu dan Perbandingan Katalis Zeolit terhadap Karakteristik Produk Hasil Pirolisis Kayu Glugu
Erawati, Emi; Budiyati, Eni; Kuncoro, Yudha Rizki; Sediawan, Wayudi Budi
Pirolisis adalah suatu proses pemanasan
biomassa tanpa adanya oksigen sehingga terjadi penguraian
darisenyawa senyawa kompleks yang menghasilkan 3 zat
yaitu padat, gas, dan cair. Pada penelitian yang kami lakukan
menggunakan bahan baku kayu gluguy ang diambil dari
daerah Solo. Variable penelitian yang digunakan adalah suhu
pemanasan dan perbandingan massa umpan sekam padi dan
katalis zeolit. Suhu pemanasanyang digunakan adalah 400
C,
450
0
C, 500
0
C, 550
0
C, dan 600
0
C. Variasi perbandingan massa
sekam padi dan zeolit yaitu 1:1/8, 1:1/4, 1:1/2, 1:3/4, dan
1:1.Dari penelitian yang telah kami lakukan didapatkan suhu
optimal pirolisis sekam padi yaitu 450
0
C yang menghasilkan
yield bio-oil sebesar 37,04, gas sebesar 18,96 dan char sebesar
46,59 (%berat).Sedangkan untuk variasi perbandingan massa
kayu glugu dan zeolit didapatkan perbandingan optimal yaitu
pada perbandingan 1kg kayu glugu : 750 gram zeolit yang
menghasilkan yield bio-oil, char, gas sebesar 39,92, 35,25 dan
44,32 (%berat).
2014-11-01T00:00:00ZLetak Elektroda Elektromiografi pada Upper Extremity Muscle
http://hdl.handle.net/11617/5328
Letak Elektroda Elektromiografi pada Upper Extremity Muscle
Pratiwi, Indah; Purnomo; Dharmastiti, Rini; Setyowati, Lientje
Electromyografi adalah suatu alat yang
digunakan untuk merekam aktivitas elektrik dari otot untuk
menentukan apakah otot sedang melakukan kontraksi atau
tidak. EMG berfungsi mencatat bioelektrik untuk mengetahui
sinyal yang disebabkan oleh aktivitas gerak otot tersebut.
EMG pada umumnya direkam dengan menggunakan
elektroda yang dipasangkan pada permukaan kulit atau lebih
sering jarum elektroda yang dimasukkan secara langsung ke
dalam otot. Elektroda permukaan digunakan sekali pakai
karena perekatnya mudah lepas. Elektroda ini mengambil
tegangan yang dihasilkan oleh kontraksi serat otot. Sinyal yang
terdeteksi pada permukaan kulit sangat rendah yaitu dalam
range miliVolt, sehingga perlu dikuatkan beberapa kali.
Karakteristik sinyak EMG mempunyai range frekuensi antara
20Hz – 500Hz dan range tegangan antara 0,4mV sampai 5mV.
Sebuah sinyal EMG berasal dari beberapa unit motor dan
didefinisikan sebagai jumlah dari semua MUAP ditambah
noise dan artefact. Ada beberapa tipe elektroda yang
digunakan untuk mengukur sinyal EMG, yaitu needle
electrodes, fine-wire electrodes, dan surface electrodes. Untuk
keperluan aplikasi ergonomi maka elektroda yang sering
digunakan adalah surface electrodes, karena mudah
pemasangannya juga tidak terlalu mengganggu aktivitas dari
orang yang diteliti. Pada paper ini, akan dibahas tentang
peletakkan elektroda pada otot bagian atas tubuh, karena
letak elektroda harus tepat agar sinyal lustrik dapat terbaca
oleh EMG.
2014-11-01T00:00:00ZEvaluasi Beban Kerja Mental dengan Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) di PT. Air Mancur
http://hdl.handle.net/11617/5316
Evaluasi Beban Kerja Mental dengan Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) di PT. Air Mancur
Muslimah, Etika; Rokhima, Cita Zulfa; Alghofari, Akhmad Kholid
Beban kerja merupakan salah satu faktor penting
dalam pekerjaan. Beban kerja dapat berupa beban fisik dan
mental. Pembebanan terhadap seorang pekerja harus
memperhatikan pada kemampuan dan keterbatasan pekerja
tersebut. Hal itu dibutuhkan untuk menghindari pembebanan
pekerjaan yang berlebihan pada pekerja. Penelitian ini akan
mengevaluasi beban kerja mental yang diterima pekerja di PT.
Air Mancur bagian pengemasan. Bagian pengemasan
merupakan salah satu bagian yang pekerjaannya dilakukan
secara manual, sehingga menyebabkan sering terjadi
kesalahan dalam pekerjaan ini. Hal itu terjadi karena pekerja
merasa jenuh dengan kegiatan yang dilakukan beruang-ulang
dan monoton yang menyebabkan kebosanan. Pekerjaan
dilakukan dalam durasi waktu yang lama yaitu 1 shift kerja (8
jam). Berdasarkan permasalahan tersebut maka evaluasi
terhadap beban kerja mental ini diperlukan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur beban kerja mental yang dialami
oleh pekerja bagian pengemasan. Metode evaluasi yang
digunakan metode SWAT (Subjective Workload Assessment
Technique). Metode ini menganalisis beban mental
berdasarkan pada tiga dimensi atau faktor yaitu beban waktu
(time load), beban mental (mental effort), dan beban psikologis
(psychological stress load).pengukuran dilakukan dalam 2 shift
yang berbeda yaitu shift pagi dan sore. Hasil penelitian yang
dilakukan menyatakan bahwa beban kerja mental shift pagi
diperoleh rata-rata sebesar 64,81 dan shift sore adalah 66,67.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa beban kerja mental
tersebut termasuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil
evaluasi dengan SWAT tersebut maka dapat dikatakan bahwa
beban kerja mental yang diterima pekerja tinggi sehingga
menjadi salah satu penyebab seringnya terjadi kesalahan.
2014-11-01T00:00:00Z