Show simple item record

dc.contributor.authorKuncoro, Dwi Agus
dc.date.accessioned2018-09-13T03:29:39Z
dc.date.available2018-09-13T03:29:39Z
dc.date.issued2018-06
dc.identifier.isbn978-602-361-137-9
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/10332
dc.description.abstractPerubahan iklim global semakin terasa dengan hadirnya fenomena hujan ekstrim di beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS). Hujan ekstrim ini yang menyebabkan aliran banjir di sungai semakin ganas, sehingga menimbulkan beberapa lokasi kritis sungai seperti : tanggul jebol, tebing sungai mengalami erosi/longsor dan lainnya. Meningkatnya jumlah lokasi kritis sungai di Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung dari Tahun 2012 berjumlah 350 lokasi menjadi 600 lokasi di Tahun 2016 serta keterbatasan ketersediaan dana, mendorong BBWS Cimanuk- Cisanggarung untuk melakukan inovasi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah satu inovasi yang dilakukan, yaitu : penerapan bio-engineering dan sistem urug perkuatan wadah generik (SUPWG)berwawasan lingkungan. Maksud tulisan ini, yaitu untuk memberikan alternative lain dalam penanganan lokasi kritis sungai yang berwawasan lingkungan serta mempunyai kekuatan yang memadai sesuai ketersediaan dana. Adapun tujuannya, yaitu : membuat teknologi baru yang dapat menyelesaian masalah di lokasi kritis sungai, dimana teknologi tersebut dapat juga dilaksanakan secara mandiri oleh masyarakat dan komunitas peduli sungai. Pada awalnya BBWS Cimanuk-Cisanggarung menerapkan bio-engineering dengan mengacu pada literature yang ada. Di awal Tahun 2017 sudah terbuat penanganan bio-engineering di 2 lokasi, yaitu : di Sungai Cigora Kabupaten Brebes dan di S Jengkelok Kab Kuningan. Sekarang sudah diimplementasikan bio-engineering di Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung sebanyak 12 lokasi. Melihat evaluasi penerapan bio-engineering yang sudah dilakukan, yaitu bahwa bio- engineering sangat cocok dilakukan pada lokasi yang mempunya karakteristik sebagai berikut : 1. Kecepatan aliran banjir maksimal 2 m/dt, 2. Aliran banjir membawa sedimen, dan 3.Tanaman bambu yang ditanam kedalam tanah minimal 1/3 dari panjang total batang bambu. Melihat keterbatasan ini maka selanjutnya dilakukan inovasi berikutnya, yaitu dengan membuat Sistem Urug Peruatan Wadah Generik (SUPWG)berwawasan lingkunga. Teknologi SUPWG ini diturunkan dari teknologi SUPW temuan John Wirawan. Ada 3 tipe SUPWG, yaitu : SUPWG tipe premium, SUPWG tipe medium dan SUPWG tipe ekonomi. Dari ketiga tipe tersebut dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : SUPWG yang permanen (ke-3 tipe SUPWG)dan SUPWG yang bisa dengan system knock down (SUPWG tipe premium dan medium). Prinsip dari teknologi SUPWG ini adalah membuat wadah di tepi tebing sungai sebagai tempat tumbuh kembangnya tanaman konservasi tebing sungai hingga tumbuh kuat, untuk memperkuat tebing sungai dan memberikan kekasaran tebing sungai sehingga aliran banjir tidak cepat mengalir ke hilir. Biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan SUPWG tipe ekonomi berikisar sebesar Rp 500.000,00/m sampai Rp 600.000,00/m 3 , sedangkan untuk SUPWG tipe medium berkisar antara Rp 1.300.000,00/m 3 sampai Rp 1.400.000,00/m 3 , adapun untuk SUPWG tipe premium berkisar antara Rp 1.5000.000,00/m 3 sampai Rp 1.600.000,00/m 3 . 3id_ID
dc.language.isootherid_ID
dc.publisherProsiding Seminar Nasional Geografi UMS IX 2018id_ID
dc.titlePenerapan Bio·Engineering dan Sistem Urug Perkuatan Wadah Generik (SUPWG) Berwawasan Lingkungan Dalam Rangka Restorasi Sungai Di Wilayah Sungai Cimanuk·Cisanggarungid_ID
dc.typeArticleid_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record