dc.identifier.citation | Elkington, J. 1997, Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21st CenturyThe Triple Bottom Line of 21st Century, ttps://doi.org/http://doi.wiley.com/10.1002/tqem.3310080106, diakses tgl 16 April 2019. Proklamasiningsih, E, 2004, Fitoremediasi Limbah Cair Batik Menggunakan Kayu Apu Sebagai paya untuk Memperbaiki Kualitas Air (Pistia Stratiotes L), Purwokerto. Rochma, N, 2017, "Penurunan Bod Dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch", Vol. 6, No. 2, hh.2–6. Suprihatin, H., 2014, Kandungan Organik Limbah Cair Industri Batik Jetis Sidoarjo dan Alternatif Pengolahannya, Institut Teknologi Pembangunan Surabaya, Surabaya. Yanti, F., dan Rasmini, N.K., 2015, "Analisis Pengungkapan Triple Bottom Line Dan Faktor Yang Mempengaruhi (Studi Di Perusahaan Indonesia Dan Singapura), Akuntansi, Vol. 13, No. 2, hh. 499–512. | id_ID |
dc.description.abstract | UKM Batik Semarang 16 merupakan salah satu pengrajin batik tulis dan cap yang ada di salah
satu sentra batik di Kota Semarang. Pada saat ini, UKM Batik Semarang 16 memiliki 219 motif
batik yang telah terdaftar di Ditjen HAKI. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian dalam
lima tahun sejak 2011-2015, industri batik tumbuh 14,7% dari 41.623 unit menjadi 47.755 unit.
Dalam proses produksinya, industri ini menghasilkan limbah cair yang jumlahnya mencapai
80% dari seluruh jumlah air yang dipergunakan dalam proses membatik. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengukur tingkat eco-efficiency produk batik cap serta memberikan usulan
rekomendasi untuk meningkatkan nilai eco-efficiency produk tersebut dan untuk menghitung
eco cost pada penggunaan material penyusun perwarna alam dan pewarna kimia. Pengukuran
eko-efisiensi dilakukan menggunakan Life Cycle Assessment (LCA) yang dibantu tools software
SimaPro dengan metode eco-cost. Metode ini digunakan untuk mendapatkan biaya lingkungan
dari kategori dampak yang dihasilkan berdasarkan penggunaan bahan baku produksi batik cap.
Hasil perhitungan batik cap pewarna kimia menghasilkan nilai eco-cost sebesar Rp 308.083,23
per lot (10 kain) dan tingkat eko-efisiensi sebesar 66,6%, sedangkan hasil perhitungan batik cap
pewarna alam menghasilkan nilai eco-cost Rp 375.128,86 per lot (10 kain) dengan tingkat eko
efisiensi 84,2%. Konversi minyak tanah ke LPG, pemanfaatan kembali limbah lilin malam,
menggunakan standard dalam pengerjaan merupakan strategi yang digunakan untuk
meningkatkan eko efisiensi produk batik cap. | id_ID |