dc.identifier.citation | 1. Djuanda, A., Mochtar, H., Siti, A., 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6 . Jakarta : FKUI. 2. Mukhopadhyay, P., 2011. Cleansers and their role in various dermatological disorders. Indian Journal of Dermatology. 56: 2-6. 3. Stringer, T., Nagler, A., Orlow, S. J., Oza, V. S., 2018. Clinical evidence for washing and cleansers in acne vulgaris: A systematic review. Journal of Dermatological Treatment. 4. Tanghetti, E. A., Kawata, A. K., Daniels, S. R., Yeomans, K., Burk, C. T., Callender, V. D., 2014. Understanding the Burden. Clinical Aesthetic. 7: 28. 5. Tjekyan, R. M., Suryadi., 2008. Kejadian dan Faktor Risiko Acne Vulgaris. Media Medika Indonesia. 43: 1-15. | id_ID |
dc.description.abstract | Memencet akne vulgaris menyebabkan erupsi sebum dan bakteri yang mengenai jaringan kulit di sekitarnya sehingga menyebabkan peningkatan inflamasi dan infeksi. Overcleansing atau menggunakan sabun alkalin dapat meningkatkan pH kulit, mengganggu barier lipid kulit, dan menyebabkan iritasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara perilaku popping, frekuensi membersihkan wajah, dan pH pembersih wajah dengan tingkat keparahan akne vulgaris. Desain penelitian menggunakan cross sectional dan dilakukan pada bulan Desember 2018 di MAN 3 Boyolali. Besar subjek penelitian 68 responden yang sesuai dengan kriteria restriksi dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Data perilaku popping, frekuensi wajah, dan pH pembersih wajah menggunakan kuisioner. Data tingkat keparahan akne vulgaris dengan diagnosis dokter umum. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil uji chi-square tidak terdapat hubungan antara perilaku popping dengan tingkat keparahan akne vulgaris (p=0,116), terdapat hubungan antara frekuensi membersihkan wajah dengan tingkat keparahan akne vulgaris (p=0,000), terdapat hubungan antara pH pembersih wajah dengan tingkat keparahan akne vulgaris (p=0,001). | id_ID |