dc.identifier.citation | Azizah , R., Qomarun. (2011). Rekayasa Kenyamanan Termal Pada Bangunan Rumah Di Perkotaan, Jurnal Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Frick, H., Ardiyanto, A. dan Darmawan, A. (2007). Ilmu Fisika Bangunan: Pengantar Pemahaman Cahaya, Kalor, Kelembaban, Iklim, Gempa Bumi, Bunyi dan Kebakaran, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Givoni, Baruch. 1998. Climate Consideration in Building and Urban Design, Van Nostrand Reinhold, New York. Kurniasari, Dewi dan Qomarun (2007). Penerapan Kenyamanan Termal Pada Perumahan Bertema Arsitektur Islam: Studi Kasus pada Rumah Blok B-2 dan E-6 Perumahan Muslim Darussalam III Yogyakarta, Skripsi Program Studi Arsitektur FT-UMS, Surakarta. Lang, Jon (1987). Creating Architectural Theory: The Role of the Behavioral Sciences in Environmental Design, Van Nostrand Reinhold, New York. Lippsmeier, G. (1997) Bangunan Tropis, Erlangga, Jakarta Satwiko, Prasasto (2004). Fisika Bangunan I, Penerbit Andi, Yogyakarta. Setyowati, E. (2013), Buku Ajar Fisika Bangunan 2, Thermal dan Acoustic, Badan Penerbit UNDIP. Laela, Nur Latifah., (2015). Fisika Bangunan 1, Griya Kreasi, Jakarta | id_ID |
dc.description.abstract | Masjid merupakan tempat ibadah bagi orang beragama islam, sehingga penggunaanya dapat
memberikan rasa kenyamanan bagi para jamaah di setiap waktu ibadahnya. Bentuk ibadah umat
Muslim yang beraneka ragam membuat penggunaan masjid menjadi rutin dengan minimal setiap 5
waktu dalam satu hari, yaitu ketika pagi dini hari, siang hari, sore hari, petang hari, dan malam hari.
Oleh karena itu, desain bangunan masjid haruslah mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan fisik tersebut.
Ruang dalam masjid (ruang salat) yang bermasalah akan berpengaruh buruk terhadap kenyamanan
beribadah para jamaahnya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif dengan
melakukan pengukuran langsung dilapangan dengan alat ukur berupa Hydrometer, dan Termometer.
Standart kenyamanan termal yang baik disesuaikan berdasarkan standart yang ada. Waktu penelitian
pada saat setelah melakukan shalat (5 waktu sholat) dan sampel mengambil 25 titik ukur (TU) masingmasing
di lantai satu dan dua masjid Suldamiyah Rais Kampus 2 Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Kesimpulan dari hasil penelitian ini yakni tingkat kenyamanan termal pada masjid
Sudalmiyah Rais termasuk tipe udara yang bergerak (kecepatan 0.1-1,0 m/s) berdasarkan grafik
daerah nyaman (Comfort Zone) , daerah nyaman dapat dicapai pada kondisi bersuhu 25-35 oC dan
berkelembaban 5-85 % sehingga bangunan masjid tersebut dikatakan nyaman harus ada udara masuk
ke dalam bangunan dengan kecepatan 0,1-1,0 m/s. Desain bangunan masjid tersebut yang terdapat
banyak bukaan dapat udara masuk kedalam bangunan. | id_ID |