dc.description.abstract | Stroke merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker serta merupakan
penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Menurut American Heart Association (AHA), pada
tahun 2015 prevalensi stroke mencapai angka 33 juta pasien di dunia. Pada konferensi stroke
internasional tahun 2008 juga didapatkan bahwa jumlah kasus di kawasan Asia terus meningkat.
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan
terjadi pada usia >75 tahun (43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24 tahun (0,2%). Prevalensi
berdasarkan jenis kelamin yaitu lebih banyak pada laki-laki (7,1%) dibandingkan dengan perempuan
(6,8%). Prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Utara (10,8%) dan terendah di provinsi Papua
(2,3%). Stroke yang sering terjadi adalah stroke non hemoragik (SNH) yang diperkirakan 85-87% dari
semua kasus. Tujuan dari penulisan laporan ini untuk mengetahui lebih lanjut pada pasien stroke non
hemoragik. Pada kasus ini, seorang laki-laki berumur 60 tahun dengan keluhan lengan dan tungkai
kanan tidak dapat digerakkan. Pasien juga mengeluh berbicara pelo, sulit menelan, dan suara tidak jelas.
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan post stroke 4 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik yaitu
kesadaran sopor, Glasgow Coma Scale (GCS) EV2M4, tekanan darah 184/103 mmHg, kekuatan otot
lateralisasi dextra dan refleks fisiologis meningkat pada sisi kanan. Pemeriksaan Computed
Tomography (CT) Scan kepala kesan Subacute ischemic infarct di corona radiata kiri. Diagnosis klinis
hemiparese dekstra dengan pneumonia, diberikan tata laksana umum dan khusus. Untuk tatalaksana
umum yang bisa diberikan adalah head up position, pemberian oksigen, pemberian obat antihipertensi
dan menjaga asupan cairan serta nutrisi. Sedangkan penatalaksanaan khusus adalah dengan farmakologi
salah satunya sitikoline diberikan kepada pasien ini. | id_ID |