dc.description.abstract | HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus bersifat limfotropik khas yang menginfeksi
sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, merusak sel darah putih spesifik yang disebut limfosit T-helper atau
limfosit pembawa faktor T4 (CD4) yang mengakibatkan turunnya kekebalan tubuh manusia sehingga
menyebabkan Acquired Imunnodefisiensy Syndroms (AIDS). Semua wanita yang terinfeksi HIV yang
merencanakan kehamilan harus memulai terapi kombinasi antiretroviral (ARV), dengan tujuan untuk mencapai
viral load HIV RNA serum ibu di bawah tingkat deteksi laboratorium sebelum hamil, serta selama kehamilan.
Keberhasilan mengidentifikasi infeksi HIV selama kehamilan melalui tes skrining sangat penting untuk mencegah
penularan HIV dalam kandungan dan saat persalinan. Penularan HIV terhadap bayi bisa menjadi kurang dari
1% jika diberikan terapi kombinasi antiretroviral (ARV) yang efektif selama masa antepartum, intrapartum, dan
postpartum, hal ini terkait dengan penekanan virologi HIV. Pada kasus ini seorang primigravida 28 tahun,
pertama kali terdeteksi infeksi HIV pada usia kehamilan 25 minggu (Agustus 2019). Hasil CD4 saat itu adalah
191 sel/µL, rasio CD4:CD8 0,31. Kemudian pasien mendapat terapi ARV berupa tenofovir 300mg, lamivudine
300mg, dan efavirenz 600mg. Dilakukan evaluasi pemeriksaan CD4 pada usia kehamilan 34 minggu didapatkan
hasil CD4 383 sel/µL, rasio CD4:CD8 0,5. Pilihan persalinan pada pasien ini ditentukan oleh hasil CD4 dan
viral load. Terminasi kehamilan dilakukan secara persalinan sesar pada usia kehamilan 38 minggu. Adapun
tujuan dilakukan persalinan secara sesar adalah untuk mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
(PMTCT) sebesar 50-66%. Terapi ARV dilanjutkan untuk meningkatkan kesehatan ibu, mencegah transmisi HIV
dari ibu ke anak, dan mencegah transmisi HIV dari ibu ke pasangan. | id_ID |