dc.identifier.citation | Atmojo. K (1987). Kami Bukan Laki- Laki. Sebuah Sketsa Kaum Waria. Jakarta: PT. Temprit. Bowman, G. D., & Stern, M. 1995. Adjustment to Occupational Stress: The Relationship of Perceived Control to Effectiveness of Coping Strategies. Journal of Counseling Psychology. 60.p. 294 – 303. Brower. M. A. W., (1996). Antara Senyum dan Menangis, Hormatilah Pelacur. Jakarta: Gramedia. Jang, K.L., Livesley,W.J., Riemann, R.L., Vernon, P.A., Hu, S., Angleitner, A.,Ando,J.,Ono,Y.,dan Hamer, D.H. (2001). Covariance Stucture of Neuroticism and Agreeablesness: A Twin and Molecular Genetic Analysis of The Role of The Serotonin Transporter Gene. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 81, 2, p.295-304.Kartono. K (1989). Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: CV Mandar Maju. Koeswinarno. (2004) Hidup Sebagai Waria. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara. Nadia. Z., (2005). Waria. Laknat Atau Kodrat?. Yogyakarta : Galang Press. Santrock. J. W., (2002). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, jilid 1. Jakarta : Erlangga. Scipione. G. C., (1997). The Biblical Ethics of Transsexual Operations. Journal of Biblical Ethics in Medicine. Vol 4, 213, p.13 – 22. | en_US |
dc.description.abstract | Dunia pelacuran adalah penuh dengan tekanan, ancaman dan hal negatif
cacat yang menyebabkan ketertarikan kepada pelacur oleh karena itu mendorong
pelacur untuk menciptakan strategi menghadapi cukup untuk menghadapi apa yang
rasa mereka . Tujuan dari studi ini akan meliputi ke luar ketertarikan dan strategi
pelacur yang menghadapi transgender di tiga lingkungan sosial berbeda termasuk
dalam keluarga, masyarakat dan “ cebongan” ( tempat di mana pelacur bekerja). Ini
adalah suatu riset kualitatif. Karena alat pengumpulan data adalah wawancara, dan
pengamatan. Studi ini menggunakan purposive sampling. Ada 3 subjek dan 4 orang
informan. Untuk menganalisis data menggunakan model interaktif dari Miles &
Huberman yang terdiri dari 3 langkah, yaitu reduksi data, menampilkan data dan
kesimpulan serta verifikasi. Hasil dari penelitian ini, banyak kecemasan yang dialami
oleh waria pelacur yang datang dari lingkungan yang berbeda-beda. Dari keluarga
misalnya, merupakan sumber kecemasan tertinggi, ketika keluarga waria mengetahui
profesi mereka. Sumber lain berasal dari pengucilan oleh masyarakat dan mucikari,
penangkapan oleh polisi dan preman, persaingan antar pelacur dan kekerasan dari
pengguna mereka di “cebongan”. | en_US |