dc.contributor.author | Niam, Erni Khoirun | |
dc.date.accessioned | 2012-05-15T03:30:10Z | |
dc.date.available | 2012-05-15T03:30:10Z | |
dc.date.issued | 2009-05 | |
dc.identifier.citation | Dayakisni, T. dan Yuniardi, S. (2004). Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM. Guanipa, C. (1998). Culture Shock. http:// www.amigos.org/culture/shock.htm. Diakses 17 April 2007.Hapsari, T.W. (2002). Hubungan Antara Kekhusyu’an Menjalankan Sholat dengan Perilaku Coping terhadap Stres Pada Remaja. Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS. Hidajat, V. dan Sodjakusumah, T.I. (2000). Hubungan Antara Culture Shock dan Prestasi Akademis. Jurnal Psikologi Vol. 5, No. 1, 46-55. Irvine. (2000). Cultural Adjusment. http:// www.twayf.org/cultural_adjustment.htm. Diakses 17 April 2007 . Nevid, J.S., Rathus, S.A. dan Beverly Greene. (2002). Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga. Oberg, L. Tanpa tahun. Culture Shock & The Problem Of Adjustment To New Cultural Environments. http://www.worldwide.org/ culture_shock.htm. Diakses 17 April 2007. Odera, P. (2003). Culture Shock in A Foreign Land: Rwandan Experience. Kigali Institute of Education Journal Vol. 1, No. 1. Rahayu, K.B. (2005). Perjuangan Hidup ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS): Studi Kualitatif Mengenai Bentuk-Bentuk Strategi Koping Pada Remaja yang Terinfeksi HIV/AIDS. Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS. Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. | en_US |
dc.identifier.issn | 0854-2880 | |
dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/11617/1435 | |
dc.description.abstract | Mahasiswa yang memilih kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta berasal dari
berbagai daerah di Indonesia dan memiliki karakteristik sosial budaya yang sangat heterogen,
yang tentu saja berbeda dengan sosial budaya kota Solo. Perbedaan-perbedaan antara kondisi di
daerah asal dengan di daerah baru dapat memunculkan hal-hal yang tidak menyenangkan bagi
seorang mahasiswa pendatang. Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
skala Culture Shock untuk screening atau menentukan bahwa mahasiswa tersebut mengalami culture
shock. Pengambilan data dilakukan dengan skala untuk menentukan informan, kemudian wawancara
dan observasi. Kemudian akan diambil enam orang informan dari 78 orang yang dijadikan sampel
dengan karakteristik: a) usia minimal 18 tahun (dewasa), b) mahasiswa laki-laki atau perempuan,
c) kuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta semester awal (semester dua), d) berasal dari
luar Jawa, e) belum pernah tinggal di Jawa sebelum kuliah, f) sejak awal masuk kuliah tinggal di
sekitar kampus (tidak tinggal di rumah saudara). Hasilnya ada 13 bentuk koping yang dilakukan
mahasiswa luar Jawa untuk mengatasi culture shock yaitu: (a) mencari dukungan sosial, (b)
penerimaan terhadap perbedaan, (c) keaktifan diri, (d) kontrol diri, (e) mencari hiburan, (f) tidakan
instrumental, (g) religiusitas, (h) negosiasi, (i) pengurangan beban masalah, (j) harapan, (k)
penghindaran terhadap masalah, (l) putus asa, (m) koping individual tidak efektif. | en_US |
dc.subject | mahasiswa | en_US |
dc.subject | jawa, | en_US |
dc.subject | luar jawa | en_US |
dc.subject | culture shock | en_US |
dc.title | KOPING TERHADAP STRES PADA MAHASISWA LUAR JAWA YANG MENGALAMI CULTURE SHOCK DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA | en_US |
dc.type | Article | en_US |