Show simple item record

dc.contributor.authorHeri Widodo, Y
dc.date.accessioned2012-06-04T04:30:39Z
dc.date.available2012-06-04T04:30:39Z
dc.date.issued2012-06-04
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/1511
dc.description.abstractSalah satu ciri mendasar sehat mental adalah kemampuan individu untuk hidup bersama dengan orang lain termasuk di dalamnya memberikan kontribusi positif terhadap lingkungannya. Banyak ahli psikologi, misalnya Erich Fromm dan Fritz Perls (dalam Schultz. 1991), meyakini bahwa ciri ini akan menjadi jelas ketika individu memiliki karakter yang bersifat inklusif. Karakter ini mewujud dalam rasa cinta dan persaudaraan terhadap semua orang tanpa membangun sekatsekat sebagai batasnya. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan dasar pemikiran dari beberapa tokoh psikologi terkait dengan karakter inklusif. Diharapkan tulisan ini akan memberikan pencerahan khususnya bagi generasi muda mengenai pentingnya membangun karakter inklusif. Bagi orang muda, membangun karakter inklusif sebenarnya adalah sebuah tantangan. Di saat mereka, menurut Erik Erikson (1989), disibukkan dengan usaha membangun identitas diri, termasuk di dalamnya dengan masuk dalam berbagai kelompok, orang-orang muda ini ditantang untuk justru meminimalkan bangunan sekat-sekat yang membatasi dirinya dengan orang lain di sekitarnya. Meskipun tidak mudah, membangun karakter inklusif bagi generasi muda adalah kunci untuk memenangkan pertaruhan pencarian identitas diri yang pada akhirnya akan memperkokoh identitas diri mereka. Capaian tersebut nantinya akan menjadikan mereka tumbuh sebagai pribadi yang matang dan sehat di berbagai tahap hidup mereka selanjutnya.en_US
dc.subjectkarakter inklusifen_US
dc.subjectkesehatan mentalen_US
dc.titleKARAKTER INKLUSIF SEBAGAI KUNCI PRIBADI YANG SEHAT SECARA MENTALen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record