dc.identifier.citation | Anonim. (2010). “Pengantar Lubang resapan biopori”. (http:// www. lubang resapan biopori.com, diakses tanggal 8 September 2010). Sitanala, Asdak. (2010). Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Brata, Kamir Raziudin. (1992). “Pemanfaatan Jerami Sebagai Mulsa Vertikal Untuk Pengendalian Aliran Permukaan, Erosi Dan Kehilangan Unsur Hara Dari Pertanian Lahan Kering.” Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Darsono, Suseno. (2007). ”Sistem Pengelolaan Air Hujan Yang Ramah Lingkungan.” Jurnal Teknik Keairan. Vol. 13 No. 4 Desember 2007. Dede, Rohmat dan Indiatmo Soekarno. (2004). ”Pendugaan Limpasan Hujan Pada Cekungan Kecil Melalui Pengembangan Persamaan Infiltrasi Kolom Tanah.” Makalah PIT HATMI XXI, 2004. Denpasar, Bali. Gureti, Pamela. (2009). “Studi Efektivitas Sumur Resapan dalam Mengurangi Air Limpasan Hujan: Studi Kasus Kota Surabaya.” Skripsi. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Haryani, Suryo., Fajar Yulianto dan Anneke. (2008). “Analisis Tingkat Rawan Banjir di Propinsi Jawa Timur Dari Data Penginderaan Jauh dan SIG.” Bidang Pemantauan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. PIT MAPIN XVII, Bandung, 10-12-2008. Indriatmoko, Haryono. (2010). Teknologi Konservasi Air Tanah Dengan Sumur Resapan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jakarta. Irianto, Gatot. (2006). Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Air Strategi Pendekatan dan Pendayagunaannya. Badan Penelitian dan Pengem. Pertanian, Papas Sinar Sinanti, Jakarta. Maryono, Agus. (2005). Menangani Banjir, Kekeringan dan Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Jogjakarta. Nawawi, Amrayadi. (2004). ”Analisis Pemanfaatan Lahan Kota Palembang (Studi Kasus Pemanfaatan Lahan Untuk Perumahan di Kota Palembang).” Tesis, Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia. Jakarta. Rahim. (2003). Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksara. Jakarta. Rahim dan Halim, P.K.S. (2008). “Panen Hujan Di Lahan Rawa Secara Terpadu.” Makalah Seminar Pertemuan Tahunan Ilmiah HITI, Palembang 17-18 Desember 2008. Sibarani dan Bambang, S. (2009). “Penelitian Lubang resapan biopori Untuk Menentukan Laju Resap Air Berdasarkan Variasi Umur Dan Jenis Sampah.” Skripsi Jurusan Teknik Lingkungan Fak. Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Suripin. (2001). Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi Ofset, Yogyakarta. United State Environmental Protection Agency. (2009). “Green Roofs for Stormwater Control.” (http://www.epa.gov/nrmrl/ pubs/600r09026/600r09026.pdf, diakses 6 September 2010). Waterfall, P.H. (2007). Rainfall Harvesting For Landscape Use. John Willey and Sons, New York. | en_US |
dc.description.abstract | Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa banjir berskala kecil terjadi dimana-mana, termasuk di Kota Palembang.
Tidak terkendalinya limpasan permukaan telah dipahami dengan jelas sebagai penyebab terjadinya banjir tersebut. Para ahli
telah mencoba menemukan jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut, tetapi belum dilakukan secara terpadu. Tujuan
utama dari penelitian ini adalah untuk mempelajari teknik mitigasi limpasan permukaan pada 2 (dua) tipe penggunaan lahan.
Metode penelitian yang digunakan, yaitu studi literatur, survei lapangan, dan percobaan hujan buatan (rainfall simulator)
pada dua tipe penggunaan lahan dengan perlakuan teknik mitigasi panen hujan, sumur resapan, lubang resapan biopori dan
atap hijau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lahan permukiman didapat lubang resapan biopori paling besar memitigasi
limpasan yaitu sebesar 338,33 liter atau sebesar 54,71% dari kontrol, sedangkan untuk lahan perdagangan-jasa diketahui
sumur resapan paling besar memitigasi limpasan yaitu sebesar 428,67 liter atau 42,35% dari kontrol. Berdasarkan uji
kontras, teknik mitigasi limpasan permukaan pada lahan permukiman dan perdagangan-jasa menunjukkan tidak adanya perlakuan
teknik yang dominan satu sama lainnya. Hal tersebut diprediksi faktor yang menyebabkannya adalah intensitas curah
hujan buatan yang diberikan dalam rancang percobaan termasuk kriteria sangat lebat (62,54 mm), sehingga teknik mitigasi
yang ada tidak mampu mengelola air dengan maksimal (terjadinya flooding). Selain itu, jenis tanah yang terkategori mudah
jenuh air membuat air yang terserap terbatas dan sisanya menjadi limpasan permukaan. | en_US |