dc.identifier.citation | Adelbert Snijders, 2006, Manusia dan Kebenaran, Pustaka Filsafat, Kanisius, Jakarta. Nasrun Harun, 1997, Ushul Fiqh, Logos Wacana Ilmu, Jakarta Al-Syatibi, 1973, Al Muwafaqat fi Ushul al Syari’ah, Beirut: Dar al Ma’rifah. Mark Rowlands, 2004, Menikmati Filsafat Melalui Film Science Fiction, Mizan, Bandung Henry A. Murray “Types of Human Needs” (dalam David C. McClelland, 1957, Studies in Motivation, New York: Appleton. Facry Ali, 1997, Intelektual, Pengaruh Pemikiran dan Lingkungannya, Butir-butir Catatan untuk Nurcholish Madjid, Kata Pengantar pada Buku Dialog Keterbukaan, Paramadina, Jakarta Iqbal Abdurrauf Saimima, 1988, Polemik Reaktualisasi Ajaran Islam, Pustaka Panjimas Jakarta. M. Dawam Rahardjo, 1989, Islam Indonesia Menatap Masa Depan, P3M, Jakarta. H.86 | en_US |
dc.description.abstract | Tulisan ini adalah menelusuri tentang bagaimana konsep Islam
tentang masalah kebenaran, dari fakta yang diangkat kemudian
didapatkan sebuah kesimpulan bahwa syarat untuk mencapai
kebenaran adalah adanya penerimaan aspek-aspek metafisika sangat
penting kalau kita hendak melakukan reaktualisasi Islam atau
pribumisasi Islam. Karena dengan menerima aspek-aspek metafisika,
kita dapat menangkap makna Al Qur’an sebagai sistem nilai dengan
benar, memahami epistemologi paradigma Islam, serta menggunakan
Islam sebagai ilmu sosial. Ketiga hal ini merupakan ujung tombak
pencapaian rahmatan lil alamin, karena di dalam esensinya
bersemayam kebenaran. Kebenaran ini akan terkuak ketika ada
perpaduan antara unsur metafisika berkolaborasi dengan unsur fisis. | en_US |