dc.contributor.author | Rahayu, Umi Budi | |
dc.contributor.author | Sari, Pita Septiana | |
dc.date.accessioned | 2013-07-27T07:29:43Z | |
dc.date.available | 2013-07-27T07:29:43Z | |
dc.date.issued | 2013-06-19 | |
dc.identifier.citation | Alford ,BR. Anatomy of the 7th cranial nerve. 2010. Baylor College of Medicine. Annsilva. 2010. Bell’s Palsy, “http://annsilva.wordpress.com/2010/04/04/bell’s-palsy- case-report/” (diakses tanggal 11 desember 2011) Barral, Jean Pierre, dan Alain, Croibier. 2006. Manual Therapy for The Cranial Nerves. Paris: British Library. Cardoso JR; Teixeira EC; Moreira; Favero FM; Fontes SV; Bulle de Oliveira AS. 2008. Effects of exercises on Bell’s palsy: systematic review of randomized control trials. Otol Neurotol. (4): 557-60. http://samuelpenuhperjuanganhidup.blogspot.com/2012/07/penatalaksanaan-bells-palsykiri-dengan.html. (diakses tanggal 09 april 2013) Munilson, Jacky; Edward, Yan; Triana, Wahyu. 2007. Diagnosis dan Penatalaksanaan Bell’s Palsy. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Shacklock, Michael. 2005. Clinical Neurodynamics. Australia: Elsevier Limited. | en_US |
dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/11617/3314 | |
dc.description.abstract | Bell’s palsy merupakan gangguan saraf tepi karena adanya proses inflamasi non
supuratif pada saraf fasialis, yang bisa terjadi di foramen stylomastoideus atau sedikit
dibagian proksimal dari foramen tersebut. Berbagai permasalahan yang timbul antara lain adanya nyeri didaerah processus mastoideus yang mengakibatkan terjadi kelumpuhan pada salah satu sisi wajah sehingga menyebabkan kemampuan fungsional salah satu sisi wajah terganggu.
Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui manfaat terapi manipulasi saraf
fasialis setelah diberikan terapi latihan untuk meningkatkan kemampuan fungsional
wajah pada penderita Bell’s Palsy ini menggunakan metode single-case research dengan desain A-B-A Design untuk 1 orang. Hasil penelitian dianalisa secara deskriptif yang sederhana dengan tujuan memperoleh gambaran secara jelas tentang manfaat terapi manipulasi ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara A1 selama 7 hari awal, fase
Treatment selama 14 hari, dan fase Baseline 2 selama 7 hari akhir/follow up
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan fungsional otot-otot wajah pada
responden sampai dengan nilai Ugo Fisch Scale akhir 100 poin di akhir penelitian.
Sehingga dapat disimpilkan bahwa pemberian terapi manipulasi saraf fasialis setelah
diberikan terapi latihan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan fungsional otot-otot wajah pada penderita Bell’s Palsy | en_US |
dc.publisher | FIK UMS | en_US |
dc.subject | Terapi manipulasi saraf fasialis | en_US |
dc.subject | Kemampuan fungsional otot-otot wajah | en_US |
dc.subject | Bell’s Palsy | en_US |
dc.title | Manfaat Terapi Manipulasi Saraf Fasialis untuk Meningkatkan Kemampuan Fungsional Otot-Otot Wajah pada Penderita Bell’s Palsy | en_US |
dc.type | Article | en_US |