dc.identifier.citation | Al- Bukhari, Abu Abdillah Muhammas bin Ismail, tt. Matnul – Bukhari, Jilid I, II, III, IV, Syirkatul - Ma’arif lit - tab’I wan - nasyri, Bandung. Aziz, E. Aminudin. 2003. “Theorizing Linguistic Politeness In Indonesian Society”. In Linguistik Indonesia. Tahun ke-21, Nomor 2. Agustus. pp. 167-186. Brown, Roger and Albert Gilman. 1972. ”The Pronouns of Power and Solidarity” . In Joshua A. Fishman (ed.). Reading in The Sociology of Language. The Huge-Paris: Mouton. Dewi, Inneke Indra dan Vicky. 2008. “The Analysis of Using Aku and Saya In Students and Teachers” Communication”. Dalam Linguistik Indonesia. Tahun ke-26 Nomor 1, Februari 2008. Hal. 23-34. Hanfling, Oswald. 2003. ”Learning About Right and Wrong: Ethics and Language”. In Philosophy 78. Hal. 25-45. Harun, Karim. 2007. ”Pronomina Persona Bahasa Melayu Abad Ketujuhbelas”. In Linguistik Indonesia. Tahun ke-25, Nomor 2. Agustus. Hal. 9-19. Hooker, Virginia Matheson. 1996. ”Bahasa dan Pergeseran kekuasaan di Indonesia: Sorotan terhadap Pembakuan Bahasa Orde Baru”. In Latif Yudi dan Idi Subandi Ibrahim (ed.) . Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde Baru. Bandung: Mizan. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993. Ensiklopedi Islam Jilid 1. Kadarusman, A.Effendi. 2008. ”Hipotesis Saphir Worf dan Ungkap – Verbal Keagamaan. In Linguistik Indonesia. Tahun ke-26, Nomor 1. Februari. Hal. 1-21. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan Oka. Jakarta: Universitas Indonesia. Kartomihardjo, Soeseno. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Nurkamto, Joko. 2003. “Problema Pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia” . Dalam Linguistik Indonesia. Tahun ke-21, Nomor 2. Agustus. Hal. 287-307. Pastika, I. Wayan. 2008. “Proses Fonologis dapat Dipicu Struktur Sintaksis: Fenomena Lintas Bahasa”. Dalam Linguistik Indonesia. Tahun ke-26, Nomor 1. Februari. Hal. 51-67. Pranowo, 2003. “Ungkapan Bahasa Jawa Sebagai Pendukung Pembentukan Kebudayaan Nasional”. Dalam Linguistik Indonesia. Tahun ke-21, Nomor 2. Agustus. Hal. 269-286. Ritzer, George-Douglas J Goddman, 2005. Teori sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media. Sabardila, Atiqa; Sangidu; Hindun, Andi Haris Prabawa; Adyana Sunanda. 2003. ”Etika Berbahasa dalam Islam: Kajian secara Sosiolinguistik”. Laporan Penelitian Hibah Pekerti Nomor Kontrak 332/P4TDPPM/PHP/2003. Sibarani, Robert. 2003. “Fenomena Bahasa Pelesetan dalam Bahasa Indonesia”. Dalam Linguistik Indonesia. Tahun ke-21, Nomor 2. Agustus. Hal. 253-267. Supriatin, Yeni Mulyani. 2007. ”Kesantunan Berbahasa dalam Mengungkapkan Perintah”. In Linguistik Indonesia. Tahun ke-25, Nomor 1. Februari. Hal. 53-62. Tim Penyusun KBBI, 2002 . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. | en_US |
dc.description.abstract | Santun berarti: (1) ‘halus dan baik (budi bahasanya, tingkah
lakunya) sabar dan tenang, sopan, (2) penuh rasa belas kasihan, suka
menolong (Tim Penyusun KBBI, 2002: 997). Sopan adalah: (1)
hormat dan takzim (akan, kepada) tertib menurut adat yang baik (2)
beradab tentang tingkah laku, tutur kata, pakaian, dsb., (3) baik
kelakuannya (tidak lacur, tidak cabul’ (Tim Penyusun KBBI, 2002:
1084: Markhamah, 2008: 117).
Dalam Islam santun adalah bagian dari akhlak. Akhlak adalah
suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang dari keadaan itu
lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui pemikiran,
pertimbangan, atau penelitian. Jika keadaan itu melahirkan perbuatan
yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syarak (hukum
Islam) disebut akhlak yang baik. Sebaliknya, jika keadaan itu
menimbulkan perbuatan yang tidak baik atau tidak terpuji dinamakan
akhlak yang buruk atau tidak baik. | en_US |