dc.identifier.citation | Asroni, A., 1997. Struktur Beton I (Balok dan Plat Beton Bertulang), Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Asroni, A., 2001. Struktur Beton Lanjut, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Departemen Pekerjaan Umum. 1990. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBBI-1982), Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung. Departemen Pekerjaan Umum. 1991. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, Badan Penelitian dan Pengembangan PU, SK-SNI-T-15-1991-03, Jakarta. Dipohusodo, I., 1994. Struktur Beton Bertulang, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kenneth, M, L., 1997. Reinforced Concrete Design, Mc. Graw Hill, Singapore. Kusuma, G., 1997. Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang, Erlangga, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum,1991. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI T-15-1991-03), , Bandung. Murdock, L. J. dan K.M Brook, 1991. Bahan dan Praktek Beton Terjemahan Stephany Hindarko, Erlangga, Jakarta. Neville, A. M., 1987. Concrete Technology, Longman Group UK Limited, England. Tjokrodimuljo, K. 1996. Teknologi Beton, Nafiri, Yogyakarta. | en_US |
dc.description.abstract | Beton bertulang memerlukan penulangan berupa penulangan lentur dan geser. Penulangan lentur
dipakai untuk menahan momen lentur, sedangkan penulangan geser (sengkang) digunakan untuk
menahan beban geser. Umumnya bagian tulangan sengkang yang berfungsi menahan beban geser
adalah arah vertikal, sedangkan arah horisontal tidak diperhitungkan menahan beban gaya yang terjadi
pada balok. Bagian tulangan sengkang arah vertikal mencegah terbelahnya balok akibat adanya geser.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji tentang kekuatan sengkang vertikal model “U” dan
membandingkan dengan kekuatan sengkang vertikal konvensional yang telah lazim digunakan. Penelitian
ini bertujuan mengetahui: beban geser maksimal, kuat geser, dan besar perbedaannya antara sengkang
vertikal konvensional dan sengkang vertikal model “U” pada konstruksi balok beton bertulang.
Penelitian dilaksanakan dalam 5 tahap yaitu: tahap persiapan bahan-bahan dan alat-alat penelitian,
pemeriksaan kualitas bahan-bahan penelitian, penyediaan benda uji, tahap pengujian kuat tekan beton
dan kuat geser sengkang balok beton bertulang; serta tahap analisis dan pembahasan. Lokasi penelitian
adalah di Laboratorium Bahan Bangunan di Prodi Teknik Sipil FT UMS. Total sampel benda uji yang
dibuat sejumlah 18 buah, tiap variasi dibuat 3 sampel. Variasi yang digunakan spasi sengkang 50 mm,
100 mm, dan 150 mm, ukuran sengkang lebar 15 cm dan tinggi 20 cm, dengan bentang balok 100 cm.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pada kelompok sampel dengan spasi 100 mm, sengkang
vertikal model “U” lebih kuat dibandingkan dengan sengkang vertikal konvensional dan selisih kekuatan
geser antara kedua jenis sengkang tersebut sebesar 21,49%. Pada kelompok sampel dengan spasi 50 mm
dan 150 mm, sengkang vertikal konvensional lebih kuat dibandingkan dengan sengkang vertikal model
“U” dan selisih kekuatan geser antara kedua jenis sengkang adalah sebesar 65,53% untuk spasi 50 mm
dan 77,77% untuk spasi 150 mm. Sebaliknya, pada perhitungan analitis yang menyatakan sengkang
vertikal model “U” lebih kuat dibandingkan dengan sengkang konvensional, dan selisih kekuatan yang
relatif jauh, yaitu 21,49%. Sehingga, secara umum dapat dinyatakan sengkang konvensional lebih kuat
bila dibandingkan dengan sengkang vertikal model “U” | en_US |