dc.contributor.author | Agung, Prasetyo | |
dc.contributor.author | Nasyikin, Hafizun | |
dc.contributor.author | Istanto, Andrian Budhi | |
dc.contributor.author | Sunarjono, Sri | |
dc.date.accessioned | 2013-11-07T21:18:48Z | |
dc.date.available | 2013-11-07T21:18:48Z | |
dc.date.issued | 2012-05-26 | |
dc.identifier.citation | Anonim, 2009, Modul Praktikum Bahan Perkerasan, Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Aris, 2010, Alat Pemadat Roller Slab (APRS), Tugas Akhir, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sukirman, S, 1992, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Bandung. Sukirman, S, 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Jakarta. Sunarjono, S., 2009, Proposal Riset Tentang Studi Mekanika Aspal, Mekanika Tanah Dan Rekayasa Alat Untuk Bahan Perkerasan Jalan, Diakses Tanggal 21 Desember 2012. | en_US |
dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/11617/3758 | |
dc.description.abstract | Pembuatan benda uji di laboratorium untuk penelitian material perkerasan jalan sering dilakukan
dengan cara penumbukan secara vertikal, misal menggunakan Marshall hammer. Sistem pemadatan
tersebut berbeda dengan proses pemadatan yang dikerjakan di lapangan. Alat Pemadat Roller Slab
(APRS), yang telah dimanufaktur di Laboratorium Teknik Sipil UMS, didesain untuk menyesuaikan
proses pemadatan yang ada di lapangan, yaitu bersesuaian dengan cara kerja tandem roller. Karena alat
ini masih baru pertama dirancang, maka kualitas produknya perlu diselidiki. Artikel ini mendiskusikan
hasil percobaan APRS untuk mengetahui propertis benda uji yang dihasilkan. Percobaan dilakukan
sebanyak tiga kali, masing-masing dengan variasi beban dan prosedur pemadatan. Hasil pengujian
Marshall dan ITS memberikan hasil yang bersesuaian. Percobaan pertama memberikan hasil yang
terbaik, kemudian diikuti oleh percobaan ketiga dan kedua. Hal ini mungkin disebabkan oleh beban
percobaan kedua terlalu besar. Nilai stabilitas Marshal dan ITS yang rendah dimungkinkan karena
kondisi spesimen yang rusak retak akibat beban pemadatan yang besar dan mengakibatkan terjadinya
transversal cracking. Kepadatan spesimen dapat dikonfirmasi melalui kajian void baik nilai VMA atau
VITM. Berdasarkan nilai-nilai VMA dan VIM, terlihat bahwa percobaan pertama memiliki VMA dan
VIM terkecil, sedangkan percobaan ketiga memiliki nilai terbesar. Dengan melihat nilai-nilai ini maka
dapat dipahami sesungguhnya kepadatan percobaan pertama adalah yang terbaik, kemudian diikuti oleh
trial kedua, dan ketiga | en_US |
dc.publisher | Universitas Muhammadiyah Surakarta | en_US |
dc.subject | Pemadatan | en_US |
dc.subject | Marshall | en_US |
dc.subject | Indirect Tensile Strenght | en_US |
dc.subject | Distribusi Void | en_US |
dc.title | Penyelidikan Propertis Distribusi Void, Indirect Tensile Strenght Dan Marshall Campuran Asphalt Concrete Terhadap Benda Uji Hasil Pemadatan Aprs | en_US |
dc.type | Article | en_US |