dc.identifier.citation | Jinca, Yamin, 2007. Dasar-dasar Transportasi. Pusdiklat Aparatur Perhubungan Departemen Perhubungan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 61 tahun 2009, tentang Kepelabuhanan Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan dan Jica, 2000. Pedoman Pembangunan Pelabuhan, Terjemahan dari Port Development Handbook, UNCTAD Morlok, 1985, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Penerbit Erlangga Eric Rath, Transportation Engineer, President, TRC Development, INC 1973. Container System. John Wiley & Sons Sodjono Kramadibrata, 2002. Perencanaan Pelabuhan. Ganeca Exact, Bandung Chuqian Zhang, Jiyin Liu, Yat-wah Wan, Katta G Murty, Richard J Linn, 2002, Storage space allocation in container terminals, Transportation research part B, Elsevier. John Agnew and Jack Huntley. 1978.Container Stowage A Practical Approach.Cereberus Publishing Limited London, England Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 53,2002. Tentang Tatanan Kepelabuhanan Nasional. Departemen Perhubungan. Jakarta. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 49 tahun 2005, tentang Sistem Transportasi Nasional. Departemen Perhubungan. Jakarta. Misliah, 1991, Optimalisasi Gudang Pelabuhan Makassar, Tesis S2 Institut Teknologi Bandung. Bandung. Pelabuhan Indonesia, 2000. Bangunan Fasilitas Pelabuhan. Edisi Pertama, Referensi kepelabuhanan Triatmojo, 1996, Pelabuhan, Beta Ofset, Yogyakarta Undang-undang No 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 PT Pelabuhan Indonesia IV, 2006, Annual Report 2005, Kantor Pusat PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), Makassar PT Pelabuhan Indonesia IV, 2007, Annual Report 2006, Kantor Pusat PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), Makassar PT Pelabuhan Indonesia IV, 2008, Annual Report 2007, Kantor Pusat PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), Makassar PT Pelabuhan Indonesia IV, 2009, Annual Report 2008, Kantor Pusat PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), Makassar PT Pelabuhan Indonesia IV, 2010, Annual Report 2009, Kantor Pusat PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero), Makassar | en_US |
dc.description.abstract | Salah satu komponen penting dari sistem transportasi laut untuk Negara kepulauan seperti Indonesia
adalah pelabuhan.. Lapangan penumpukan yang digunakan untuk melayani muatan peti kemas
merupakan salah satu fasilitas utama pelabuhan yang digunakan untuk menyimpan peti kemas yang
berasal dari kapal atau yang akan ke kapal. Lapangan penumpukan diperlukan untuk mencegah resiko
delay kapal yang mengakibatkan produksi bongkar muat menurun dan waktu kapal dan barang
dipelabuhan menjadi lama. Pelabuhan Samarinda merupakan salah satu dari 25 pelabuhan strategis
yang ada di Indonesia, dan merupakan kandidat pelabuhan yang akan dikembangkan menjadi
internasional port (RPJP 2005-2025), berlokasi di kota Samarinda Propinsi Kalimantan Timur. Jumlah
Petikemas yang melewati pelabuhan tahun 1998-2010 mengalami peningkatan, dari 50.548 Teus yang
dibongkar muat tahun 1999 menjadi 188.861 Teus tahun 2010. Untuk bongkar dari 25.999 Teus tahun
1999 menjadi 95.079 Teus tahun 2010, sedang muat dari 25.549 Teus tahun 1999 menjadi 93.782 Teus
tahun 2010. Tujuan penelitian menganalisis kapasitas lapangan penumpukan yang optimal baik bagi
operator maupun pengguna. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pedoman bagi pengelola
pelabuhan (operator) yang dapat memperkecil resiko delay bagi pemilik kapal dan barang (pengguna).
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat pertumbuhan petikemas yang melewati lapangan
penumpukan adalah 10,05 %. Tingkat pemanfaatan lapangan penumpukan sekarang (tahun 2010)
sebesar 111,71 % dengan kapasitas sebesar 169.068 teus pertahun dan rata-rata waktu penumpukan 10
hari. Tingkat pemanfaatan lapangan penumpukan optimal berdasar biaya operator dan pengguna
sebesar 95,82 %, dengan kapasitas lapangan penumpukan yang dibutuhkan sebesar 197,100 teus
pertahun atau luas lapangan penumpukan sebesar 45.000 m2. | en_US |