Eksistensi Infrastruktur dan Performansi Kemandirian Kawasan Agropolitan Poncokusumo
View/ Open
Date
2012-12-18Author
Sudabyo, H. A. Tutut
Arief, Zulkarnaen
Metadata
Show full item recordAbstract
Keberadaan pembangunan infrastructure terpadu pada kawasan agropolitan memiliki peran sangat penting dalam
menumbuh-kembangkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan tersebut , Kawasan Agropolitan
Poncokusumo (KAP) Malang yang berbasis agrobisnis dan ekowisata merupakan satu dari 11(sebelas) kawasan
agropolitan di Jawa Timur. Kawasan Agropolitan Poncokusumo (KAP) dengan luas kawasan 10.116,5 Ha yang
terdiri dari 17 Desa dengan lebih dari separuh adalah wilayah pegunungan juga merupakan salah satu Kawasan
Agropolitan yang dibangun di Indonesia. KAP memiliki ketinggian rata rata ± 842 m diatas permukaan laut yang
mana wilayah dengan topografi tertinggi adalah desa Ngadas (2100 m dpl). Secara umum KAP yang terletak dikaki
gunung Semeru didominasi dataran tinggi dan perbukitan yang bergelombang dengan tingkat kelerengan >40%.
Terkait dengan fungsi kawasan lindung di KAP terdapat dua kawasan lindung yaitu Kawasan taman nasional
Bromo-Tengger-Semeru (TNBTS) yang disanggah oleh desa Poncokusumo, Sumberejo, Pandansari, Gubuklakah,
Ngadas dan Wringinanom serta kawasan Perhutani. Aspek aspek pembangunan didalam KAP meliputi Sumber
daya manusia, Sumberdaya alam, Tata guna lahan, Pertanian, Perumahan, Infrastruktur terpadu yang
berkelanjutan, Teknologi, Permodalan dan Institusi. Dalam pengembangan KAP, pembangunan infrastruktur
terpadu yang sustainabel sangat penting untuk mendukung seluruh aktivitas di dalamnya.
Tulisan ini menyampaikan proses analisis dalam penyusunan arahan desain pembangunan infrastruktur terpadu
yang sustainable dalam mendukung pengembangan KAP. Fokusnya adalah memperhatikan sustainibilitas aspek
social, ekonomi, dan lingkungan dari eksistensi infrastruktur dan kemandirian Kawasan Agropolitan Poncokusumo
(KAP).Kawasan Agropolitan Poncokusumo (KAP) yang dikategorikan sebagai Kawasan Agropolitan by nature
telah berkembang secara tradisional berdasarkan kemampuan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat
dan didukung oleh fasilitas Pemerintah. Konsep pembangunan yang dijalankan adalah dengan mengintegrasikan
pembangunan sector sector kedalam model pendekatan pengembangan wilayah yang holistic dan berkelanjutan
dalam suatu kesisteman yang utuh dan menyeluruh mulai dari hulu sampai hilir.
Dengan demikian untuk analisa kinerja KAP digunakan metode al.: analisis situasional, matrik potensial, LAP
(Land Allocations Percentages), Bayes – LQ (Location Questions), VA (value added), BCG (Boston Consulting
Group), CF (Coumpounding Factor), dan ISM (interpretative structural model); tingkat kemandirian dianalisis
dengan multi dimensional scaling. Selanjutnya dilakukan penganalisaan tingkat kemandirian KAP berdasarkan
dimensi dimensi kemandirian kawasan agropolitan seperti Infrastruktur, Supra struktur, agribisnis, agroindustri,
dan pemasaran).
Penyediaan infrastruktur penunjang pengembangan agribisnis di KAP telah dikelompokkan dalam 4 (empat)
kelompok penunjang Subsistem yang dianalisis seperti Usaha tani, Pengolahan Hasil, Pemasaran, dan Pelayanan
umum. Telah ditentukan jenis infrastruktur yang harus tersedia al.: Pada bagian Usaha tani adalah Sistem
Penyediaan Air Baku, Jalan Usaha tani (farm road), Gudang, Tempat pengumpulan hasil sementara (TPHS). Pada
bagian Pengolahan Hasil seperti Packing House, Sarana Air bersih, Sarana pengolahan industriRumah tangga
atau home industri. Pada bagian Pemasaran al.: Sub terminal agribis, Pasar pasar tradisional, Pasar lelang agro,
Jalan antar desa Kota. Sedangkan pada bagian Pelayanan Umum al.: Bank Perkreditan Rakyat, BRI, Koperasi tani,
BPP, Kios warung Internet.
Hasil analisis menunjukkan bahwa : (1) Pengembangan KAP pasca fasilitasi mulai memperlihatkan kinerja yang
memberikan dampak positif: (2) Kemandirian KAP pasca fasilitasi belum cukup baik, dan masih membutuhkan
peningkatan terhadap beberapa aspek; dan (3) Pembangunan infrastruktur terpadu yang sustainabel harus menjadi
penggerak, pendorong, dan pengungkit, sektor-sektor lain,
Dalam pengembangan KAP secara mandiri dengan prinsip-prinsip keberlanjutan, yang tercermin dalam bentuk
penerapan sistem manajemen lingkungan (SML), yang mengindahkan keberlangsungan kegiatan ekonomi,
kestabilan sosial budaya dan kelestarian fungsi lingkungan.
Beberapa catatan yang diperoleh dari Hasil analisis al. adalah : Masih diperlukan intervensi Pemerintah dalam
upaya percepatan pencapaian KAP menjadi mandiri khususnya dalam pengadaan infrastruktur. Dalam intervensi
untuk percepatan pembangunan infrastruktur tersebut akan sangat sesuai jika kualitasnya setara dengan
infrastruktur perkotaan pada level standart pelayanan minimum (SPM).