dc.identifier.citation | Gunawan, Myra P., 2000, Agenda 21 Sektoral Agenda Pariwisata untuk Pengembangan Kualitas Hidup Secara Berkelanjutan, Kantor Menteri Lingkungan Hidup dan UNDP, Jakarta. Hermantoro, Henky, 2011, Creative-Based Tourism, Aditri, Cinere Depok. Priyatmono, 2004, Studi Kecenderungan Perubahan Morfologi Kawasan Kampung Laweyan Surakarta, Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Priyatmono, 2011, Profil Kampoeng Batik Laweyan Tahun 2004 – Tahun 2011, FPKBL, Surakarta. UNESCO, 2009, Panduan Dasar Pelaksanaan Ekowisata.. http://www.ramlinawawiutun.blogspot.com/para pedagang-intan-perintis-komunitas (11 januari 2009) http ://www.mediaindonesia.com/.../Tradisi-Buka-Puasa-dengan-Bubur-Samin Banjar (23 juli 2012) | en_US |
dc.description.abstract | Potensi kawasan dapat berupa unsur alam (pusaka alam), unsur budaya manusia (pusaka budaya) dan
gabungan antara pusaka alam dan pusaka budaya atau sering kita sebut pusaka saujana (gabungan
antara bentang alam dan budaya). Suatu kawasan dengan tata letak geografis yang berbeda, akan
mempunyai potensi yang berbeda pula. Potensi suatu kawasan akan sangat ditentukan oleh kreatifitas
penghuninya. Kreatifitas masyarakat dapat memunculkan industri kreatif. Jika industri kreatif
disampaikan secara kreatif maka akan memunculkan adanya usaha baru yaitu wisata kreatif. Njayengan
Surakarta sudah lama terkenal sebagai kawasan bermukimnya komunitas orang orang Banjar yang
berprofesi sebagai pedagang intan berlian. Kedatangan mereka dari daerah asalnya Banjarmasin sudah
sejak Kraton Kasunanan berdiri pada tahun 1746. Karena dalam berdagang membutuhkan waktu yang
lama, maka mereka akhirnya banyak yang menetap di Surakarta dan membentuk komunitas orang Banjar
di kampung Njayengan. Disamping berdagang berlian mereka juga membawa tradisi sosial budaya
Banjar ke tempat tinggal barunya di Surakarta. Sehubungan dengan itu disamping sebagai pusat
perdagangan intan dan perhiasan, kawasan Njayengan juga dicirikan oleh bangunan rumah tinggal,
permukiman dan budaya yang spesifik dan khas. Seiring dengan banyaknya persaingan industri
perhiasan disertai kurang adanya sistem manajemen perusahaan yang bagus serta semakin sulitnya
bahan baku intan, kampung Banjar tidak bergeliat lagi banyak pengusaha perhiasan yang gulung tikar.
Surutnya usaha perhiasan juga disertai dengan semakin pudarnya tradisi setempat. Dari kondisi
keterpurukan tersebut, muncul suatu gagasan untuk mengembalikan masa kejayaan industri permata
kampung Banjar di Kelurahan Njayengan melalui suatu usaha pengembangan kawasan berbasis wisata
kreatif berdasar potensi budaya dan pemberdayaan masyarakat setempat. Sebagai dasar konsep
pengembangan mengadopsi konsep pengembangan kawasan yang telah diterapkan di kawasan
Kampoeng Batik Laweyan Surakarta. Dalam pengembangan kawasan, terdapat beberapa unsur budaya
lokal pembentuk kawasan yang perlu untuk dikembangkan, unsur tersebuat antara lain : arsitektur
bangunan dan lingkungannya, industri kawasan, sejarah kawasan serta tradisi sosial setempat. Unsur
tersebut dikembangkan dengan konsep wisata kreatif berkelanjutan yang berbasis pada pemberdayaan
masyarakat. | en_US |