Penerapan Arsitektur Islami Pada Kampus Islam (Studi Kasus pada Kenyamanan Ruang KM/WC di Kampus UMS)
View/ Open
Date
2012-12-18Author
Qomarun, Qomarun
Hidayatyulloh, Abdul Rochim
Wibowo, Kostrad Hari
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hadirnya konsep Arsitektur Islami di Indonesia dalam dunia
perancangan arsitektur selama beberapa dekade terakhir. Konsep itu dilahirkan tidak lain adalah
hasil dari proses rekayasa di dunia Arsitektur terkait pemuliaan dari suatu potensi maupun tradisi
lokal. Arsitektur Islami diartikan sebagai rekayasa ruang-bentuk (space-form) yang selalu
berpedoman kepada Al Quran (firman Allah) dan Al Hadis (sunah Rosul). Untuk menggali
penerapan konsep itu, maka dilakukan riset studi kasus di Kampus UMS dengan objek penelitian
kenyamanan ruang KM/WC. Kampus UMS sengaja dipilih sebagai wakil dari kampus yang
berlandaskan Islam, sedangkan ruang KM/WC dipilih sebagai wakil dari salah satu kunci dalam
penerapan Arsitektur Islami untuk level bangunan. Pemilihan objek ruang KM/WC sebagai salah
satu kunci dalam penerapan Arsitektur Islami adalah terkait faktor thaharah (bersuci). Tempat
bersuci adalah faktor vital dalam Arsitektur Islami, karena umat muslim selalu disunahkan untuk
tetap suci dan mudah bersuci. Selanjutnya, untuk menggali penerapan konsep itu, penelitian ini
dilakukan dengan metodologi positivistik (untuk level paradigmanya) dan dengan metode deskriptifstatistik
(untuk
level
pelaksanaannya).
Dengan
kata
lain,
penelitian
ini
banyak
mengandalkan
empiri
sensual
dari
para
pengguna
ruang,
yang
selanjutnya
dicari-temukan
pendapat
rata-ratanya.
Seperti
diketahui,
paradigma
positivistik
selalu
mencari
rerata
dibalik
frekuensi,
sehingga
riset
lebih
banyak
bersifat
kuantitatif. Jadi, riset tentang penerapan Arsitektur Islami ini adalah merupakan pendapat
langsung dari para pengguna ruang, baik oleh pihak mahasiswa, dosen, karyawan ataupun tamu.
Pengumpulan data untuk bangunan kampus dilakukan dengan model sensus (karena jumlah
bangunan kampus kurang dari 30 bangunan), sedangkan pengumpulan data untuk para pengguna
dilakukan dengan menggunakan metode sampling (karena jumlah pengguna lebih dari 30 orang).
Berdasarkan kondisi lapangan, maka penelitian ini akhirnya mengumpulkan data sejumlah 73 ruang
KM/WC yang berada dalam 10 gedung di Kampus I-II UMS, sedangkan sampel pengguna ruang
adalah sejumlah 876 responden. Selanjutnya, berdasarkan analisis deskriptif, maka studi ini
menghasilkan temuan bahwa kondisi ruang KM/WC di Kampus UMS belum memenuhi kriteria
Arsitektur Islami. Responden rata-rata menilai bahwa ruang KM/WC di UMS adalah bau, becek,
kotor dan semrawut. Oleh karena itu, rekomendasi dari riset ini adalah perlu dilakukan perbaikan
dan perawatan yang serius tentang ruang-ruang itu pada masa-masa mendatang. Hal ini selain
untuk mendukung kelancaran proses belajar-mengajar di kampus, maka juga untuk memenuhi
penerapan Kampus UMS sebagai wacana keilmuan dan keislaman.