dc.identifier.citation | Damayanthi, Evi., Tiong Tjing, Liem., Arbianto, Lily. 2007. Rice Bran. Penebar Swadaya, Jakarta Hermansen, K., Hansen, B., Jacobsen, R., Clausen, P., Dalgaard, M., Dinesen, B., Holst, J. J., Pedersen, E., & Astrup, A. 2005. Effects of soy supplementation on blood lipids and arterial function in hipercholesterolaemic subjects. European Journal sf Clinical Nutrition. 59: 843-850. Lasekan, J. B., Ostrom, K. M., Jacobs, J. R., Blatter, M. M., Ndife, L. I., & Gooch, W. M. 1999. Growth of newborn, term infants fed soy formulas for one year. Clin. Pediatr. 38: 563-571. Lidiasari dkk 2006. Pengaruh Perbedaan Suhu Pemanasan terhadap Sifat Kimia dan Fisika Tepung Tapai. Mark, J., M. 1999. Legumes and soybeans: overview of their nutrirional profiles and health effects. Am J Clin Nutr. 70 (suppl): 439S-50S. Mendez, M. A., Mary, S. A., & Lenore, A. 2002. Soy-Based Formulae and Infant Growth and Development: A review. American Society for Nutritional Sciences: 2127-2130. Russell, J., Merritt, & Belinda, H. J. 2004. Safety of Soy-Based Formulas Containing Isoflavones: The Clinical Evidence. American Society for Nutritional Sciences: 1220S- 1224S. Setyowati, Rini. 2006. Pengaruh Penambahan Bekatul Terhadap Kadar Serat Kasar, Sifat Organoleptik Dan Daya Terima Pada Pembuatan Tempe Kedelai (Glycine Max (L) Meriil). Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Ilmu Kesehatan , UMS Zhan, S. & Suzanne, C. 2005. Meta-Analysis of The Effects of Soy Protein Containing isoflavones on the lipid profile. Am J Clin Nutr. 81: 397-408. | en_US |
dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan menemukan formulasi Biskuit Tempe Bekatul yang memiliki
kualitas paling baik ditinjau dari sifat fisik, organoleptik, daya simpan dan analisis zat
gizi. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental murni dengan ranangan acak
lengkap. Formulasi tempe dan bekatul dibagi 3 kelompok (A, B, dan C). Setiap kelompok
diberi fortifikasi Fe dan Zn, sedangkan rasio tempe dan bekatul untuk masing-masing
kelompok adalah 1:1 (A), 3:1 (B), and 7:3 (C). Tingkat kesukaan, uji organoleptik,
kandungan zat gizi biskuit pada setiap kelompok dianalisis menggunakan uji kesukaan dengan
panelis semi terlatih, Total Plate Count (TPC), uji Kjeldahl, Socxhlet, dan Spectrofotometry.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar protein biskuit ke-3 formula berbeda signifikan
(p<0.001), dimana biskuit C memiliki kandungan protein tertinggi (20.14 g/100 g). Berdasar
uji mikrobiologis tampak bahwa semua biskuit pada penyimpanan hari ke-35 masih sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia, dimana jumlah koloni <1x106 koloni/g, biscuit C
menunjukkan jumlah koloni terkecil. Biskuit yang paling disukai dari segi warna, tekstur,
dan rasa adalah biskuit C ( p=<0.01), sedangkan untuk aroma adalah biskuit B. | en_US |