Show simple item record

dc.contributor.authorNasiah, Nasiah
dc.contributor.authorInvanni, Ichsan
dc.date.accessioned2014-03-04T04:12:16Z
dc.date.available2014-03-04T04:12:16Z
dc.date.issued2013-12
dc.identifier.citationAnonim. 2004. Bencana Longsor Gunung Bawakaraeng. Berita. (http//www.fajar.co.id/ koran/1263039174/FAJAR.UTM-11-8.pdf). Anonim, 2006. Data Kerusakan dan Kerugian Bencana Alam Sinjai. Berita. PKPU Online Makassar, 26/6/2006. Anonim, 2009. Longsor Poros Malino Majannang. Berita Tribun Timur, 2 Februari 2009. Anonim, 2009.Gunung Bawakaraeng Masih Mengancam. Berita. (http// www.sabo.int.org/ case/bawakaraeng.pdf). Anonim, 2010. Archive for category Tanah Longsor. Berita. Error! Hyperlink reference not valid. Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : Institud Pertanian Bogor. Basri. 1987. Dasar-Dasar Geomorfologi Indonesia. Penerbit UI.Jakarta. Bemmelen, V.R.W. 1942. The Geology of Indonesia. General Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes. Vol IA. The Hague Wageningen. Budiyanto, Eko. 2004. Sistem Informasi Geografis Menggunakan MapInfo. Andi Yogyakarta. Daldjoeni, N. 1986. Pokok Pokok Klimatologi. Alumni. Bandung. Departemen P.U. 1987. Petunjuk Perencanaan Penanggulangan Longsoran. Yayasa Badan Penerbit PU. Jakarta. Dibyosaputro, Suprapto. 1997. Geomorfologi Dasar. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Dibyosaputro, Suprapto. 1998. Pemetaan Longsor Kabupaten Kulonprogo. Laporan Penelitian. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Dibyosaputra, Suprapto. 1999. Longsor Lahan di Daerah Kecamatan Samigaluh kanupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Majalah Geografi Indonesia. UGM. Yogyakarta Graha, D.S. 1987. Batuan dan Mineral. Penerbit Nova Bandung. Hartuti, Evi Rine, 2009. Buku Pintar Gempa. DIVA Press.Yogyakarta. Harjowigeno, S.1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis, AKAPRESS, Jakarta Kartasapoetro, G. 1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air, Rineka Cipta, Jakarta. Katili, J.A. Geologi. Percetakan Kilatmadju. Bandung. Nasiah, 2008. Zonasi Bahaya Longsor di Wilayah Hulu DAS Kelara Kabupaten Gowa. Laporan Penelitian. UNM Makassar. Nasiah, 2010. Zonasi Bahaya Longsor Lahan di DAS Dondole Keamatan Tompobulu Kabupaten Gowa. Jurnal LaGeografia. Jurusan Geografi FMIPA UNM. ————, 2012. Pemetaan Daerah Rawan Bencana Longsor dan Model Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat. Laporan Penelitian Strategis Nasional. Dikti. UNM Makassar. Notohadiprawiro, N. 2000. Tanah dan Lingkungan. Pusat Studi Sumber Daya Lahan UGM Sitter, L.U. 1974. Structural Geology. Mc. Graw Hill Book Company New York. Soeriaatmadja, R.E. 1989. Pengembangan Analisis Risiko Bencana Alam Sebagai Bagian Dari PP 29/1986 Tentang AMDAL. Makalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung. Suharyadi. 1984. Geologi Teknik Untuk Teknik Sifll Biro Penebit TS UGM. Yogyakarta. Sudjadi, M., I.M. Widjik dan M. Soleh.1971. Penuntun Analisis Tanah, Air dan Tanaman. Bagian Kesuburan Tanah LPT Bogor. Sungkowo, Andi, Yudo Wiyono. 1994. Petunjuk Praktikum Geomorfologi. UPN Veteran Yogyakarta. Suriamiharja, D.A.2000. Dinamika Pertumbuhan dan Penggunaan Hamparan Delta Jeneberang. Laporan Penelitian. PPLH. UNHAS Sutikno, dkk,. 1995. Pemetaan Daerah Rawan Bencana Alam Provinsi Jawa Tengah. Laporan Penelitian. Kerjasama antara BAPPEDA TK I. Provinsi Jawa Tengah dengan Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta. Thornbury, W.D. 1969. Principles of Geomorphology Second Edition. John Wiley and Sons, Inc. New York – London – Sydney – Toronto. Uca, dan Nasiah. 2007. Pemetaan dan Zonasi Rawan Longsor Kabupaten Enrekang. Laporan Penelitian. Bappeda Kabupaten Enrekang. Yousman, yeyep. 2004. Sistem Informasi Geografis dengan MapInfo Profesional. Andi Yogyakarta. Zaruba, Q and Vojtech Mencl. 1982. Landslides And Their Control. Elsevier Scientific Publishing Company.en_US
dc.identifier.issn0852-0682
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/4329
dc.description.abstractZonasi Daerah Rawan Bencana Longsor di Sulawesi Selatan. Longsor merupakan bencana alam yang dapat mengakibatkan kerugian baik berupa jiwa maupun harta benda. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan penelitian inventarisasi daerah rawan bencana longsor. Model yang diterapkan untuk menentukan daerah rawan bencana longsor yaitu metode penjumlahan harkat Dibyosaputro (1998) dengan menerapkannya pada Sistem Informasi Geografi (SIG). Beberapa faktor penyebab longsor adalah geologi (sifat batuan, stratigrafi, stuktur geologi, tingkat pelapukan dan kegempaan), iklim (curah hujan), soil (tebal solum), topografi (kemiringan lereng), vegetasi (kerapatan vegetasi) dan manusia (penggunaan lahan) merupakan kombinasi Siagian dan Sugalan (dalam Sutikno, 1995) dengan Dibyosaputro (1998). Hasil analisis menunjukkan bahwa di Sulawesi Selatan terdapat 5 kelas tingkat rawan bencana longsor yaitu tidak rawan, agak rawan, cukup rawan, rawan, dan sangat rawan. Secara umum Provinsi Sulawesi Selatan termasuk cukup rawan bencana longsor, tetapi ada tiga kabupaten yang sangat rawan longsor yaitu; Luwu, Luwu Utara, dan Toraja Utara.en_US
dc.publisherLPPM UMSen_US
dc.subjectSulawesi Selatanen_US
dc.subjectlongsoren_US
dc.titleZonasi Daerah Rawan Bencana Longsor di Sulawesi Selatanen_US
dc.title.alternativeLandslide Suceptibility Zonation in South Sulawesien_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record