dc.identifier.citation | Asikin S, Handoyo A, Busana H, Gafoer S, 1992, “Geologic Map of Kebumen Quadrangle, Java”, skala 1 : 100.000, PPPG, Bandung. Asikin, S., 1974, Evolusi geologi Jawa Tengah ditinjau dari segi teori tektonik dunia yang baru, Disertasi, ITB Bandung, tidak diterbitkan, 103 hal. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Propinsi Jawa Timur, 2003, “Identifikasi Lokasi Rawan Gerakan Tanah dan Longsor di Jawa Timur khususnya di Obyek Wisata dan Pemukiman”, Laporan Akhir. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No : 1452 K/10/MEM/2000 Tentang Pedoman Teknis Pemetaan Zona Kerentanan Gerakan Tanah. Laporan Rekapitulasi Kejadian Bencana Alam Kabupaten Kebumen. Dinas Kesbang, Linmas dan Sosial Kab. Kebumen (2004 dan 2005) Pramudjiono., Karnawati, 2008. Penanganan Bencana Gerakan Tanah Di Indonesia. Makalah Penanganan Gerakan Tanah Di Indoensia, Jurusan Teknik Geologi UGM, Yogyakarta. Dalam situs http://pirba.hrdp-network.com/e5781/e5795/e6331/e15201/ eventReport15218/MakalahPenangananGerakanTanahdiIndonesia.pdf , diakses tanggal 12 April 2010 Jam 11.14 WIB. Universitas Gadjah Mada, 2003, Modul Sosialisasi Daerah Rawan Gerakan Tanah di Propinsi Jawa Timur, Jurusan Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (tidak dipublikasikan). Van Zuidam, R. A. 1983. Guide to Geomorphologic - aerial photographic interpretation and mapping. Enschede: Section of Geology and Geomorphology, ITC. 325p. | en_US |
dc.description.abstract | Gerakan massa yang lebih dikenal sebagai avalanche, merupakan salah satu bencana yang sering
terjadi karena faktor alam , faktor non - alam atau keduanya . Salah satu langkah mitigasi bencana
longsor adalah untuk mengidentifikasi daerah rawan longsor yang terkandung dalam peta yang
menceritakan tingkat kerentanan longsor . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan pemetaan
kerentanan tanah longsor di area CAGK menggunakan Sistem Informasi Geografis ( GIS ). Penelitian
ini dilakukan dengan metode tidak langsung yang telah dimodifikasi, metode ini tidak menghitung
kepadatan per unit parameter gerakan massa, tetapi memberikan bobot kepentingan parameter kunci (
kemiringan dan stratigrafi / tipologi lereng yang rentan ) dan parameter pendukung ( penggunaan lahan
dan ketebalan tanah tentatif). Terjadinya longsor di daerah CAGK ditemukan 87 ( delapan puluh
tujuh ) poin peristiwa yang termasuk jenis subsidence, puing-puing jatuh, longsor, slide, slump, creep, dan
batu yang jatuh. Berdasarkan analisis GIS dan meninjau lapangan, tingkat kerentanan wilayah longsor
CAGK dibagi menjadi empat tingkat kerentanan, yaitu; Sangat Rendah Zone, Zona Low, Medium
Zona, dan Zona tinggi. Tingkat kerentanan longsor di CAGK adalah kerentanan yang paling tinggi,
maka kerentanan menengah, kerentanan rendah, dan kerentanan sangat rendah. | en_US |