Show simple item record

dc.contributor.authorAzhari, Aidul Fitriciada
dc.date.accessioned2015-03-07T06:00:33Z
dc.date.available2015-03-07T06:00:33Z
dc.date.issued2014-11
dc.identifier.citationA. Dokumen Hukum dan Peraturan Perundang-undangan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 beserta Perubahannya The Constitution of Malaysia, 1957/1963 The Laws of the Constitution of Negeri Sembilan, 1959. Ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara UU Nomor 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah UU Nomor 11/2006 tentang Pemerintahan Aceh Federation of Malaya Constitutional Commission. (1957). Report of the Commission for the Federation of Malaya Constitutional. London: Colonial No. 330, HMSO. Badan Pekerja MPR. (2000). Perubahan Pertama dan Perubahan Kedua UUD 1945: Bahan Penjelasan BP-MPR dalam Rangka Memasyarakatkan Hasil Sidang Umum MPR 1999 dan Sidang Tahunan MPR 1999. Jakarta: Sekretariat MPR. B. Buku dan Jurnal Ahmad, Haji Zainal Abidin, (2001). Membangun Negara Islam, Yogyakarta: Pustaka Iqra. Austin, John. (1954). The Province of Jurisprudence. London: George Weidenfeld & Nicholson. Awang, Muhammad Kamil. (1998). The Sultan and the Constitution. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa & Pustaka. Azhari, Aidul Fitriciada. (2011). UUD 1945 sebagai Revolutiegrondwet Tafsir Poskolonial atas Gagasan-gagasan Revolusioner dalam Wacana Konstitusi Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra. Azhari, Aidul Fitriciada. (2011). The Essential of the 1945 Constitution and the Agreement of the Amandment of the 1945 Constitution: A Comparison of the Constitutional Amandment¸ Jurnal Hukum, 18, 305-319. Geertz, Clifford, (1980). Negara The Theatre State in Nineteenth-Century Bali, Princeton: Princeton University Press. Gullick, John. (1981). Malaysia: Economic Expansion and National Unity. London: Ernest Benn. Habermas, Jurgen. (1999) The Inclusion of the Other: Studies in Political Theory. Cambridge, Mass. : The MIT Press. Hatta, Muhammad. (1977) “Ke Arah Indonesia Merdeka.” In Miriam Budiardjo (ed.), Masalah Kenegaraan (pp. 21-54). Jakarta: Gramedia. Hooker, M.B.. (1970). Reading in Malay Adat Laws. Singapore: Singapore University Press. Huda, Miftakhul et al.. (2010) Naskah Komprehensif Perubahan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Book IV. Jakarta: Sekretariat MKRI. Jewa, Tunku Sofiah, Buang, Salleh & Merican, Yaacob Hussain. (2007). Tun Mohammed Suffian’s An Introduction to the Constitution for Malaysia. Selangor My: Pasifica Publication. Kartodirdjo, Sartono. (1997). “From Ethno-Nationalism to the “Indonesia Merdeka” Movement 1908-1925,” In Sri Kuhnt-Saptodewo, Volker Grabowsky, & Martin Grosheim (Eds.). Nationalism and Cultural Revival in Southeast Asia: Perspectives from the Centre and the Region (pp. 75-81). Wiesbaden : Harrasowitz. Kato, Tsuyoshi, (2005). Adat Minangkabau dan Merantau dalam Perspektif Sejarah, Jakarta: Balai Pustaka. Kelsen, Hans. (1973). General Theory of Law and State. New York: Russel & Russel. Kusuma, RM. A.B. (2004). Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Lombard, Denys. (2008). Nusa Jawa: Silang Budaya III Warisan-warisan Kerajaan Konsentris. Jakarta: Gramedia.. Mattulada, H.A., Sejarah, Masyarakat, dan Kebudayaan Sulawesi Selatan, Makassar: Hansanuddin University Press, 1988. Mawardi, Imam Al-. (2000) Al Ahkam al-Sulthaniyah, Jakarta: Darul Falah. Mukhlis (ed.). (1986) Dinamika Bugis-Makassar, Jakarta: Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial – YIIS. Nasroen, M. (1971). Dasar Falsafah Minangkabau. Jakarta: Bulan Bintang. Noer, Deliar. (2986). Perkembangan Demokrasi Kita. In Amien Rais (Ed.). Demokrasi dan Proses Politik (pp. 70-92). Jakarta; LP3ES. Patunru, Abdul Razak Daeng. (1993). Sejarah Gowa, Makassar: Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan. Patunru, Abdul Razak Daeng. (1995). Sejarah Bone, Makassar: Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan. Pelras, Christian. (2006). Manusi Bugis, Jakarta: Ecole Francaise d’Extreme- Orient. Popper, Karl. (2007). Conjectures and Refutations. London/New York: Routledge. Rambe, Safrizal. (2008). Sarekat Islam Pelopor Bangkitnya Nasionalisme Indonesia 1905-1942. Jakarta: Yayasan Kebangkitan Insan Cendekia. Rothermund, Dietmar. (1997). “Nationalism and the Reconstruction of Traditions in Asia.” In Sri Kuhnt-Saptodewo, Volker Grabowsky, dan Martin Grosheim (Eds.). Nationalism and Cultural Revival in Southeast Asia: Perspectives from the Centre and the Region (pp. 13- 28) Wiesbaden : Harrasowitz. Samad, YB Datuk Abdul. (1974). Kemurnian dalam Adat Perpatih. Majelis Belia Negeri. Kertas Kerja Seminar Persejarahan dan Adat Perpatih, Negeri Sembilan: Majelis Belia Negeri. Siddik, Abdullah. (1975). Pengantar Undang-Undang Adat di Malaysia. Kuala Lumpur: Penerbit University Malaya. Soekarno. (1959). Res Publica Sekali Lagi Res Publica. Jakarta: Kementrian Penerangan RI. Soekarno, (1965) “Penemuan Kembali Revolusi Kita: Amanat Presiden Soekarno pada Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1959 di Jakarta” dalam Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi II, Jakarta: Kementerian Penerangan. Suparlan, Parsudi, (1986) “Demokrasi dalam Tradisi Masyarakat Pedesaan Jawa” dalam Amin Rais et al., Demokrasi dan Proses Politik, Jakarta: LP3ES. Windstedt, R.O. (1950). The Malays: A Cultural History. London: Routledge & Keegan Paul.en_US
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/5327
dc.description.abstractPenelitian ini fokus untuk menyelidiki ide-ide rekonstruksi tradisi konstitusional di kalangan pendiri Indonesia dan perkembangannya dalam praktek sebelum dan setelah amandemen Konstitusi Indonesia. Dengan bersumber pada dokumen-dokumen atau disebut penelitian normatif, penelitian ini menemukan bahwa ada dua pola rekonstruksi tradisi di Indonesia yang digunakan sebagai model untuk rekonstruksi tradisi dalam konstitusi, yaitu partikular absolut dan partikular relatif. Secara historis, sebelum amandemen Konstitusi Indonesia, rekonstruksi tradisi yang dipraktekkan berdasarkan model partikular absolut., sedangkan setelah amandemen konstitusi cenderung menolak untuk merekonstruksi Tradisi di struktur nasional tetapi mengakui tradisi di struktur lokal. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa amandemen konstitusi Indonesia tidak memiliki pola yan jelas dalam rekonstruksi tradisi. Ini bertentangan dengan makna asli dari para pendiri Indonesia yang meyakini tradisi sebagai dasar untuk menciptakan sebuah sistem konstitusi nasional. Sebagai perbandingan, Malaysia telah melakukan rekonstruksi tradisi berdasarkan model partikular relatif dengan menerapkan tradisi Perpatih, yang berasal dari Tradisi Minangkabau. Tradisi Perpatih adalah tradisi demokrasi yang diterapkan di Negeri Sembilan, Malaysia. Berdasarkan tradisi Perpatih, Yang di-Pertuan Besar sebagai raja dari Negeri Sembilan harus dipilih empat Undang. Para pendiri Malaysia telah menerapkan tradisi Perpatih dalam sistem monarki elektif Malaysia untuk memilih Yang di-Pertuan Agong sebagai raja dari Malaysia dalam jangka waktu lima tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Malaysia merekonstruksi tradisi dalam struktur nasional dan lokal.en_US
dc.publisherLPPM UMSen_US
dc.titleModel Rekonstruksi Tradisi Bernegara Dalam Konstitusi Pascaamandemen Uud 1945 Tahun ke-3 dari rencana 3 tahunen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

FilesSizeFormatView

There are no files associated with this item.

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record