dc.identifier.citation | Anon, (1999), “Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi”. Abrar Husen, (2011), “Manajemen Proyek, Perencanaan, Penjadwalan, & Pengendalian”. George J.Ritz, (1994), “ Total Construction Project Management”, Mac Graw Hill Education. Harold Kerzner, (1989), “Project Management: A Systems Approach to Planning, Scheduling, and Controlling”. Dipohusodo, I., (1995), “Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 1, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Soeharto, I., (1997), “Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional”, Erlangga, Jakarta. Widiasantri, I. dan Linggogeni, (2013), “Manajemen Konstruksi”, Penerbit Rosda. Rahman, I., (2010), “Earned Value Analysis Terhadap Biaya Pada Proyek Pembangunan Gedung (Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung C Fakultas Mipa Uns)”, Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Reksohadiprodjo, S., (2001), “Manajemen Personalia”, Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta. Ervianto, W., I., (2005), “Manajemen Proyek Konstruksi”, Andi, Yogyakarta. | in_ID |
dc.description.abstract | Evaluasi proyek diperlukan agar kemajuan pekerjaan dapat diketahui, dan bila terjadi keterlambatan
dapat segera diantisipasi. Penelitian ini mengambil studi kasus sebuah proyek pembangunan gedung
berlantai lima bernilai tender sebesar Rp. 9,473 Milyar dengan durasi waktu 26 minggu yang
mengalami keterlambatan. Paper ini melaporkan hasil penelitian terhadap proyek tersebut, baik
tentang kemajuannya, cara evaluasi, dan usaha optimalisasi proyek. Evaluasi kemajuan proyek
dilakukan dengan membandingkan antara realisasi dan rencana, terutama berbasis kurva S.
Keterlambatan proyek dikendalikan menggunakan metode earned value analysis. Sedangkan
optimalisasi dilakukan dengan mempertimbangkan perpendekan durasi proyek dan dampak biayanya
berdasarkan metode crash. Berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa proyek terlambat 19,7%
pada minggu ke-13. Keterlambatan disebabkan terutama oleh masalah terkait dengan sumber daya
manusia, pemilihan metode pelaksanaan, dan kesulitan material. Keterlambatan ini menyebabkan
proyek perlu dijadwal ulang atau reschedule. Penjadwalan ulang dilakukan dengan penambahan
sumber daya manusia, pemberlakuan jam lembur, menyusun urutan pekerjaan, serta melakukan crash
program. Beberapa pekerjaan mengalami perubahan durasi serta perubahan lintasan kritis. Walau
proyek terlambat, berdasarkan perhitungan Earned Value Analysis, ternyata proyek tidak over
budget. Penyelesaian sisa pekerjaan proyek masih memerlukan biaya sekitar Rp 6,926 milyar atau
sekitar 50,06% dari RAB, dengan estimasi nilai kerugian proyek mencapai sekitar Rp 726 juta atau
sebesar 5,25% dari RAB. Optimalisasi dilakukan berdasarkan data penjadwalan ulang, kemudian
dilakukan upaya percepatan durasi proyek. Durasi optimal didapatkan 24 minggu dengan
penghematan proyek sebesar Rp. 111,135 juta atau sekitar 1,18%, sehingga total biaya proyek hasil
optimalisasi sebesar Rp. 9,362 milyar, atau sebesar 98,63% dari total biaya proyek dalam kontrak. | in_ID |