dc.identifier.citation | B.R Niranjan, S.S Patil, (2012), "Shear Strength Prediction of Deep Beams by Softened TrussModel",IOSR Journal of Mechanical and Civil Engineering (IOSR-JMCE), ISSN: 2278-1684 Volume 4, Issue 1 (Nov. - Dec. 2012), PP 01-06 James K. Wight and James G. Mac Gregor, (2012), "Reinforced Concrete Mechanics and Design", Pearson Education, Inc., New Jersey, pp. 908-922 M. Nadim Hassoun, (2002), "Structural Concrete Theory and Design", Prentice Hall, pp. 229-234 Robin Tuchscherer, David Birrcher, Matt Huizinga, and Oguzhan Bayrak, (2010), "Confinement of Deep Beam Nodal Regions" ACI Structural Journal, V. 107, No. 6, November-December 2010. pp. 709-717. Singh, B, Kaushik SK, Naveen KF, Sharma S, 2006, "Design of a Continuos Deep Beam Using The Strut and Tie Method",Asian Jornal of Civil Engineering (Building and Housing), Vol. 7, No. 5, p. 461-477 Teng, Susanto., Fung-Kew.K., Soon-Ping. P., Lingwei W.G, and Tan K.H, 1996, "Performance of Strengthened Concrete Deep Beams Predamaged in Shear", ACI Structural Journal, Vol.93, No.2, March-April 1996, pp159-171. | in_ID |
dc.description.abstract | Pengekangan balok tinggi pada daerah sambungan balok-kolom bertujuan untuk memperbaiki kinerja
balok tinggi yang bersifat lemah terhadap keruntuhan geser. Penelitian ini dilakukan dengan menguji
15 model joint balok-kolom dengan mutu beton 25 MPa dengan dimensi balok 14x30x60 cm dan
kolom 30x30x100 cm. Pengamatan dilakukan terhadap joint balok-kolom dengan memberi kekangan
pada daerah tumpuan dan jalur tekan balok dengan spasi kekangan masing-masing 65 mm dan 32,5
mm, serta pengamatan pada joint balok-kolom tanpa kekangan sebagai pembandingnya. Titik beban
diberikan pada balok dengan jarak a=500 mm dari joint balok-kolom sehingga rasio a/d = 0,83
dimana d = tinggi efektif balok.
Berdasarkan hasil pengujian, diketahui bahwa kekangan pada balok tinggi menyebabkan kapasitas
geser dan kapasitas lentur pada balok meningkat. Grafik hubungan momen dan kelengkungan juga
mengalami perubahan yang lebih baik. Namun peningkatan ini tidak diikuti oleh perbaikan perilaku
pada joint balok-kolom. Kondisi ini berlaku baik untuk pengekangan yang dilakukan di daerah
tumpuan, maupun pengekangan pada bagian jalur tekan balok. Pengaruh paling nyata ditunjukkan
pada spasi pengekangan 32,5 mm yang dipasang pada jalur tekan balok. Model keruntuhan yang
terjadi akibat pengekangan pada balok mengalami perubahan yang sangat signifikan. Pada joint
tanpa kekangan pada balok, keruntuhan dimulai dari terjadinya retak lentur pada daerah balok yang
kemudian diikuti oleh retakan yang semakin besar pada daerah joint. Sedangkan pada joint dengan
kekangan pada balok, keruntuhan terjadi secara cepat sesaat setelah terjadi rambatan dan lebar
retak yang sangat besar pada daerah joint tanpa ada kerusakan yang berarti pada bagian balok. | in_ID |