dc.identifier.citation | Darusuprapta. 1987. “Ajaran Moral dalam Sastra Suluk”. Laporan Penelitian: Bahasa dan Sastra Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Echols, John M. Dan Shadily, Hasan. 2000. Kamus Bahasa Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. Geertz, Clifford. 1981. Abangan, Santri, Priyayi, dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya. Jaiz, MH. Amien. 1980. Masalah Mistik Tasawuf dan Kebatinan. Bandung: PT. Alma’arif. Magnis-Suseno, Franz. 2001. Etika Jawa, Sebuah Analisa Filsafati tentang Kebijaksanaan Hidup Orang Jawa. Jakarta: Gramedia. Poerwadarminta, WJS. 1939. Baoesastra Djawa. Jakarta: Djambatan. Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington-London: Indiana University Press. Saputra, Karsono H. 2010. Sekar macapat. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Simuh. 1995. Sufisme Jawa, Trnasformasi Tasawuf Isalm ke Mistik Islam Jawa. Yogyakarta: Bentang Budaya. Soebalidinata, R.S. 1966. “Tinjauan Filologis Kitab Sastragendhing”. Skripsi Sarjana Muda. Yogyakarta: Fakultas Sastra. Universitas Gadjah Mada. Supadjar, Damarjati. 2001. Filsafat Sosial Serat Sastra Gending. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru. Tim Penyusun, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Werdiningsih, Yuli Kurniati. 2006. “Serat Sastra Gendhing, Suntingan Teks dan Terjemahan”. Skripsi. Sastra Nusantara. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. ----------------------------------. 2013. “Signifikansi Serat Sastra Gendhing, Kajian Semiotika Riffaterre”. Tesis. Ilmu Sastra Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. | in_ID |
dc.description.abstract | Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan harmonisasi hubungan Tuhan dengan manusia yang terdapat dalam Serat Sastra Gendhing. Serat Sastra Gendhing (SSG) dapat disebut sebagai salah satu sastra Jawa transendental, karena termasuk dalam jenis suluk. SSG sebagai suluk juga berisi ajaran kesempurnaan hidup yang termuat dalam bentuk tembang macapat dan diutarakan dalam berbagai perumpamaan. Oleh karena itu, pemaknaan SSG memerlukan metode penafsiran khusus. Pengumpulan data yang berupa kata, frasa, dan kalimat menggunakan metode pustaka. Analisis dan interpretasi data yang berbentuk perumpaman menggunakan metode pembacaan secara hermeneutik. Hasil dari proses analisis ditemukan bahwa antara manusia dengan Tuhan sudah semestinya menjalin hubungan yang harmonis guna mencapai kesempurnaan hidup, yakni berada sedekat-dekatnya atau bahkan menyatu dengan Tuhan (manunggaling kawula Gusti). | in_ID |