Model Pengelolaan Air Tanah Daerah Lereng Gunung Merapi di Kabupaten Klaten Jawa Tengah
Date
2014Author
Suharjo, Suharjo
Musiyam, Muhammad
Sunarhadi, R.Muhammad Amin
Priyono, Kuswaji Dwi
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian air tanah di Kabupaten Klaten mendasarkan UU No.7 Tahun 2004
Pasal 1Angka18 yaitu upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat,
dan fungsi Sumberdaya Air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang
maupun yang akan datang.
Permasalahan berkaitan dengan air tanah daerah lereng Gunung Merapi di
Kabupaten Klaten yang didapatkan dari hasil penelitian Tahun 2005-2008: 1) jumlah
mata air yang semula 162 menurun menjadi 134 tempat, ini berarti jumlah air dari mata
air berkurang; 2) kerusakan lahan di lereng atas dan tengah akibat aktivitas manusia
dalam bentuk (penambangan pasir, bahan batu bata, permukiman) sehingga lahan
imbuhan air tanah berkurang; 3) terjadi konflik pengguna air tanah (antar petani, antar
masyarakat, dan antar pemerintahan Kabupaten Klaten dengan Kota Surakarta); 4)
dampak gempa bumi tektonik yaitu air sumur asin, bangun air tanah rusak, dan
pergeseran/patahan struktur litologi atau posisi aquifer, dan 5) penurunan kualitas air
sumur di daerah permukiman yang berdekatan dengan lahan pertanian. Penelitian ini
fokus pada permasalahan kedua dan ketiga meskipun tetap memperhatikan
perkembangan dan keterkaitan permasalahan lainnya.
Tujuan penelitian; pemodelan pengelolaan air tanah daerah lereng Gunung Merapi
yang berkelanjutan. Pada Tahun I Pemetaan Potensi (kualitas dan kuantitas) air tanah di
setiap Satuan Bentuklahan dan Satuan Lahan. Tahun II analisis penggunaan air tanah
domestik, pertanian, perkebunan, industi, perkantoran, dan air kemasan. Tahun III
analisis partisipasi masyarakat pengguna air tanah, peraturan pemerintah daerah
Kabupaten Klaten dan Kabupaten Kota Surakarta tentang air tanah, serta membuat
model pengelalaan air tanah.
Metode penelitian menggunakan survei, interpretasi penginderaan Jauh, Sistem
Informasi Geografi (SIG), analisa laboratorium, wawancara, dan forum diskusi
kelompok (FGD).
Hasil yang diharapkan adalah Tahun I peta kuantitas dan kualitas air tanah mata
air di lereng Merapi, peta kualitas dan kuantitas air tanah dangkal (air sumur) di dataran
fluvial kaki Merapi, dan Perbukitan Bayat. Tahun II peta pemanfaatan air tanah untuk
pertanian, perkebunan, industri, domestik, perkantoran, dan air kemasan. Tahun III
model pengelolaan air tanah daerah lereng Merapi di Kabupaten Klaten Jawa Tengah.