dc.identifier.citation | Abdullah, I. 1994. Muslim Businessman of Jatinom: Religion Reform and Economic Modernization in a Central Javanes Town. Netherland: Universiteit von Amsterdam. Bakker, Chris. 2000. Cultural Studies: Teori & Praktek. Penerjemah: Nurdadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana Baron, R.A. & Byrne. D. 2005. Psikologi Sosial, jilid 2 Edisi kesepuluh. Alih bahasa: Ratna Djuwita, dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga Berkowitz, L. 2003. Emotional Behavior. Jakarta: Penerbit PPM Berry, JW., et al.. 1999. Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia. Brannen, J. 1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta : Pustaka pelajar. Coppel, C.A. 1983. Indonesian Chinese in Crisis. Oxford: Oxford University Press. Faruk. 1999. Pengalaman, Kesaksian dan Refleksi Kehidupan Mahasiswa di Yogyakarta. Jakarta: LP3ES dan Interfidei. Habib, A. 2004. Konflik Antaretnis di Pedesaan: Pasang Surut Hubungan Tionghoa-Jawa. Yogyakarta: LKiS. Hadi, S. 2005. Metode Research. Yogyakarta: Andi Hariyono, P. 1994. Kultur Cina dan Jawa. Pemahaman menuju Asimilasi Kultural. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Haryono, P 2006. Menggali Latar Belakang Stereotip dan Persoalan Etnis Cina di Jawa. Semarang: Penerbit Mutiara Wacana Larson, G.D. 1990. Masa Menjelang Revolusi Keraton dan Kehidupan Politik di Surakarta (1912-1942). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Mulyadi, H. dan Soedarmono. 1999. Runtuhnya Kekuasaan Keraton Alit: Studi Radikalisme Sosial “Wong Solo” dan Kerusuhan Mei 1998 di Surakarta. Surakarta: Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP). Nurhadiantomo. 2004. Hukum Reintegrasi Sosial: Konflik-konflik Sosial Pri-Non-Pri dan Hukum Keadilan Sosial. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Pattiradjawane, R.L. 2000. “Peristiwa Mei 1998 di Jakarta: Titik Terendah Sejarah Etnis Tionghoa di Indonesia, dalam I. Wibowo, Harga yang Harus Dibayar: Sketsa Pergulatan Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan Pustaka Studi Tionghoa. Rahardjo, T. 2005. Menghargai Perbedaan Kultural, Mindfullnes dalam Komunikasi Antaretnis. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Roll, W. 1983. Struktur Pemilikan Tanah di Indonesia: Studi Kasus di Daerah Surakarta (Terjemahan). Jakarta: Rajawali Press. Taher, T. 1997. Masyarakat Tionghoa, Ketahanan Nasional dan Integrasi Bangsa di Indonesia. Jakarta: PPIM. _____. 2004. “Ketika Mandau dan Celurit Beradu: Fenomologis Konflik Kekerasan Antar Etnis di Kalimantan. Jurnal Psikologi Tabularasa, Vol. 4. hal. 51 -67. _____. 2006. “Denyut Nadi Kekerasan di Pulau Garam: Fenomenologi Kekerasan dalam Budaya Perspektif Teori Belajar”. Jurnal Sosio-Religia, 5, 281-301. _____. 2006. “Problem Sosial Hubungan Antaretnis pada Masyarakat Pluralis”. Laporan Penelitian Dosen Muda. Surakarta: LP2M UMS. Warnaen, S. 2002. Stereotip Etnis dalam Masyarakat Multietnis. Jakarta: Mata Bangsa. Wibowo, I. 2000. “Pendahuluan”, dalam I. Wibowo, Harga yang Harus Dibayar: Sketsa Pergulatan Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan Pustaka Studi Tionghoa. Witanto, E.P. 2000. “Mengapa Pemukiman Mereka Dijarah: Kajian Historis Pemukiman Etnis Tionghoa di Indonesia”, dalam I. Wibowo, Harga yang Harus Dibayar: Sketsa Pergulatan Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan Pustaka Studi Tionghoa. Yudohusodo, S. 1985. Warga Baru: Kasus Tionghoa di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbitan Yayasan Padamu Negeri. Zaini, A. 2002. “Kekerasan Etnis Mei 1998: Studi mengenai Prasangka dan Agresi”. Laporan Penelitian. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Zein, Abdul Baqir. 2000 Etnis Cina dalam Potret Pembauran di Indoneisa. Jakarta: Prestasi Insan Indonesia. | en_US |
dc.description.abstract | Penelitian ini bertujuan untuk memahami faktor-faktor personal, sosial, budaya, dan
politis yang melatarbelakangi terjadinya kekerasan antaretnis Jawa dan etnis Cina.
Pendekatan multi metode kuantitatif-kualitatif digunakan untuk mengungkap fenomena
kekerasan etnis. Hasilnya menunjukkan bahwa: pertama, faktor-faktor yang melatarbelakangi
dalam memotivasi munculnya kekerasan etnis terdiri dari dua faktor, yaitu
faktor perbedaan individual (etnisitas) dan faktor situasional. Kedua, jati diri etnis Jawa
banyak dipengaruhi oleh peristiwa sejarah yang diperlakukan secara diskriminatif oleh
penjajah Belanda, dengan memasukkan etnis Jawa ke dalam kategori inlander yang
mewakili warga kelas ketiga, sebagai subordinat atas orang-orang Belanda dan etnis
Tionghoa. Kategori sebagai warga kelas tiga ini mempengaruhi pembentukan self concept
negatif pada etnis Jawa. Sementara itu, etnis Tionghoa membangun self-concept
yang positif berdasarkan ajaran-ajaran Taoisme. Ketiga, pola sikap dan perilaku dalam
relasi antar etnis banyak diwarnai oleh relasi yang tidak mindful sehingga rentan
terhadap munculnya kekerasan. Keempat, budaya dan agama memang tidak secara
langsung mencetuskan kekerasan, namun agama dan budaya dapat berperan dalam
membentuk jatidiri yang berpengaruh pada self concept dan mewarnai pola perilaku
dan relasi yang tumbuh perasaan negatif dan memicu kekerasan. | en_US |