Kecerdasan Interpersonal Pada Remaja Yang Pernah Menjadi Korban Child Abuse
Abstract
Kasus kekerasan terhadap anak (child abuse) marak terjadi.Kekerasan pada anak (childabuse) adalah tindakan salah atau sewenang-wenang yang dilakukan olehorang dewasa terhadap anak, baik secara fisik, emosi maupun seksual (Sugiarno, 2002).Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk kekerasan yang dialami subyek, faktor dan dampak dari kekerasan tersebut, serta mengetahui kecerdasan interpersonal yang terbentuk pada subyek. Penelitian ini menggunakan studi kualitatif fenomenologis dengan pendekatan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) sebagai acuannya.Pendekatan IPA bertujuan untuk mengeksplorasi pemaknaan subjek dalam kehidupan pribadi dan sosialnya (Smith, Flower & Larkin, 2009). Subyek berjumlah 3 orang yang tergolong usia remaja (17-19 tahun) dengan jenis kelamin perempuan, melalui purposivesampling, dan berdomisili di Semarang. Kekerasan yang dialami ketiga subyek dilakukan oleh orangtua subyek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subyek pernah menjadi korban child abuse, berupa physical abuse, emotional abuse dan sexual abuse. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya child abuse adalah temperamental lemah dan delinkuensi pada anak, serta kondisi kehidupan keluarga yang penuh stres akibat masalah ekonomi.Dampak kekerasan yang dirasakan subyek adalah perasaan rendah diri, mudah tersinggung dan agresivitas. Gambaran kecerdasan interpersonal pada ketiga subyek di usia remajanya, adalah (1) sukar membangun relasi interpersonal, dengan tidak mudah percaya pada orang lain termasuk guru, atau sebaliknya, kurang selektif dalam memilih teman, (2) sukar mempertahankan relasi interpersonal, yaitu cenderung menghindar ketika ada masalah dengan temannya, atau tidak memperhatikan perasaan orang lain ketika mengungkapkan pikirannya, (3) mengalami kesukaran dalam menyelesaikan konflik, yaitu cenderung menghindar ketika konflik dengan orang lain, atau sebaliknya, mudah terbawa arus negatif pergaulan teman.