dc.identifier.citation | Depkes RI, 2007. Pemberantasan Serangan Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD). Edisi : ke tiga. Depkes Dirjen PP dan PL. Jakarta Boesri, H & Boewono, D.T, 2008. Perbandingan Kematian Nyamuk Aedes aegypti pada penyemprotan aerosystem menggunakan bifenthrine dengan system thermal fogging menggunakan malathin. Jurnal kedokteran Yarsi 16 (2) : 130-14 Fathi, S; Keman; & Wahyuni, C.U, 2005.Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Mataram.Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 (1) : 1-10. Feron, P. 1981. Pest Control by The Fungi Beauveria and Metharizium. In H.D. Burges.(Ed), Microbial Control of pest and plant diseases. New York, Academic Press. 465–482. Finney, D.J. 1971. Probit Analysis. Cambridge university Press. England Indrawati, A. 2006. Kapang Entomopatogen Lagenidium giganteum sebagai Agen Pengendali Hayati Larva Nyamuk Aedes aegypti Vektor Penyakit DBD. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor. Kershaw, M. J., E. R. Moorhouse, R. Bateman, S. E. Reynolds, and A. K. Charnley. 1999. The Role of Destruxin in the Pathogenecity of Metarhizium anisopliae for Three Species of Insect. Journal of Invertebrate Pathology 74 : 213– 223. Pribadi.F.E. 2011.Toksisitas Spora Jamur Beauveria bassiana terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Ae.aegypti L. Universitas Jember Schoof, F.H. 1967.Mating Resting Habits and Dispersal of Aedes aegypti. Bul. Org.Mond. Santé. Vol. 36, 600601 Widayanti, N.L.P.M & Sanusi, M. 2004. Uji Toksisitas Jamur Metarhizium anisepliae terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti. Media Litbangkes 14 (3) : 1-6. Yasmin, Y., Hamelly, E & Lenni, F. 2008. Penanggulangan Larva Aedes aegypti Secara Hayati.Laporan Penelitian Project: Riset Grand I-MHERE. Banda Aceh Yasmin, Y & Lenni, F. 2010. Efek Jamur M. anisopilae terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti.Jurnal Natural Indonesia 9 (1): 1-10. | in_ID |
dc.description.abstract | Nyamuk Aedes aegypti dikenal sebagai vektor utama Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Di Indonesia DBD merupakan penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi dan menjadi wabah
setiap tahun. Cara yang umum dilakukan dengan memutus siklus hidup nyamuk melalui
membatasi perkembangbiakan nyamuk serta menggunakan insektisida sintetik sistem aerosol
Ultra Low Volume, Fogging, maupun Mist Blower, sebagai contoh bahan dasar insektisida sintetik
yang umum digunakan adalah malathion. Pengendalian nyamuk menggunakan insektisida sintetik
mempertinggi tingkat resistensi nyamuk sehingga tahan terhadap insektisida juga menimbulkan
pencemaran lingkungan. Residu bahan aktif kimia berbahaya terpapar pada pangan dan beresiko
toksik terhadap makhluk hidup bukan target. Pengendalian hayati yang menekan efek negatif
insektisida sintetik sejauh ini masih belum banyak dikembangkan untuk memutus siklus hidup
nyamuk khususnya diaplikasikan terhadap nyamuk dewasa (imago). Musuh alami dari jenis jamur
entomopatogen Metarhizium anisopliae dan Beauvaria bassiana sejauh ini diketahui dapat
menginfeksi larva nyamuk Ae. Aegypti. Keunggulannya tidak menimbulkan resistensi terhadap
nyamuk dan aman bagi manusia. Melalui penelitian ini, potensi infeksi jamur dikembangkan
untuk menginfeksi nyamuk Ae. Aegypti fase imago (dewasa) dan melihat potensi penularannya
diantara imago, sehingga dapat secara alami mengendalikan populasi imago di alam. Penelitian
dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan uji hayati (bioassay test), dengan
menggunakan imago Ae. aegypti diinfeksi suspensi spora jamur M. anisopliae dan B. bassiana
yang terdiri dari 7 taraf pengenceran, yaitu kontrol (0 spora/ml); 10
-1
; 10
-2
; 10
-3
.
Parameter yang diamati jumlah kematian imago selama 48 jam. Selanjutnya, imago Ae.aegypti
jantan dan betina yang diinfeksi spora masing-masing jamur pada konsentrasi LC
50
48 jam.
Parameter yang diamati jumlah persentasi mortalitas penularan imago Ae.aegypti jantan dan
betina yang terinfeksi. Hasil penelitian menunjukkan infeksi jamur M. anisopliae lebih efektif
menyebabkan mortalitas imago Ae. aegypti dibandingkan jamur B. bassiana dengan kerapatan
spora lebih rendah. Hal ini dilihat dari nilai LC
50
spora/ml adapun LC
50
; 10
-4
; 10
48 jam jamur M. anisopliae sebesar 9,28 × 10
48 jam jamur B. bassiana sebesar 1,49 ×10
5
spora/ml. Kemampuan
penularan terbaik terjadi pada infeksi spora M. anisopliae terhadap Ae. aegypti be-tina dengan
persentasi mortalitas sebesar 63% pada 24 jam dan 86% pada 48 jam. Adapun penularan infeksi
spora B. bassiana terhadap imago Ae. aegypti betina dengan persentasi mortalitas sebesar 67%
pada 24 jam dan 77% pada 48 jam. | in_ID |