dc.identifier.citation | Harahap Asri. M.N., 2009. “Studi Genetik Batubara Daerah Lamuru Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan”, Universitas Hasanuddin, Makassar. Ningrum, N.S., Santoso, B., 2009. “Petrographyc Study On Genesis Of Selected Inertinite-Rich Coal From Jambi Subbasin”. Indonesian Mining Journal, Vol.12, No.3. Bandung. Indonesia. Stach, E., et all., 1982. “Stach’s Textbook of Coal Petrology”, Gebruder Borntraeger, Berlin. Sukamto, R., dan Supriatna, S. 2010. “Geologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat Sulawesi”, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Depatemen Pertambangan dan Energi. Bandung. Indonesia. Suwarna. N., 2006. “Permian Mengkarang Coal Facies And Environment Based On Organic Petrology Study”. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 1. Hal 1-8. Bandung. Indonesia. Thomas. L., 2010. “Handbook Of Practical Coal Geology”, John Willey and Sons. Baffins Lane, Chicsester. England. Widodo. S., 2009. “Rekonstruksi Fasies Pengendapan Berdasarkan Komposisi Maseral Pada Endapan Batubara Di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan”, Fakultas Teknologi Industri dan Komputer, Program Studi Pertambangan, UMI-Makassar. | in_ID |
dc.description.abstract | Indonesia merupakan salah satu negara penting penghasil batubara di dunia dengan potensi
cadangan terbesar. Salah satu daerah penghasil batubara yang cukup besar di Indonesia adalah
Formasi Tanjung, Cekungan Barito, Kalimantan Selatan. Kegiatan penambangan pun tidak lepas
dari pengaruh kejadian fisika dari alam yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia, sehingga
dapat dilakukan penelitian tentang proses fisika dari proses penambangan batubara. Secara
mekanika batuan, analisis mekanika batuan pada lapisan batubara dapat dilakukan pada bidang dan
ruang. Mekanika batuan ini banyak menggunakan teori elastisitas, plastisitas dan sistem struktur
fisika batuan secara eksperimen. Proses fisika pada pengeboran batubara berasal dari hukum
Pascal dan suseptibilitas suatu magnet batuannya berpengaruh juga terhadap besarnya intensitas
magnetik batuan tersebut. Semakin kecil atau lambat kecepatan gelombang P maka modulus
elastisitasnya semakin kecil, batuan yang mempunyai kecepatan gelombang P dan elastisitas
paling besar merupakan jenis batuan yang memiliki tingkat kekerasan tinggi dan tidak mudah
pecah. Pada proses penggalian dan pengangkutan batubara dianalisis secara fisika dengan
menggunakan hubungan gaya (F), massa batuan (m) dan percepatan pengangkutan (a). Proses
pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya para
siswa atau mahasiswa tentang pentingnya belajar dan memahami fisika menuju pengembangan
dan pemanfaatan sumber daya alam daerah. | in_ID |