dc.identifier.citation | Anon, 2011. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38/2011Tentang Sungai, Indonesia. Anon, 2007. UU No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Indonesia. Ariyora, Y., Budisusanto, Y. & Prasasti, I., 2015. Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh dan SIG untuk Analisa Banjir (Studi Kasus: Banjir Provinsi DKI Jakarta). Geoid, 10(02), pp.137–146. BNPB, 2015. Data dan informasi bencana Indonesia. Profil kebencanaan. Available at: http://www.dibi.bnpb.go.id [Accessed January 12, 2015]. Heryani, N., 2008. Sistem pemanenan air hujan (rainwater catchment systems): dalam upaya pengelolaan banjir di daerah perkotaan. Available at: https://bebasbanjir2025.wordpress.com/ [Accessed January 14, 2016]. Junaidi, E., 2005. Mampukah tutupan lahan hutan mengatur proses tata air daerah aliran sungai (DAS) (Studi Kasus di DAS Cisadane). , pp.1–10. Nilda, Adnyana, I.W.S. & Merit, I.N., 2010. Analisis perubahan penggunaan lahan dan dampaknya terhadap hasil air di DAS Cisadane Hulu. Ecotrophic, 9(1), pp.35–45. Paimin et al., 2012. Sistem Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai H. Santoso & Pratiwi, eds., Bogor: Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi. Rahardjo, P.N., 2009. Masalah Banjir Sebagai Akibat dari Buruknya Sistem Pengelolaan DAS. Studi Kasus di DAS Cantiga Bintaro. J. Hidrosfir Indonesia, 4(1), pp.1–8. | in_ID |
dc.description.abstract | DAS Cisadane adalah salah satu dari 15 DAS Prioritas yang
ditangani oleh Kementerian LHK sampai tahun 2019. Permasalahan yang
ada pada DAS Cisadane adalah adanya banjir genangan pada bagian hilir.
Penelitian yang dilaksanakan di DAS Cisadane ini bertujuan untuk
mendapatkan metoda menentukan tingkat kerentanan DAS terhadap
bahaya banjir. Bahaya banjir disebabkan karena kondisi kekritisan lahan
serta hujan harian maksimum yang terjadi. Untuk mengetahui daerah yang
mempunyai potensi memasok air banjir adalah melalui tumpangsusun
peta-peta penutupan lahan, bentuk lahan dan hujan harian maksimum.
Sedangkan daerah yang rentan mengalami kebanjiran ditunjukkan dari
peta sistem lahan. Hasil studi menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor
merupakan pemasok air banjir yang terbesar, yaitu 50,21 % diikuti
Kabupaten Sukabumi sebesar 5,10%. Dari analisis peta, 3 (tiga) kecamatan
yang memberi pasokan air banjir yang terbesar di Kabupaten Bogor adalah
Kecamatan Nanggung, Pamijahan dan Leuwiliang. Sedangkan di Kabupaten
Sukabumi, kecamatan yang memberi pasokan banjir terbanyak adalah
Cicurug, Kabandungan dan Parakan Salak. Daerah yang rentan kebanjiran
adalah Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang dan Kodya Tangerang,
masing-masing 19,04, 18,78 dan 5,61%. Bencana banjir yang terjadi di
Kabupaten Bogor serta Kabupaten dan Kodya Tangerang berasal tidak
hanya dari sungai Cisadane saja, melainkan dari sungai-sungai di sekitar
Cisadane. | in_ID |