dc.description.abstract | Kecamatan Boyolali menjadi salah satu daerah yang rawan bencana gunung meletus dan gempa bumi, disebabkan karena keberadaan yang tidak jauh dari Gunung Merapi. Kondisi sosial ekonomi sangat
berpengaruh terhadap ketangguhan masyarakat boyolali dalam menghadapi bencana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Pertama mata air rumah tangga di kecamatan Boyolali yang menggunakan PAM
sebanyak 97,18% didesa Siswodipuran dan penggunaan sumur pantek mencapai 1,30% didesa Karanggeneng. Desa Pulisen memiliki pengeluaran isi ulang air tertinggi, yaitu sekitar 9,68% sedangkan Karanggeneng hanya sekitar 1,30%. Jenis lantai yang berkeramik berjumlah 76,06% , jumlah
tertinggi di antara desa lainya . Berbeda dengan desa karanggeneng yang masih banyak tanah sebagai lantainya. Jenis lantainya yang masih tanah sekitar 32,47% yang termasuk jumlah paling tinggi untuk rumah yang masih banyak berlantai tanah. Jarak dari sekolah terdekat rata-rata <500 meter
dari sekolah hampir mencapai 50%. Sedangkan untuk 500-1500 meter juga hampir mencapai 50% sisanya > 1500. Jenis penerangan yang digunakan di setiap desa relatif menggunakan listrik sendiri, karena berhubungan dengan penghasilan yang menengah keatas, maka warga mampu membeli
listrik sendiri tanpa menyewa. Pengambilan data kepada responden baik, akan tetapi banyak yang tersinggung ketika kami para praktikan menanyakan tentang penggunaan listrik. Pekerjaan dari responden merupakan inti dari semua yang berhubungan dengan perekonomian dari warga itu sendiri. Dari pekerjaan mempengaruhi dari pengeluaran, jenis lantai yang digunakan, dan penerangan yang digunakan. Banaran, Pulisen dan Karanggeneng merupakan desa yang penduduknya tertinggi bekerja
sebagai wiraswasta, dengan jumlah, Banaran: 49,46%, Pulisen: 36,56% dan Karanggeneng: 30,67%. Sedangkan di kiringan pekerjaan tertinggi adalah buruh dengan jumlah 3,03%. Siswodipuran yang notabenenya golongan menengah keatas dengan jumlah rumah yang berkeramik tertinggi, pekerjaan tertingginya adalah yang bekerja sebagai PNS/TNI/Polri sejumlah 23,88%. Rata- rata penghasilan di 5 desa/kelurahan dekecamatan boyolali dalam kurung waktu penghasilan bulanan yaitu desa Banaran memiliki presentase terbesar pada gaji di antara Rp. 750.000 – 1.500.000,- yaitu 50 % yang sebagian besar berprofesi sebagai wiraswata. Pengeluaran yang paling untuk biaya makan pada 5 desa di kecamatan Boyolali. Daerah yang paling rendah dalam kesiapsiagaan bencana adalah Desa Karanggeneng dan paling tinggi adalah Desa Kiringan, sedangkan dalam tingkat keikutsertaan masyarakat dalam mengikuti pelatihan kesiapsiagaan untuk menghadapi terjadinya bencana yang paling tinggi adalah Desa Siswodipuran dengan jumlah masyarakat 74 orang, sedangkan tingkat keikutsertaan masyarakat yang paling sedikit atau rendah adalah Desa Kiringan dengan jumlah masyarakat 17 orang. Tingkat mobiltas sumberdaya masyarakat dalam menghadapi kesiapsiagaan bencana ratarata masyarakat terhadap 5 desa di Kecamatan Boyolali masuk dalam kategori “SEDANG”. | in_ID |