dc.identifier.citation | Abdullah Khayat, Hatsu’ala Mubadaroh bi Taubah, dalam Al Khutubu fi Masjidil Haram, (Thaifal Muhammadi, 1971). Abdullah M.Sadhan, 1422H, al-Hisnul al-Wafi’, Riyadh :Maktabah Malik Fahd. Abu Hamid bin Muhammad Al Ghazali, 1996. Mukhtasyar Diya’ Ulumuddin, (terj) Irwan Kunyawan. Bandung:Mizan. Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. 2000. Jakarta:PT Ikhtiar baru Van Hoeve. Ibrahim al Dasuki, 1986. al Taubah Tajdid Daim lil-Hayat dalam Khutabul al Jum’ati wa al-Idain. Kairo : Dar Al Maarif Imam an-Nawawi al-Syami, 1989, al-Muntaqi al-Mukhtasyar min Kitab al- Adzkar, Damascus: Daar al Qalam Lois ma’luf, 1986. al-Munjid. Bairut: Dar al Masyria. Muhammadi Fuad Abdul Baqi’, 1983. Mu’jam Mufakhrash mim alfas al-Quran. Bairut:Daar al Fikr. Yusuf Ali, 1995. The Holy Quran (terj) Ali Audah, Jakarta: Pustaka Firdaus. | en_US |
dc.description.abstract | Islam menghendaki ummatnya untuk menjadikan hidupnya
bahagia, tentram, dan menyelamatkan. Salah satu ajaran Islam yang
selalu dilakukam oleh Rasulullah SAW adalah kebiasaannya
mengucapkan istighfar setelah habis shalat. Dalam tulisan ini penulis
mengakaji tentang taubat dalam perspektif al-qur’an dan Hadist
diambil kesimpulan Istighfar merupakan bentuk dzikir yang
mempunyai keutamaan baik untuk memperoleh keutamaan duniawi
maupun ukhrawi, untuk itu sebagian ulama mengatakan bahwa
istighfar merupakan kunci terbukanya rizki dari langit baik bersifat
material maupun spiritual. Selain itu istighfar juga dapat memberikan
kebahagiaan, menjadi perisai dari gangguan setan, menjadi penangkal
dari siksaan atau adzab Allah, menghilangkan rasa susah dan sedih,
serta Allah akan memberi rizki kepada orang-orang yang beristighfar | en_US |