Show simple item record

dc.contributor.authorTurmudi, T.
dc.date.accessioned2017-08-05T05:13:17Z
dc.date.available2017-08-05T05:13:17Z
dc.date.issued2017-05-22
dc.identifier.citationAgus Fdan Subiksa IGM. (2008). Lahan Gambut: Potensi Untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor Buurman.P, Balsem.T, Van Panhuys.HGA. (1988). Klasifikasi Satuan Lahan Untuk Survei Tingkat Tinjau Sumatera. Pusat Penelitian Tanah. Bogor. BPS (2016). Kabupaten Kepulauan Meranti Dalam Angka Tahun 2015. Iman, L. S., & Barus, B. (2009). Perbandingan Hasil Pemetaan Kesatuan Hidrologis dan Kubah Gambut dengan Citra Optik Landsat TM dan SAR. Mubekti, M. (2013). Studi Pewilayahan Dalam Rangka Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan Di Provinsi Riau. Jurnal Sains Dan Teknologi Indonesia, 13(2). Noor, M. (2001). Pertanian Lahan Gambut, Potensi dan Kendala. Kanisius. Suriadikarta, D. A., & Sutriadi, M. T. (2007). Jenis-jenis lahan berpotensi untuk pengembangan pertanian di lahan rawa. Jurnal Litbang Pertanian, 26(3), 115. Runtunuwu, E., Kartiwa, B., Kharmilasari, K., Sudarman, K., Nugroho, W. T., & Firmansyah, A. (2011). Dinamika Elevasi Muka Air pada Lahan dan Saluran di Lahan Gambut. Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan, 21(2), 63-74. Saharjo.BH. dan Syaufina.(2015).Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut (Presentasi Power Point). IPN Toolbox Tema C Sub Tema C3. www.cifor.org/IPNtoolbox Slamet, B.2016. Manajemen Hidrologi di Lahan Gambut. Jurnal Lestari Vol.1 No.1. hal 101-115. Soewandita, H. (2011). Studi Muka Air Tanah Gambut dan Implikasinya terhadap Degradasi Lahan pada Beberapa Kubah Gambut di Kabupaten Siak.Jurnal Air Indonesia, 4(2). Suwarno.Y. dkk. 2016. Kajian Kesatuan Hidrologi Gambut Wilayah Kalimantan Tengah. Seminar Nasional Peran Geospasial Dalam Membingkai NKRI. Hlm 233-242 Tacconi, L. (2003). Kebakaran hutan di Indonesia: penyebab, biaya dan implikasi kebijakan (No. CIFOR Occasional Paper no. 38 (i), p. 28p). CIFOR, Bogor, Indonesia. Turmudi. dkk. (2016). Pengelolaan Lahan Gambut Dan Dampak Subsiden Yang Ditimbulkannya. Studi Kasus Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Seminar Nasional Peran Geospasial dalam Membingkai NKRI. Hlm 217-226 Wahyunto, W., Nugroho, K., Ritung, S., & Agus, F. (2014). Indonesian peatland map: Method, Certainty, and uses. di Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Berkelanjutan Lahan Gambut Terdegradasi untuk Mitigasi Emisi GRK dan Peningkatan Nilai Ekonomi. Indonesian Agency or Agricultural Research and Development, Jakarta, Indonesia (pp. 81-96) Wahyunto dkk. 2013. Prospek Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Perpektif Vol.12 No. 1/Juni 2013 Hlm 11-22. Widyati. E dan Rostiwati.T (2010). Memahami sifat-sifat tanah gambut untuk optimasi pemanfaatan lahan gambut. Mitra Hutan Tanaman Vol5.No.2 Agustus 2010. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Bogor. P.62in_ID
dc.identifier.isbn978-602-361-072-3
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/11617/9179
dc.description.abstractIndonesia memiliki luas lahan gambut 20,6 juta ha dan 6,44 juta ha (43 %) terdapat di Sumatera. Problem utama pada lahan gambut adalah hancurnya gambut yang diakibatkan oleh terganggunya hidrologi gambut dalam bentuk kegiatan pengeringan untuk berbagai kepentingan. Akibatnya lahan gambut mengalami penurunan (subsiden) dan mudah terbakar. Subsiden mengakibatkan kerugian baik pada sektor pertanian, perkebunan maupun pada sektor non pertanian seperti pada infrastruktur saluran air, jalan. Kesatuan hidrologi gambut sebagai satuan hidrologi memberikan informasi tinggi muka air tanah. Semakin basah lahan gambut, maka kondisi gambut akan terjaga dari kerusakan. Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan pentingnya KHG sebagai pendekatan dalam mengelola lahan gambut. Metoda yang digunakan adalah analisis land unit pada KHG. Kajian ini menggunakan data ketebalan gambut, peta land unit, data hidrologi, penutup lahan, dan peta RBI 50 K.Lokus kajian adalah Kabupaten Kepulauan Meranti. Kajian ini menghasilkan 1. klasifikasi KHG berdasarkan prosentase luas area ketebalan gambut yaitu KHG kelas 1 dengan cakupan area ketebalan gambut dalam > 50% yakni di KHG yang masuk dalam land unit Kubah gambut air tawar dan kubah gambut pasang surut; kelas 2 : cakupan area ketebalan gambut dalam 50 %-20 %; dan yang masuk dalam land unit Dataran Pasang Surut Vegetasi Campuran.. Semakin luas area KHG kelas 1, potensi hidrologi untuk menopang lestarinya lahan gambut semakin tinggi dan perlunya perlakuan aspek pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan.in_ID
dc.language.isoidin_ID
dc.publisherMuhammadiyah University Pressin_ID
dc.subjectpengelolaanin_ID
dc.subjectgambutin_ID
dc.subjectkesatuan hidrologi gambutin_ID
dc.subjectland unitin_ID
dc.titlePengelolaan Lahan Gambut dengan Pendekatan Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG)in_ID
dc.typeArticlein_ID


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record